JUMAT, 12 Safar 1444 H / 09 September 2022 M
Oleh Rachmat Badani, Lc., M.A.
Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُ..
اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
أيها الناس رحمكم الله
Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…
Bertakwalah kepada Allah ‘azza wa jalla dengan sebenar-benarnya ketakwaan, dengan mengamalkan perintah Allah atas dasar ilmu karena mengharapkan ganjaran pahala dari-Nya, dan meninggalkan seluruh larangan Allah atas dasar ilmu karena takut akan azab-Nya.
Salawat dan salam semoga senantiasa terhaturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya serta kepada setiap pengikutnya yang konsisten menjalankan syariatnya.
Jamaah Jumat yang berbahagia
Beberapa hari belakangan ini, kita terus menjadi saksi akan beragam masalah dan problem yang terjadi di negeri ini. Padahal sejatinya setiap saat masalah bisa saja terjadi, namun segelintir dari masalah itu memberikan efek negatif secara nasional sehingga masyarakat memberikan perhatian yang lebih besar kepadanya. Hal yang perlu digaris bawahi bahwa masalah-masalah ini terjadi bertepatan dengan bulan Safar yang sejak masa jahiliyah dahulu telah mendapatkan stigma yang buruk dari umat manusia.
Bulan safar, bulan dimana kita sedang berada di dalamnya adalah bulan kedua dalam penanggalan kalender hijriyah. Bulan ini sering dikait-kaitkan dengan berbagai keburukan dan penyimpangan, di antaranya bahkan berkaitan dengan keyakinan dan akidah seorang muslim. Olehnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ
Artinya: Tak ada ‘adwa (penyakit menular dengan sendirinya), dan tiyarah (anggapan sial), hamah (reinkarnasi), dan safar (Muttafaq ‘Alaih)
Melalui hadis ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak mengarahkan dan menjelaskan kepada kaum mukminin bahwa seluruh yang beliau sebutkan ini (‘adwa, tiyarah, hamah dan safar) bukanlah sebab turunnya musibah dan bencana atas umat manusia. Namun terjadinya berbagai bencana dan musibah itu atas dasar kehendak Allah subhanahu wa ta’ala untuk menguji umat manusia dan untuk mengaruniakan kesembuhan serta ampunan kepada mereka sebagai bentuk karunia dari Allah ‘azza wa jalla.
Jamaah Jumat yang berbahagia
Di dalam sebuah atsar disebutkan bahwa “Hampir-hampir saja ikatan tali Islam itu terlepas satu demi satu, yaitu ketika kaum muslimin tidak mengetahui perbuatan-perbuatan jahiliyah.” Di antara kita mungkin ada yang bertanya, “Apakah gerangan manfaat mengetahui perbuatan-perbuatan jahiliyah yang dahulu dilakukan oleh umat manusia?” Maka Hudzaifah bin Yaman radiyallahu ‘anhu menjawabnya melalui perkataannya berikut ini:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ، مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
Artinya: Dahulu umat manusia (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan, karena rasa khawatirku apabila keburukan itu mendapatiku (Muttafaq ‘Alaih).
Olehnya, mari kita menyimak penjelasan para ulama berkenaan tentang sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelumnya:
لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ
Pertama: ‘Adwa
Yang dimaksud dengan ‘adwa dalam hadis ini adalah penyakit menular. Tatkala sahabat mendengarkan sabda Rasulullah bahwa beliau menafikan adanya penyakit menular, maka salah seorang badui bertanya, ‘Ya Rasulullah, jika benar tak ada penyakit yang menular, lantas mengapa seekor unta yang tadinya sehat ketika dikandangkan bersama unta yang sakit maka unta sehat itu juga ikut sakit?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membalasnya, ‘Kalau demikian halnya, maka siapakah yang menulari unta sakit itu pertama kali?’
