JUMAT, 21 SYAWAL 1444 H / 12 MEI 2023 M
Oleh : Rachmat Badani, Lc., M.A.
Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُ..
اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
أيها الناس رحمكم الله
Jamaah Jumat yang berbahagia yang dimuliakan oleh Allah..
Bertakwalah kepada Allah ‘azza wa jalla dengan sebenar-benarnya ketakwaan, dengan mengamalkan perintah Allah atas dasar ilmu karena mengharapkan ganjaran pahala dari-Nya, dan meninggalkan seluruh larangan Allah atas dasar ilmu karena takut akan azab-Nya.
Salawat dan salam semoga senantiasa terhaturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya serta kepada setiap pengikutnya yang konsisten menjalankan syariatnya.
Jamaah Jumat yang berbahagia...
Berbahagia dengan amalan kebaikan merupakan salah satu amalan hati yang diperintahkan oleh agama Islam dan merupakan tanda keimanan seorang manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Terjemahnya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus ayat 58)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَذَلِكَ المُؤْمِنُ
Artinya: Barang siapa yang berbahagia dengan kebaikannya dan sengsara dengan keburukannya maka dia adalah seorang mukmin (HR. Tirmidzi)
Namun, perasaan bahagia ini hendaknya diikuti dengan 3 perkara penting setelahnya yaitu:
Pertama: Perasaan takut akan tidak diterimanya amalan kebaikan, entah disebabkan karena tidak tersempurnakannya amalan tersebut akibat niat yang keliru, atau tidak hadirnya hati saat mengamalkannya, atau sebab-sebab lainnya. Allah ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
Terjemahnya: Dan orang-orang yang melakukan (kebaikan) yang telah mereka kerjakan dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya. (QS. al-Mu’minun ayat 60)
Ayat ini berisi penjelasan tentang orang-orang yang merasa khawatir dan takut dengan perbuatan-perbuatan yang telah mereka lakukan, namun bukanlah yang dimaksud adalah mereka yang berbuat kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah, bahkan ayat ini menceritakan tentang keadaan orang-orang yang melakukan kebaikan dan kesalehan namun mereka takut apabila amalannya tidak diterima di sisi Allah ta’ala. Perasaan takut ini akan mendorong seseorang untuk melakukan perkara yang kedua.
Kedua: Banyak berdoa agar amalannya diterima di sisi Allah, serta memohon agar seluruh kekeliruan yang ada di dalamnya dimaafkan di sisi-Nya.
Hal ini sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabiyullah Ibrahim dan Ismail ‘alaihimassalam tatkala keduanya usai mendirikan kembali Baitullah Ka’bah, mereka berdoa:
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (127) رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (128)
Terjemahnya: (Ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada-Mu, (jadikanlah) dari keturunan kami umat yang berserah diri kepada-Mu, tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan manasik (rangkaian ibadah) haji, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. (QS. al-Baqarah 127-128)
Ketiga: Berupaya menjaga amalan kebaikan agar ia tidak terhapus di sisi Allah.
Jamaah Jumat yang berbahagia...
Setan senantiasa berupaya menggelincirkan umat manusia dari jalan Allah dengan berbagai bentuk cara dan usaha. Terkadang ia menggoda manusia untuk melakukan kemaksiatan atau meninggalkan ketaatan, jika gagal maka ia akan menggodanya untuk mengerjakan kebaikan yang tidak diutamakan dan meninggalkan amalan yang lebih utama. Namun jika setan kembali gagal, maka ia akan membiarkan manusia mengerjakan kebaikan dan menunggunya di penghujung jalan dengan beragam perangkap yang dapat menghapus kebaikan yang telah dikerjakan dan melenyapkan pahalanya di sisi Allah. Bukankah Allah ta’ala telah memperingatkan hal ini dalam firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
Terjemahnya: Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta jangan batalkan amal-amalmu! (QS. Muhammad 33)
Syaikh As-Sa’di menerangkan bahwa larangan membatalkan amalan dalam ayat ini mencakup membatalkan amalan setelah amalan itu dilaksanakan kemudian ia dirusak baik dengan menyebut-nyebutnya, merasa bangga dan sombong dengannya, atau amalan kebaikan itu menjadi batal karena disudahi dengan kemaksiatan yang dapat menghapus amalan-amalan kebaikan. Termasuk dalam ayat ini apabila seseorang membatalkan amal-amalnya dengan melakukan hal-hal yang dapat merusak ibadah tersebut pada waktu pelaksanaannya.
