JUMAT, 01 Muharam 1447 H / 27 Juni 2025 M
Oleh Rachmat Badani, Lc., M.A.
Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…
Hadirin sekalian, marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kita nikmat iman, kesehatan, dan kesempatan untuk kembali bertemu dalam ibadah yang mulia ini. Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan sebenar-benar takwa, yaitu melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan, kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Salawat dan salam semoga senantiasa terhaturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya serta kepada setiap pengikutnya yang konsisten menjalankan syariatnya.
Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…
Hari ini, Jumat 27 Juni 2025 bertepatan dengan 01 Muharram 1447 H. Di tengah dunia yang penuh guncangan hari ini, kita semua menjadi saksi atas ketegangan antara Israel dan Iran yang berlangsung selama 12 hari dan berakhir dengan gencatan senjata sejak tanggal 24 Juni lalu. Serangan dan ancaman militer yang silih berganti mengancam nyawa manusia yang tak berdosa. Konflik ini bukan hanya persoalan politik, namun menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan hidup umat manusia. Kementerian Kesehatan Iran melaporkan sebanyak 610 orang warganya tewas sementara 4.746 orang luka-luka, sedangkan dari pihak Israel melaporkan sebanyak 28 orang warganya tewas.
Pada saat yang sama, bangsa kita pun sedang mengalami krisis tersendiri. Menurut laporan terbaru Kementerian Kesehatan, terjadi lonjakan kasus HIV/AIDS di kalangan remaja Indonesia. Data menunjukkan bahwa hingga bulan Maret 2025 tercatat ada 2.700 individu usia 15-18 tahun di Indonesia yang terpapar virus mematikan ini akibat pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, dan kurangnya edukasi agama serta moral.
Tidak sampai di situ saja, hati kita juga patut merasa pilu dengan semakin maraknya kasus bunuh diri. Sebagaimana sempat beredar video seorang ibu yang hendak bunuh diri dan anaknya dengan melemparkan dirinya ke sebuah sungai melalui sebuah jembatan. Setelah diusut oleh pihak kepolisian diketahui bahwa si ibu sudah tidak tahan dengan kehidupan rumah tangganya. Dan mungkin masih banyak kasus-kasus lain yang serupa.
Apa benang merah dari semua ini? Kematian mengintai di mana-mana sebagai akibat perang maupun akibat rusaknya moral dan pendidikan agama. Padahal Islam datang untuk melindungi nyawa manusia, dan hal ini merupakan bagian dari maqāṣid al-syarī‘ah, yakni tujuan tertinggi dari syariat Islam.
Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…
Di antara anugerah terbesar yang Allah berikan kepada manusia adalah nikmat kehidupan. Tanpa kehidupan, tidak ada ibadah, tidak ada amal, tidak ada kesempatan untuk bertobat dan berbuat baik. Maka, menjaga nyawa adalah amanah yang sangat besar, baik menjaga nyawa sendiri maupun nyawa orang lain. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan besarnya nilai satu jiwa manusia dengan firman-Nya dalam Surat Al-Mā’idah ayat 32:
مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا ۗوَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ
Terjemahnya: Oleh karena itu, Kami menetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa siapa yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Sebaliknya, siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah memelihara kehidupan semua manusia. Sungguh, rasul-rasul Kami benar-benar telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Kemudian, sesungguhnya banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.
Ayat ini diturunkan berkaitan dengan kisah dua anak Nabi Ādam, yaitu Qābil yang membunuh Hābil. Kejadian ini menjadi pembuka sejarah pembunuhan dalam sejarah kemanusiaan. Karena itulah Allah menetapkan hukum yang sangat berat bagi pembunuhan, dan dijadikan sebagai peringatan bagi Bani Israil. Dalam konteks ini, Allah mengingatkan kembali kepada Bani Israil betapa berat dosa membunuh satu jiwa tanpa alasan yang benar.
Ayat ini menjelaskan bahwa nyawa satu orang manusia sangat berharga di sisi Allah. Jika seseorang membunuh satu jiwa secara zalim, maka dosanya sama seperti membunuh seluruh umat manusia. Ini bukanlah sekadar kiasan, tapi peringatan keras bahwa pembunuhan, penganiayaan, perusakan jiwa, dan pembiaran terhadap kehancuran hidup seseorang adalah dosa besar yang melanggar tujuan utama syariat.
