Setiap orang pasti mengidolakan seseorang, baik itu ayahnya, temannya, gurunya, atau bahkan pasangan hidupnya. Tidak jarang kita menjumpai seseorang yang dulunya kita kenal sebegitu buruknya namun sekarang kita dapati kelakuan dan perangainya berubah 180 derajat menjadi lebih baik.
Zaman sekarang ini memiliki seorang panutan atau inspirasi bukanlah sesuatu yang tabu di kalangan khalayak masyarakat. Namun, tahukah kita bahwa ternyata urusan mengambil seseorang sebagai inspirasi atau panutan bukanlah hal yang sepele, karena ini menyangkut kehidupan kita di dunia yang fana ini dan kehidupan abadi kita di akhirat. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Al-Ahzab ayat ke 21:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
Dari firman Allah tersebut ada pesan yang sangat berharga yang disampaikan di dalamnya, yaitu bagaimana mulianya dan sangat pantasnya seorang Nabi Allah, Muhammad, untuk dijadikan sebagai suri tauladan atau panutan kita. Allah SubhanahuwaTa’alajuga menyebutkan manfaat serta alasan utama mengapa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallamadalah panutan yang layak, yaitu jalan untuk menggapaiRahmat Allah serta kebaikan hari akhirat yaitu surga-Nya.
Kita dapati pada masa sekarang bahwa banyak dari kalangan umat Islam yang hanya mengekor dan latah dalam masalah ini.Ada yang mengidolakan seorang pemain bola yang –mungkin- bahkan bukan seorang muslim, atau idola dari kalangan publik figur yang notabene kita tahu bahwa kesehariannya berkutat dengan adegan-adegan kehidupan yang penuh dengan kebohongan dan kemungkaran yang secara sadar atau tidak mereka semua tidak dapat mendatangkan sebuah petuah dan kebaikan yang hakiki sebagaimana yang di gambarkan dalam ayat tersebut.
Maka sebuah pertanyaan “Apakah kita umat yang latah?”. Mari kita menengok sejenak diri-diri kita dan lihatlah kita termaksud dalam golongan yang mana. Apakah golongan orang yang mengekor pada kebaikan atau sebaliknya.
Dalam tulisan ini penulis akan memberikan poin-poin pembahasan yaitu mengapa orang tidak menjadikan Nabi Muhammad sebagai panutan dan mengapa seseorang harus menjadikan beliau sebagai idola atau panutan. Dimulai dengan sebuah kisah yang menarik dari perjalanan hidup seorang sahabat Anas bin Malik al-Anshary yang akan memberikan kita sebuah pelajaran yaitu pentingnya seorang panutan.
Di kota Madinah yang dulunya bernama Yatsrib, hidup seoranganak yang bernama Anas bin Malik yang ketika itu umurnya masih belia. Beliau diasuh dan dididik oleh ibunya, Ghumaisha.Ibunya mengajarkan kepada Anas dua kalimat suci kalimat syahadatain serta mengisi hati Anas dengan rasa cinta akan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Anas pun langsung tertarik dengan apa yang disampaikan oleh ibunya. Ketika itu Anas berada di Yastrib dan Rasulullah masih berada di kota Mekkah dan Anas kecil sangat merindukan untuk bertemu dengan baginda Rasulullah. Kemudian di usia Anas yang 10 tahun Rasulullah memasuki kota Madinah, disambut dengan penuh rasa bahagia oleh penduduk kota Madinah.
Pada saat itulah sang ibu Ghumaisha datang menghadap Rasulullah membawa serta anaknya, Anas, “Ya Rasulullah tidak ada seorang pria dan wanita pun dari suku Anshar yang menghadapmu kecuali mereka memberikan hadiah kepadamu. Aku tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan hadiah selain anak ini saja.Ambilah dia dan jadikanlah dia pembantu sesuka hatimu”. Nabi Muhammad gembira dengannya dan Anas pun juga merasakan hal yang sama. Semenjak itulah Anas bin Malik mendampingi hidup Rasulullah selama kurang lebih 10 tahun. Anas bin Malikpernah mengatakan bahwa ada dua hari yang selalu dikenang oleh Anas,yaitu hari dimana dia pertama kali berjumpa dengan Rasulullah dan hari dimana Rasulullah kembali ke Sang Pencipta (hari kematian Rasulullah).