Berkata Qatadah: Barang siapa yang mampu menjaga amalan kebaikan yang telah dia lakukan dengan menjauhi kemaksiatan maka hendaknya dia melakukannya, karena sebagaimana kebaikan dapat menghapus keburukan, maka demikian halnya keburukan dapat menghapus kebaikan, dan inti dari seluruh amalan adalah pada bagian akhirnya.
Olehnya, seorang mukmin hendaknya senantiasa merasa mawas diri dan berhati-hati dari terhapusnya amalan kebaikan yang telah dia lakukan dan kumpulkan dalam kehidupannya, dan cukuplah firman Allah ini menjadi peringatan bagi setiap kita:
أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
Terjemahnya: Hal itu dikhawatirkan akan membuat (pahala) segala amalmu terhapus, sedangkan kamu tidak menyadarinya. (QS. al-Hujurat 2)
Jamaah Jumat yang berbahagia...
Penghapus amalan-amalan kebaikan dapat dibagi menjadi dua bentuk:
Pertama: Penghapus amalan secara menyeluruh dan membatalkan keimanan seseorang, dan hal ini dapat berbentuk kekufuran, syirik besar, nifak besar, murtad, dan meninggalkan ibadah shalat wajib secara keseluruhan dengan sengaja. Seorang mukmin tentu senantiasa merasa khawatir dan takut apabila hal-hal tersebut terjadi pada dirinya, semoga Allah menjaga kita semua dari keburukan terbesar ini.
Kedua: Penghapus amalan secara parsial dan tidak membatalkan keimanan seseorang, hal ini telah disebutkan dalam sekian banyak dalil Al-Quran maupun hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya:
Pertama: Riya
Riya merupakan syirik kecil yang sangat berbahaya. Ia bercokol pada hati seseorang ketika ia meniatkan ibadahnya karena mengharapkan agar orang lain melihatnya dan memujinya. Seseorang yang melakukan ibadah karena motivasi riya maka amalannya tertolak di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ
Terjemahnya: Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia. (QS. al-Baqarah 264)
Kedua: Ujub terhadap diri sendiri dan mengungkit-ungkit kebaikan
Di antara hal yang dapat membatalkan ibadah adalah perasaan ujub terhadap diri sendiri dan merasa bangga serta sombong dengan kebaikan yang telah dilakukannya. Hal ini tentu saja akan mengantar dirinya untuk senantiasa mengungkit-ungkit kebaikan yang telah dia lakukan, padahal Allah ta’ala telah melarang darinya sebagaimana firman-Nya pada QS. al-Baqarah ayat 264 sebelumnya. Hal ini juga telah diwanti-wanti oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا، لَخَشِيِتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْهُ اَلْعُجْبَ
Artinya: Seandainya kalian tidak pernah berbuat dosa, maka sungguh aku sangat takut atas kalian dengan apa yang lebih dahsyat darinya yaitu perasaan ujub. (HR. al-Bazzar)
Ketiga: Dosa di kala bersendiri
Jamaah sekalian, di antara dosa yang dapat menghapuskan dan merusak amalan kebaikan adalah perbuatan dosa dan pelanggaran atas apa-apa yang diharamkan tatkala dia sedang bersendiri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا، فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا" قَالَ ثَوْبَانُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، صِفْهُمْ لَنَا، جَلِّهِمْ لَنَا، أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ. قَالَ: "أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ، وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ، وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ، وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا
Artinya: Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari ummatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikannya sia-sia." Tsauban berkata: "Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami, supaya kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak mengetahuinya." Beliau bersabda: "Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jika kembali kepada apa yang di haramkan Allah, maka mereka terus mengerjakannya. (HR. Ibnu Majah)
Keempat: Meninggalkan shalat ashar
Salah satu hal yang dapat menghapus amalan kita adalah meninggalkan shalat ashar secara sengaja, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ العَصْرِ حَبِطَ عَمَلُهُ
Artinya: Barang siapa yang meninggalkan shalat ashar maka amalannya telah terhapus (HR. Bukhari)
Hadis ini tentu merupakan ancaman yang sangat keras dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi mereka yang sengaja meninggalkan shalat ashar, dan sekaligus menunjukkan besarnya keutamaan shalat ini di sisi Allah ta’ala.
