Tau tidak? Menurut Menteri Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak, Yohana Yambise mengatakan, bahwa 25 ribu remaja akses pornografi tiap hari. Senada dengan hasil survei yang diungkapkan Komisi Perlindungan Anak pada tahun 2010, bahwa 97% remaja pernah menonton atau mengakses pornografi, bahkan 62,7% remaja pernah melakukan hubungan badan.
“Gue hijrah, gue anti pornografi!” kata kita, bisa jadi bangga.
Faktanya setan lebih lihai daripada kita. Makhluk terkutuk ini mungkin tidak akan menawarkan maksiat berupa zina tepat dihadapan kita saat keimanan kita sedang memuncak, saat nikmat hijrah sedang manis-manisnya, tapi dia tau cara yang tepat, seperti sales yang pandai menawarkan produknya di kesempatan yang pasti. Itulah kenapa, orang yang sudah mendeklarasikan diri berhijrah pun, belum tentu... selamat.
Setahun, dua tahun, tiga tahun... dan seterusnya berlalu. Kita mungkin merasa free alias bebas dari pornografi, menyibukkan diri dengan hal-hal yang lain. Setiap pikiran-pikiran terbesit tentang hal-hal berbau porno, kita berusaha menepis apalagi untuk jomblo yang belum mampu menyalurkan syahwat dengan cara yang halal.
Sayangnya, setan bukan tipe yang libur dari tugas, setan sedang menyiapkan project jangka panjangnya. Perlahan tapi pasti, dan bisa jadi sedang berlangsung pada diri kita, tapi kita tidak sadar.
Yang pasti zina itu bukan sekedar zina kemaluan, tapi zina kemaluan adalah intinya.
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Telah ditentukan atas anak Adam (manusia) bagian zinanya yang tidak dapat dihindarinya: Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara, zina tangan adalah meraba atau memegang (wanita yang bukan mahram, Pen), zina kaki adalah melangkah, dan zina hati adalah menginginkan dan berangan-angan, lalu semua itu dibenarkan (direalisasikan) atau didustakan (tidak direalisasikan) oleh kemaluannya.” (HR. Bukhari no. 6243 dan Muslim no. 2657. Lafadz hadits di atas milik Muslim).
Makanya itu, setan pandai memanfaatkan peluang ini, untuk mengarahkan seorang hamba pada zina yang inti, yap, zina kemaluan.
Tidak percaya?
Apa selama ini kita sukses menjaga pandangan dari yang haram? 100%? Sebagaimana para salaf yang bahkan sampai dikira orang buta saking menjaga pandangannya? Tidak.
Setidaknya dalam sehari, ada hal haram yang entah sengaja atau tidak sengaja kita lihat dan terekam di benak kita. Hal fatal pertama! Lama kelamaan kita terbiasa, mengumbar pandangan seenaknya tanpa merasa bersalah, sehingga mata pun durhaka, terjatuh pada zina mata. Na’udzubillah.
Kita diserang di sosial media, di iklan-iklan internet maupun Televisi yang tak bermoral penuh dengan mengumbar syahwat, di lagu-lagu yang beredar, bacaan-bacaan, sampai-sampai film-film dan tayangan-tayangan yang penuh dengan aurat dan adegan maksiat.
Belum lagi pola pikir kita yang ikut-ikutan diperangi dengan pemikiran-pemikiran yang tanpa kita sadari itu bertetantangan dengan syari’at. Sampai di suatu hari, kita bertanya, “Kenapa nikmat hijrah tak seindah saat pertama kita menitinya? Ada apa dengan kualitas ibadah kita yang menurun?”
Lama kelamaan benteng yang berusaha kita bangun dengan kokoh di awal hijrah mulai terkikis, sedikit demi sedikit mulai menjauh dari majelis ilmu, bahkan tak khawatir jika dalam sepekan iman stuck ketika tak menghadiri kajian ilmu syar’i.
Hati mulai tidak tenang, dan setan mengambil peran. Celakanya mulai mencari-cari hiburan di luar sana, yang pada akhirnya terjerumus lagi pada yang haram, yang menyebabkan zina mata, telinga, lisan, tangan, kaki sampai hati yang tak membutuhkan waktu lama... zina kemaluan.
Kita boleh syok, tapi itulah faktanya.
Bisa jadi sekarang ini kita sedang digiring, jangan terlalu bangga jika kita bebas dari pornografi untuk saat ini, pertanyaannya, mampukah kita mempertahankan keimanan sampai di titik akhir? Mampukah kita menahan diri untuk tidak menyalurkan syahwat di jalan yang haram?
Maka sebelum terlambat saudaraku, rem segera dan berusahalah ke jalur yang sesuai. Wallahi, pornografi bukan sekedar lelucon di zaman ini.
Saudaraku, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
“Janganlah kalian mendekati zina, sungguh zina itu adalah perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan.” (QS. Al-Isra’ : 32)
Maka berikut beberapa kiat-kiat bagi kita untuk melepaskan diri dari cengkeraman pornografi:
1.Bertaubatlah jika selama ini kita sering terpapar zina-zina yang sudah mengarah kepada zina kemaluan. Segera bertaubat! Ketika hati masih merasa bersalah, tak nyaman dengan maksiat, itu sinyal dari Allah Ta’ala agar kembali ke jalan yang seharusnya, maka bertaubatlah! Karena hati-hati dengan hati yang mati, hati yang tak merasa bersalah ketika melakukan kemaksiatan, bahkan memandang baik perbuatan buruk tersebut.
2.Menikah bagi yang telah siap atau puasa untuk mengekang syahwat.
Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa dapat menekan syahwatnya.” (HR. Bukhari no. 5066)
3.Jauhi segala fasilitas maksiat. Tutup semua pintu-pintu yang dapat mengundang ke arah zina. Baik itu aplikasi-aplikasi yang sering menampilkan iklan-iklan tak bermoral, menghentikan kebiasaan menonton film dan mendengar musik-musik, pertemanan yang campur baur, pacaran, dll.
4.Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai ada waktu luang, yang bisa berpotensi untuk diisi dengan hal-hal yang buruk. Sebagaimana yang diungkapkan Ibnul Qayyim rahimahullah,
“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil.”
5.Menaikkan intensitas bacaan Al-Qur’an.
6.Sibukkan diri dengan ilmu syar’i.
7.Dan yang terpenting adalah memohon pertolongan Allah Ta’ala agar dilindungi dari zina.
Kita berdoa kepada Allah Ta’ala, semoga senantiasa dalam perlindungan-Nya dan apapun yang kita tinggalkan karena Allah Ta’ala, diganti dengan yang lebih baik dari itu. Aamiin.
=============================
Penulis : Ummu ‘Aisyah
MWD Kota Kupang, NTT