Sebaliknya, jika seseorang menjaga satu nyawa, menyelamatkan orang dari ancaman kematian, memberi makan kepada orang kelaparan, membantu pengobatan orang sakit, atau mencegah seseorang dari bunuh diri maka pahalanya sama seperti menyelamatkan seluruh manusia.
Senada dengan ayat tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
Artinya: Hancurnya dunia lebih ringan bagi Allah dibanding terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak (HR. Ibnu Majah).
Dunia berikut seluruh isinya, kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih rendah dibandingkan satu jiwa manusia. Dan hancurnya seluruh dunia ini yang diciptakan oleh Allah dengan kalimat-Nya yaitu Kun Fayakun, ternyata lebih ringan di sisi-Nya dibandingkan hilangnya satu jiwa manusia yang diciptakan oleh Allah dengan Kedua Tangan-Nya yang Maha Mulia.
Namun, meski Allah telah memuliakan jiwa manusia, hari ini kita melihat betapa banyak jiwa manusia yang disia-siakan. Betapa banyak manusia hari ini wafat bukan karena ajal alami, tetapi karena dianiaya, dilalaikan, atau bahkan menghancurkan dirinya dengan tangannya sendiri.
Olehnya, muncul pertanyaan besar: sudahkah kita benar-benar menjaga jiwa? Hari ini, dunia sedang panas oleh konflik dan kebencian. Di berbagai belahan bumi, darah tertumpah bukan karena keadilan, tapi karena kerakusan, kebencian dan kedustaan belaka. Dan di negeri kita sendiri, anak-anak muda terjerumus dalam pergaulan bebas, narkoba, dan HIV/AIDS. Mereka bukan hanya kehilangan arah, tapi juga kehilangan nyawa di usia muda. Di sisi lain, ada pula yang ingin mengambil jalan pintas untuk mengakhiri penderitaan hidupnya dengan membunuh dirinya sendiri.
Bukankah semua ini akibat kelalaian kita bersama? Di mana orang tua tidak mendidik, guru hanya mengajar tanpa menanamkan iman, pemimpin hanya sibuk membangun sistem namun tidak peduli dengan masyarakat, sehingga masyarakat hanya mampu menghakimi tapi tidak merangkul. Semua yang kita lihat dan rasakan sejatinya kembali kepada sebab-sebab utama yang perlu kita ketahui dan selesaikan bersama-sama.
Pertama: Lemahnya iman dan ketakwaan kepada Allah
Ketika manusia kehilangan rasa takut kepada Allah, maka ia kehilangan kendali atas hawa nafsunya. Ia menjadi berani menumpahkan darah, merendahkan nyawa, dan merusak tubuhnya sendiri demi kesenangan sesaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ...
Artinya: Seorang pezina tidaklah berzina dalam keadaan beriman…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya, saat maksiat dilakukan, iman sedang tercabut dari hatinya. Bukan berarti ia telah keluar dari agama Islam. Bukan berarti tak lagi ada harapan untuknya. Namun ketika seseorang bermaksiat, sejatinya saat itu ia sedang berada dalam keadaan paling jauh dari cahaya iman. Ia tahu itu dosa, tapi ia kalah. Ia sadar itu haram, tapi ia lemah. Inilah yang dimaksud oleh Nabi dengan iman sedang tercabut dari hatinya. Dan bila ia segera bertobat, kembali kepada Allah, maka iman itu akan kembali menyinarinya.
Kedua: Hilangnya peran keluarga dalam membina dan melindungi.
Banyak orang tua hari ini terlalu sibuk mencari dunia, lupa bahwa anak-anak mereka lapar perhatian, bukan hanya lapar makanan. Anak yang kehilangan kasih sayang dan bimbingan, akan mencarinya di tempat yang salah: di jalanan, di media sosial, di lingkaran yang merusak. Padahal, Allah telah memerintahkan:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Terjemahnya: Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrīm/ 66:6).