Jamaah sekalian, maksud Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa apabila unta sehat itu sakit karena penyakit dari unta pertama, maka darimanakah datangnya penyakit unta pertama itu? Hal ini menjelaskan bahwa hadis Rasulullah ‘tak ada ‘adwa atau penyakit menular’ maknanya tidak ada penyakit yang menular dengan sendirinya tanpa izin dan ketetapan dari Allah ‘azza wa jalla. Karena semua yang terjadi dalam kehidupan ini berjalan sesuai kehendak Allah atas dasar hikmah-Nya yang mulia.
Kedua: Tiyarah
Yang dimaksud adalah anggapan sial karena melihat seekor burung. Hal ini merupakan bagian dari perbuatan dan kebiasaan orang-orang kafir jahiliyah dahulu dimana mereka menyandarkan perbuatan mereka kepada burung, apabila mereka hendak berbuat sesuatu lantas melihat seekor burung terbang ke arah kanan maka mereka akan melanjutkannya, namun jika mereka melihatnya terbang ke arah kiri maka mereka akan mengurungkan niatnya.
Jamaah sekalian, perbuatan tiyarah ini tentu saja termasuk ke dalam bentuk kesyirikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena orang yang melakukannya telah bersandar kepada selain Allah ‘azza wa jalla dalam perbuatannya, dan bergantung kepada khayalan semata yang tak ada hakikat dan hubungan antara perbuatan manusia dan burung tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ، فَقَدْ أَشْرَكَ "، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ، مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ؟ قَالَ: " أَنْ يَقُولَ أَحَدُهُمْ: اللهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا خَيْرُكَ، وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
Artinya: Barangsiapa tidak melanjutkan aktifitas kebutuhannyanya karena thaiyarah (tahayul, beranggapan sial karena melihat burung atau yang lainnya) maka sungguh ia telah berbuat syirik." Para sahabat bertanya: "Lalu apakah yang dapat menghapuskannya wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "hendaklah ia berdo'a: Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang datang dari-Mu, dan tidak ada nasib baik kecuali nasib baik yang datang dari-Mu, dan tidak ada Ilah selain-Mu (HR. Ahmad)
Ketiga: Hamah
Yang dimaksud dengan hamah adalah apa yang diyakini oleh orang-orang jahiliyah dahulu bahwa ruh orang-orang yang telah meninggal akan berpindah dan masuk ke dalam jasad hewan. Keyakinan ini serupa dengan kepercayaan adanya reinkarnasi manusia ke dalam bentuk lainnya setelah mereka meninggal dunia. Apabila seseorang berbuat baik, maka besar harapannya dia akan bereinkarnasi menjadi insan yang lebih baik di kehidupan selanjutnya, namun apabila seseorang berbuat jahat dalam kehidupannya, maka dia akan bereinkarnasi menjadi makhluk yang buruk pula di kehidupan selanjutnya.
Jamaah sekalian, hal ini tentu saja adalah keyakinan yang batil dimana Islam datang untuk menafikannya. Karena seorang mukmin yang telah meninggal dunia maka ruhnya akan dimasukkan ke dalam jasad seekor burung di surga, kemudian Allah akan mengembalikannya kepada tubuhnya apabila hari kiamat telah ditegakkan. Sehingga setiap jiwa hanya akan merasakan satu kali kehidupan di dunia ini sebagaimana firman Allah:
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥
Terjemahnya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (QS. Ali ‘Imran ayat 185)
Keempat: Safar
Jamaah sekalian yang berbahagia, apa maksud Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan safar dalam hadis ini? Sebagian ulama memahami makna safar sebagai sebuah penyakit di dalam perut manusia yang disebabkan oleh bakteri atau ulat dan penyakit ini dapat menular kepada orang lain. Namun pendapat yang lebih sahih bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak menafikan keyakinan orang-orang jahiliyah dahulu yang menganggap buruk bulan safar. Sehingga mereka menghalalkan bulan Muharram dan mengharamkan bulan safar, bahkan mereka duduk diam dan tak melakukan aktifitas apapun di dalam bulan safar sebagai pengamalan terhadap keyakinan buruk mereka kepada bulan safar. Allah ta’ala berfirman:
إِنَّمَا ٱلنَّسِيٓءُ زِيَادَةٞ فِي ٱلۡكُفۡرِۖ يُضَلُّ بِهِ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يُحِلُّونَهُۥ عَامٗا وَيُحَرِّمُونَهُۥ عَامٗا لِّيُوَاطُِٔواْ عِدَّةَ مَا حَرَّمَ ٱللَّهُ فَيُحِلُّواْ مَا حَرَّمَ ٱللَّهُۚ زُيِّنَ لَهُمۡ سُوٓءُ أَعۡمَٰلِهِمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٣٧
Terjemahnya: Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang indah perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (QS. At-Taubah ayat 37).