Kelima: Mendatangi dukun dan bertanya kepadanya tentang perdukunan
Amalan ini juga menghapus amalan ibadah shalat kita di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Artinya: Barang siapa yang mendatangi tukang dukun dan bertanya kepadanya, maka tidak akan diterima ibadah shalatnya selama 40 malam. (HR. Muslim)
Hadis ini tentu saja tidak melegitimasi bolehnya meninggalkan ibadah shalat bagi mereka yang telah mendatangi dukun dan bertanya kepadanya, namun dia tetap wajib melaksanakan ibadah shalat wajib, namun sebagai bentuk balasan atas perbuatannya maka ibadah shalatnya tidak bernilai pahala sama sekali selama 40 malam.
Keenam: Meminum khamar
Sebagaimana sebelumnya, meminum khamar juga diancam dengan ancaman yang serupa di sisi Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ شَرْبَةً لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ صَبَاحاً، فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ
Artinya: Barang siapa yang meminum seteguk khamar maka tidak akan diterima ibadah shalatnya selama 40 subuh (hari), dan apabila dia bertaubat niscaya Allah akan menerima taubatnya. (HR. Ahmad)
Ketujuh: Memelihara anjing tanpa alasan yang dibenarkan
Jamaah sekalian, termasuk di antara hal yang dapat merusak amalan kebaikan kita adalah memelihara anjing tanpa alasan yang dibenarkan yaitu untuk menjaga hewan ternak atau tanaman dan persawahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنِ اقْتَنَى كَلْبًا، لَيْسَ بِكَلْبِ صَيْدٍ، وَلَا مَاشِيَةٍ، وَلَا أَرْضٍ، فَإِنَّهُ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِهِ قِيرَاطَانِ كُلَّ يَوْمٍ
Artinya: Barang siapa yang memelihara anjing, bukan untuk berburu, atau untuk menjaga ternak, atau lahan, maka akan berkurang dari pahala kebaikannya sebanyak 2 qirath setiap hari. (HR. Bukhari dan Muslim)
Jamaah Jumat yang berbahagia, demikian beberapa perkara yang dapat merusak dan menghapuskan amalan-amalan kebaikan yang telah dikerjakan sebelumnya. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan taufik dan kemudahan dalam menunaikan berbagai bentuk ketaatan dan menjaga setiap pahala yang telah tercatat di sisi Allah.
بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فَي القُرْآنَ العَظِيْمِ, وَنَفَعْنِيْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ, قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ
يَا اَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Jamaah Jumat yang berbahagia...
Sungguh beruntunglah orang-orang yang dapat menunaikan tugas penghambaannya kepada Allah dengan benar dan baik, serta cerdas di dalamnya. Di antara sikap cerdas dalam beramal adalah senantiasa berupaya menjaga amalan-amalan kebaikan kita, agar dia tetap terjaga dan sempurna, bukan justru hangus dan lenyap tak bersisa, ibarat seseorang yang memetik buah dengan menggunakan kantong bolong, sekembalinya dari memetik buah dia justru tidak mendapatkan apapun di dalam kantongnya itu. Demikianlah keadaan merugi orang-orang yang gagal menjaga kebaikan-kebaikan yang telah dilakukannya, kelak ia akan lenyap dari hadapannya di saat dia sangat membutuhkannya.
Semoga kita tidak termasuk hamba-hamba yang merugi karena lenyapnya amalannya, dan kita senantiasa berdoa agar Allah mengistiqamahkan kita diatas petunjuk yang lurus, aamiin...
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَأَنْتَالْوَهَّابُ
رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَ لْمُسلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Download PDFnya di https://bit.ly/WaspadaiPenghancurAmal