Ragaku belum lupa dengan hangatnya buaian
Akalku masih sampai tuk mengenang teman sepermainan
Bibirku pun masih mampu mengisahkan ragam pilu dan kebahagiaan disekolahan
Ternyata, aku telah tumbuh dewasa dibawah asuhan Puan dan Tuan
Langkahku bahkan hampir sampai pada tujuan
Namun, hatiku enggan beranjak akibat sebuah keraguan
Padahal Puan dan Tuan telah menantiku digerbang kesuksesan
Dengan binar senyum kebahagiaan
Tapi aku memilih menitihkan air mata penyesalan
Mengapa tidak ?
Usia yang kuterima telah beranjak bahkan lebih dari kata dewasa
Sang pemilikku pun bahkan tak mengenal usia tuk memanggilku pulang kekampung halaman
Namun, lihatlah bekalku yang tak kunjung terisi penuh
Bahkan hampir habis karena hiruk pikuk kelalaian yang kadang tak terbantahkan
Sungguh, betapa payah diriku wahai Rabb pemilik kehidupan
Bumi kau biarkan berputar pada porosnya
Mengubah siang dan malam dengan begitu apiknya
Terus berganti seakan tanpa henti mengisyaratkan kepada penghuninya
Bahwa kelak ia juga akan berhenti atas izin pemiliknya
Begitupun dengan diriku ini
Tapi ia berbeda, Ia taat
Tanpa penyesalan ia akan selamat
Namun, apa kabar dengan diriku?
Apakah yang kuperbuat ini telah benar?
Ya… ,mungkin dunia akan menjawabku dengan benar
Tapi, apakah kampung akhirat akan menjamin kiprahku dapat pula berbinar?
Sedang diriku buta ilmu agama yang seharusnya kujadikan sebagai pilar
Lalu apakah Rabbku dapat menerima kedatanganku kekampung halaman dengan tangan lebar?
Cemasku, kelak ku harus menjawab pertanyaan panjang lebar
Kau habiskan untuk apa waktumu wahai anak muda yang katanya terpelajar?
Apakah kau akan menceritakan tawa, senda gurau dan kesenangan duniamu semata?
Apakah kau akan menceritakan permainan dan kesibukan duniamu semata?
Ilmu dunia yang kau kecap saat ini mungkin akan melahirkanmu sebagai insan yang jauh lebih bermanfaat
Tapi, apakah kau tak ingin megecapnya dengan sedikit lebih manis karena kau barengi dengan ilmu agama ?
Mungkin, sontak kau akan bertanya
Setelah akal dan hatimu terbuka
Manakah yang perlu ku kecap?
Maka jawabnya singkat,
Kecaplah keduanya
Agar kau rasakan nikmat hikmah dari keduanya
Oleh: Andi Fadilah Farhana
Peserta Kelas Menulis Muslimah Wahdah Makassar