Tarbiyah itu...
Terus terang sulit aku menjelaskannya.
Sama seperti sulitnya aku menjelaskan:
rasa semangkuk coto kepadamu.
Aku mungkin bisa menguraikan resepnya:
ada garam, ada merica
ada kacang, ada rempah
ada selada, ada bawang...
Tapi cukupkah itu membuatmu
merasakan kelezatannya?
Takkan pernah cukup dan mampu.
Hingga engkau mencicipinya sendiri,
dan membiarkan kuah segarnya mengaliri
hingga membasahi tenggorokanmu.
Seperti itulah sulitnya aku bicara
tentang tarbiyah kepadamu...
Maka engkau boleh menyimak khusyuk:
kalam-kalam penuh manfaat dari para ustadz
di majlis-majlis ilmu mereka,
di kanal-kanal Youtube mereka,
di petikan-petikan video Instagram mereka,
di kutipan-kutipan “quotes” mereka...
Tapi itu seibarat engkau membeli racikan bumbu masakanmu.
Dari ustadz Satu engkau mendapatkan garam.
Dari ustadz Dua engkau membawa merica.
Dari ustadz Tiga engkau membawa daun bawang.
Dari ustadz Empat engkau membawa kacang.
Semuanya baik dan bagus belaka.
Lalu?
Yah, lalu Tarbiyah-lah yang mengajarmu meramu semuanya.
Tarbiyah-lah yang mengajarmu:
sebanyak apa garam yang harus kau jumput,
seberapa sendok merica harus tertuang,
seberapa iris daun bawang yang tercampur,
dan seberapa banyak kacang yang harus dihaluskan,
untuk kemudian terbentuklah “Dirimu”
sebagai muslim yang berjiwa bersih,
penuh santun dan kebijaksanaan,
tidak melebih-lebihkan
dan tak pula mengurang-ngurangkan...
Seperti itulah Tarbiyah, Kawan...
Sulit untuk kujelaskan dengan kata,
hingga engkau sendiri menapak jalannya,
bukan sebulan-dua bulan...
bukan setahun-dua tahun...
bukan sedaurah demi daurah...
tapi sepanjang hayat dikandung badan.
Akhukum,
Muhammad Ihsan Zainuddin