Salah satu doa Nabi kepada Anas adalah
“Ya Allah berikanlah dia harta dan keturunan dan berkahilahdia”
Tercatat dalam sejarah bahwa Anas bin Malik hidup dengan umur kurang lebih satu abaddan merupakan orang dari kalangan Anshar yang memiliki paling banyak keturunan anak, cucu dan yang paling banyak harta kekayaannya.
Kisah Anas bin Malik mengajarkan kita sebuah pelajaran penting tentang bagaimana pentingnya sebuah panutan dari seorang yang baik, sholeh serta memiliki akhlak yang mulia, dialah Sebaik-baik manusia, Rasulullah. Beranjak dari kehidupan para sahabat Rasulullah menuju pada zaman modern yang pada saat sekarang ini kita mendapati sebuah fenomena yaitu umat yang me-latahterhadap Dunia Barat, dunia global yang jauh dari apa yang di ajarkan oleh islam. Dalam hadits yang dikabarkan oleh Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah pernah mengatakan:
لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ الذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَ زِرَاعًا بِزِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا فِيْ جُحْرِ ضَبٍّ لَاَتَّبَعْتُمُوْهُمْ, قُلْنَا يَا رَسُوْلَ الله اليَهُوْدُ وَ النَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun), pasti kalian pun akan mengikutinya.”Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”
Setelah mempelajari kisah tersebut maka poin selanjutnya adalah mengapa seorang tidak menjadikan Rasulullah sebagai panutan dan mengapa seorang muslim menjadikannya sebagai panutan. Berikut poin-poin tersebut:
1. Alasan Mengapa Orang Tidak Mengidolakan Rasulullah
Pengaruh Cinta Dunia
Salah satu penyebab utama dari tidak mengidolakannya Nabi Muhammad adalah karena cinta dunia yang berlebihan. Mengapa?Karena dengan cinta dunia seseorang akan memiliki pola pikir yang semuanya mendasar pada kesenangan dunia, harta, dan hal-hal lainnya yang dalam pandangan mereka semua penikmat-penikmat dunia dapat menguntungkan. Realita inilah yang terjadi dalam masyarakat, dimana seorang penikmat dunia akan mencari petuah-petuah dari kehidupan dunia dan mereka melihat bahwa dengan idola-idola mereka semuanya yang juga adalah penikmat dunia mendapatkan kebahagian berupa harta, jabatan, serta keuntungan-keuntungan lainnya. Padahal nilai dunia di sisi Allah sangatlah kecil sebagaimana sabda Rasulullah :
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ماَ سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ ماَءٍ
“Seandainya dunia di sisi Allâh sebanding dengan sayap nyamuk, maka Dia tidak memberi minum sedikit pun darinya kepada orang kafir.”
Disebutkan pula dalam surah At-Taubah ayat 38
“…Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.”
Pengaruh Lingkungan
Karena pergaulan di lingkungan sekitar merupakan hal yang penting dan menjadi sebab mengapa terjadi hal-hal yang buruk dan baik pada seseorang, seperti dalam kasus ini adalah seseorang akan mengikut pada kawan atau temannya begitu pula dalam hal mengambil seorang panutan.Maka dia akan mengikut pada apa yang diidolakan oleh teman-temannya. Penting untuk mengambil seorang teman yang baik akhlak, perangainya serta agamanya. Ini sejalan dengan maksud hadits Rasulullah
المَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُر أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.”
Sebaik-baik teman adalah yang membawa kepada kebahagiaan hakiki dan tentunya berpanutan kepada sebaik-baik manusia yaitu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Ketidaktahuan
Ketidaktahuan seseorang akan sesuatu adalah sebab mengapa tidak suka atau tidak tertarik akan sesuatu tersebut.Jadi semakin seseorang mendalami ilmu dari sesuatu tersebut maka semakin kenal dia dan akan tumbuh rasa suka, rasa cinta dalam dirinya dan kemudian akan membawanya pada tahap dimana dia akan menjadikan prinsip hidup dan panutan. Pada permasalahan ini maka ada beberapa elemen masyarakat yang akan berperan penting untuk menumbuhkan rasa cinta akan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, yaitu peran seorang da’i, seorang ustadz, atau muballigh untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, serta peran dari masyarakat itu sendiri dengan usaha-usaha yang mereka tempuh seperti mempelajarinya atau membaca sirah Nabawiyah (kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad).