Ketiga: Lemahnya kontrol sosial dan amar ma’ruf nahi munkar
Di tengah masyarakat, kebaikan tidak lagi ditegakkan bersama, dan kemungkaran dibiarkan. Orang baik diam, orang jahat bebas. Ketika maksiat dianggap biasa, dan dosa dianggap tren, maka jiwa-jiwa mulai rusak dan mati dalam diam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ القَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالوَاقِعِ فِيهَا، كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا، فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ المَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ، فَقَالُوا: لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا، فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا، وَنَجَوْا جَمِيعًا
Artinya: Perumpamaan orang yang menegakkan hukum-hukum Allah dan orang yang melanggarnya, seperti sekelompok kaum yang naik sebuah kapal. Sebagian dari mereka berada di bagian atas kapal dan sebagian lainnya di bagian bawah. Ketika orang-orang yang berada di bawah membutuhkan air, mereka harus naik melewati orang-orang yang di atas. Lalu mereka berkata: 'Bagaimana jika kita buat lubang di bagian kita sendiri agar kita tidak mengganggu orang-orang di atas?' Jika orang-orang di atas membiarkan mereka melakukan apa yang mereka kehendaki, maka semuanya akan binasa. Tetapi jika mereka mencegah mereka, maka mereka semua akan selamat." (HR. al-Bukhari).
Keempat: Sistem yang lalai melindungi jiwa dan moral generasi.
Ketika hukum tidak ditegakkan dengan adil, ketika narkoba mudah didapatkan, ketika hiburan lebih murah dari pendidikan, dan ketika akhlak tidak diajarkan secara sungguh-sungguh, maka lahirlah generasi yang tubuhnya hidup tapi jiwanya kosong. Mereka bernafas, tapi tak tahu tujuan hidup. Mereka berjalan, tapi menuju kehancuran. Allah Ta’ala berfirman dalam surah Maryam: 59
فَخَلَفَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوٰتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ۙ
Terjemahnya: Kemudian, datanglah setelah mereka (generasi) pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti hawa nafsu. Mereka kelak akan tersesat.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah...
Setelah kita merenungkan betapa berharganya satu nyawa manusia di sisi Allah, dan kita melihat betapa banyak jiwa hari ini yang dirusak, dilalaikan, bahkan dimatikan secara perlahan oleh dosa, kezaliman, dan kelalaian maka kini saatnya kita bertanya pada diri:
Apakah kita akan diam? Atau akan bangkit menjadi penjaga kehidupan? Ingatlah, menjaga jiwa bukan hanya tanggung jawab dokter, aparat, atau pemimpin. Menjaga jiwa adalah tugas kita semua. Orang tua menjaga anaknya. Guru menjaga muridnya. Tetangga menjaga tetangganya. Pemerintah menjaga rakyatnya. Dan umat Islam menjaga sesama manusia dari kebinasaan dunia dan akhirat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka kaum Muslimin yang berbahagia, jadilah: Orang tua yang melindungi, bukan membiarkan. Guru yang membimbing, bukan hanya mengajar. Pemuda yang menyelamatkan, bukan merusak. Tetangga yang peduli, bukan membiarkan. Karena satu jiwa yang kita jaga hari ini, bisa jadi sebab keselamatan kita di akhirat nanti.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، فَإِنَّهَا زَادُ المُتَّقِينَ وَعُدَّةُ الصَّالِحِينَ.
Kaum muslimin yang berbahagia!
Pada khutbah kedua ini, izinkan kami untuk mengingatkan diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian untuk memperbanyak dua buah ibadah kepada Allah pada hari jum’at. Pertama, mari memperbanyak doa kita kepada Allah, secara khusus untuk keselamatan saudara-saudara kita di Palestina. Karena telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa pada hari jumat terdapat satu waktu yang singkat, tidaklah seorang muslim memanjatkan doa kepada Allah pada waktu tersebut melainkan doanya pasti akan diijabah. Kedua, mari memperbanyak salawat dan salam kita kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah:
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Download PDFnya di https://bit.ly/MenjagaJiwa