Jamaah Jumat yang berbahagia
Mari berkaca kembali ke dalam kehidupan kita masing-masing, bukan tidak mungkin salah satu di antara larangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini masih terdapat pada diri kita. Karena demi Allah, sebagian manusia hari ini ada yang masih bergantung kepada tatayyur, baik itu melalui hewan-hewan seperti burung, kucing, ular dan sebagainya. Adapula yang bertatayyur dengan angka, tulisan atau gambar-gambar tertentu yang dianggap mendatangkan kesialan. Bahkan tidak jarang ditemukan bangunan dan gedung-gedung tinggi sekalipun menjadi korban anggapan sial para pemiliknya.
Hal yang sama juga berlaku dengan bulan safar, tidak sedikit yang menganggap buruk bulan ini. Bahkan rela mengurungkan berbagai kebaikan seperti pernikahan, safar, pekerjaan dan acara-acara pribadi atau keluarga karena berbenturan dengan bulan safar. Apalagi dengan terjadinya rentetan kejadian, dan peristiwa di dalamnya, yang semakin menambah besar keyakinan manusia terhadap buruknya bulan safar. Padahal tidak ada kaitan antara baik dan buruk dengan tahun, bulan ataupun hari. Karena semuanya terjadi atas dasar ketetapan dan kehendak Allah ‘azza wa jalla yang penuh dengan hikmah.
Jamaah Jumat yang berbahagia
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menghindarkan kita semua dari berbagai masalah dan musibah yang menimpa umat manusia hari-hari ini, dan menjaga kita semua dari berbagai keyakinan dan anggapan sial yang telah dilarang di dalam agama Islam. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Di antara bukti yang menunjukkan tidak benarnya anggapan sial dan penisbatan keburukan terhadap bulan safar adalah beberapa peristiwa dan kemenangan besar umat Islam yang justru terjadi di bulan safar, di antaranya:
Pertama, hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Makkah ke Madinah pada bulan safar dan tiba di Madinah pada awal bulan Rabiul Awal.
Kedua, terjadinya perang Abwa’ pada tahun 2 hijriyah bertepatan dengan bulan safar yang merupakan peperangan pertama yang terjadi dalam Islam.
Ketiga, pembebasan Khaibar pada tahun 7 hijriyah dilakukan pada bulan safar.
Keempat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Usamah bin Zaid radiyallahu ‘anhu sebagai panglima menghadapi pasukan Romawi pada tahun 11 hijriyah itu terjadi pada akhir bulan safar, beberapa hari sebelum wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kelima, penaklukan kota Madain yang merupakan ibu kota Persia pada tahun 12 hijriyah dilakukan pada bulan safar dan ini merupakan indikasi kehancuran Persia di masa pemerintahan Khilafah Umar bin Khattab radiyallahu ‘anhu.
Semoga Allah karuniakan kemenangan dan kebaikan di dalam bulan safar ini, dan menjauhkan kita dari berbagai bentuk kesialan dan keburukan di dalamnya., Allahumma aamiin yaa mujiibas saa’iliin...
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ المُسْلِمِيْنَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Download PDF-nya di https://bit.ly/TerkaanMusibahBulanSafar