2. Alasan Mengapa Kita Harus Mengidolakan Rasulullah
Kebahagiaan yang Hakiki
Dengan menjadikan Rasulullah panutan hidup, maka tentu akan mendatangkan yang namanya keuntungan-keuntungan, bukan hanya keuntungan duniawi namun hingga akhirat berupa kebahagiaan yang hakiki dengan mendapatkan ridho Allah. Bahkan dengan ridho Allah kepada seorang hamba akan mendatangkan keuntungan-keuntungan dunia kepadanya. Dalam sebuah hadits di sebutkan bahwa :
قَالَ رَسُوْلُ الله صَلى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : إِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيْلَ فَقَالَ إِنِّ أُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيْل ثًمَّ ينَادِيْ فِيْ السَمَاءِ فَيَقُوْلُ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوْهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَمَاءِ ثُمَّ يُوْضَعُ لَهُ الْقَبُوْلُ فِيْ الأَرْضِيْ (رَوَاهُ الْبُخَارِيْ)
“Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala jika mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril, Aku mencintai orang ini maka cintailah dia!” Maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai pulalah dia oleh kalian semua, maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini.” (HR. Bukhari)
Mengidolakan Rasulullah berarti Semakin Paham dengan Islam (Syariat)
Menjadikan Rasulullah sebagai panutan maka akan menjadikan seseorang lebih paham akan Islam karena ia akan mempelajari, membaca, menelaah sosok panutannya dan dengan melalui itu semua berarti ia akan lebih banyak mengetahui kehidupan Rasulullah serta Sunnah-Sunnahnya. Melaksanakannya berarti ibadah kepada Allah lebih baik dan lebih sempurna, sebagaimana wujud ibadah seseorang akan diterima di sisi Allah ketika ada padanya 2 syarat yaitu :
- Ikhlas karena Allah
- Mutaba’ah (mengikuti Sunnah Nabi Muhammad)
Membentuk Pribadi yang Sholeh, Akhlak yang Mulia
Sebagai bentuk posistif dari mempelajari kehidupan Rasulullah adalah semakin kita tahu bahwa akhlak Rasulullah sangatlah agung serta yang paling mulia akhlaknya sejalan dengan salah satu tujuan diutusnya Beliau ke muka bumi seperti dalam hadits :
إِنَما بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”
Berkata Hasan al-Bashri bahwa
“Sesungguhnya tanda cinta seseorang terhadap Nabi Muhammad adalah dengan mengikutinya.”
Ini merupakan sebuah neraca timbangan kedudukan seseorang di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala. Semakin besar dan banyak kita mengikut dan mempraktikkan Sunnah Nabi, maka semakin tinggi dan mulia kita di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala.
Untuk menjawab pertanyaan di atas maka semua akan kembali pada penilaian kita masing-masing terhadap diri kita. Apakah kita akan termasukumat yang latah terhadap gemerlap dunia atauDunia Barat ataukah kita termaksud dalam golongan umat yang latah -dalam artian yang baik- terhadap apa yang dibawa oleh Rasulullah berupa akhlak yang mulia dan Sunnah yang agung serta suci?
Wallahu ‘alam bish showab.
Penulis :Arif Ansar
Sumber:
- Kisah Heroik 65 Orang Sahabat Rasulullah saw. Karya Dr. Abdurrahman Ra’fat al-Basya (penerjemah Bobby Herwibowo, Lc.), Kaunee Creative Team
- (HR. Muslim no. 2669)
- (HR. At-Tirmidzi, no. 2320 dan Ibnu Mâjah, no. 4110 dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu anhu. Lafazh ini milik at-Tirmidzi)
- (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
- Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 9/205, Muassasah Qurthubah
- HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273