JUMAT, 16 Jumadilawal 1447 H / 7 November 2025 M
Oleh Alif Jumai Rajab, Lc., M.Ag.
Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...
Segala puji pada Allah, kita memuji-Nya, meminta pertolongan pada-Nya meminta ampunan pada-Nya. Kami berlindung dari kejelekan diri kami dan kejelekan amal kami. Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Siapa yang disesatkan oleh Allah, tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat tercurah pada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga dan sahabat-Nya serta yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah...
Ketika penderitaan dan siksaan terhadap para sahabat Rasulullah ﷺ di Makkah semakin berat, terutama bagi kaum fakir dan lemah. Nabi ﷺ merasa iba kepada mereka. Maka beliau bersabda,
لَوْ خَرَجْتُمْ إِلَى أَرْضِ الحَبَشَةِ، فَإِنَّ بِهَا مَلِكًا لَا يُظْلَمُ عِنْدَهُ أَحَدٌ، وَهِيَ أَرْضُ صِدْقٍ، حَتَّى يَجْعَلَ اللَّهُ لَكُمْ فَرَجًا مِمَّا أَنْتُمْ فِيهِ.
Artinya: “Seandainya kalian pergi ke negeri Habasyah (Ethiopia), di sana ada seorang raja yang tidak menzalimi siapa pun. Negeri itu adalah negeri kebenaran. Hingga nanti Allah memberikan jalan keluar bagi kalian dari kesempitan yang kalian alami.”
Maka berangkatlah sekelompok kaum Muslimin menuju negeri Habasyah, meninggalkan tanah air mereka karena takut akan fitnah dan demi menyelamatkan agama mereka. Itulah hijrah pertama dalam Islam.
Namun kaum Quraisy tidak tinggal diam. Mereka mengirim utusan ke Raja Najasyi dengan membawa hadiah, berharap agar sang raja menyerahkan kaum Muslimin yang berlindung di negerinya. Maka Najasyi memanggil kaum Muslimin untuk datang menghadap.
Mereka pun hadir dengan hati yang mantap untuk berkata jujur. Lalu Ja’far bin Abi Thalib radiallahu anhu membacakan beberapa ayat dari surah Maryam. Ketika ayat-ayat suci itu mengalun, Najasyi meneteskan air mata hingga membasahi janggutnya, dan para uskup pun menangis hingga kitab-kitab mereka basah oleh air mata.
Lalu Najasyi berkata:
إِنَّ هَذَا وَالَّذِي جَاءَ بِهِ عِيسَى لَيَخْرُجُ مِنْ مِشْكَاةٍ وَاحِدَةٍ، انْطَلِقَا، فَوَاللَّهِ لَا أُسْلِمُهُمْ إِلَيْكُمَا.
Artinya: “Sesungguhnya apa yang dibawa oleh Muhammad dan yang dibawa oleh Isa keluar dari satu cahaya yang sama. Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian.”
Kemudian beliau berkata kepada kaum Muslimin:
اذْهَبُوا فَأَنْتُمْ شُيُومٌ بِأَرْضِي – أَي: آمِنُونَ بِلِسَانِ الحَبَشَةِ – مَنْ سَبَّكُمْ غَرِمَ، مَنْ سَبَّكُمْ غَرِمَ، مَنْ سَبَّكُمْ غَرِمَ.
Artinya: “Pergilah, kalian aman di negeriku. Barang siapa mengganggu kalian, maka dia akan menanggung denda.”
Tiga kali beliau menegaskan, “Barang siapa mencaci kalian, maka ia harus mengganti kerugian.”
Maka kaum Muslimin pun hidup dengan damai dan aman di bawah perlindungan Raja Najasyi selama beberapa tahun, hingga akhirnya mereka kembali ke Madinah setelah Perang Khaibar.
Sejarah mencatat peristiwa mulia ini sebagai salah satu bukti indah yang diberikan oleh benua Afrika kepada penduduk Jazirah Arab, kepada Islam dan kaum Muslimin. Sebuah kebaikan yang tidak lekang oleh zaman, yang tetap menjadi utang budi dalam hati umat ini sepanjang masa.
Maka setiap kali kita melihat saudara-saudara kita di negeri-negeri Afrika mengalami kesusahan dan membutuhkan uluran tangan, hendaklah kita mengingat kebaikan itu—lalu menolong mereka dengan niat ibadah, dengan rasa syukur, dan dengan semangat persaudaraan.
Sebab orang yang memiliki jiwa wafā’—jiwa yang tahu berterima kasih—tidak akan melupakan kebaikan, meski waktu terus berganti siang dan malam. Dan tidak ada kebaikan pada diri seseorang yang mengingkari nikmat dan kebaikan yang telah diterimanya.
Wahai saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah...
Sesungguhnya apa yang kita saksikan hari ini di negeri Sudan pertumpahan darah di antara sesama saudara, pertikaian di antara sahabat dan kerabat, adalah pemandangan yang membuat hati yang paling sabar pun menjadi gundah, membuat orang berakal kehilangan arah dan penjelasan.
Kota al-Fasher, salah satu kota yang menjadi saksi bisu kebiadaban itu. PBB menyebutkan setidaknya 60 ribu orang mengungsi dari kota indah ini, dan masih ada 100.000 hingga 150.000 orang yang menjadi tawanan. Mereka tidak memperoleh pasokan makanan dan obat-obatan. Beragam video tersebar tentang kebiadaban mereka di kota indah ini. CNN juga telah merilis bahwa konflik ini telah menyebabkan jatuhnya 150.000 korban jiwa yang tak bersalah.
Bagaimana mungkin hal itu terjadi di negeri yang dikenal dengan kelembutan, kesantunan, dan kemurahan hatinya? Siapakah yang ingin merusak kebahagiaan rakyatnya sendiri?
Setelah bertahun-tahun mereka hidup dalam tekanan dan kesempitan ekonomi, setelah melalui gelombang demonstrasi dan pergolakan politik, kini mereka kembali diuji dengan kekacauan dan pertikaian bersenjata.
Maka marilah kita bertanya kepada diri sendiri: siapakah yang sebenarnya menang dalam peperangan ini, dan siapakah yang sesungguhnya kalah?
Apakah ada kemenangan sejati dalam perang saudara, ketika yang jatuh adalah darah Muslim oleh tangan Muslim?
Sesungguhnya darah seorang mukmin lebih berharga di sisi Allah daripada dunia dan seisinya. Tiada keberkahan yang lahir dari senjata yang diangkat kepada saudara seiman, dan tiada kemuliaan yang lahir dari permusuhan sesama anak bangsa.
Jamaah sekalian yang dimuliakan oleh Allah...
Lantas apa yang harus kita perbuat untuk saudara-saudara kita di Sudan?
Pertama: Doa yang tulus untuk mereka
Itulah senjata pertama dan paling kuat bagi seorang mukmin.
Ketika tangan kita tak mampu menjangkau, dan harta belum bisa dikirimkan, maka doa adalah bentuk pertolongan yang paling dekat dan paling ikhlas.
Berdoalah agar Allah subhanahu wa ta’ala menghentikan pertumpahan darah di Sudan, menyatukan hati rakyatnya, memberi hidayah kepada para pemimpin agar mencintai perdamaian, serta melindungi kaum lemah, anak-anak, dan wanita dari kezaliman dan penderitaan.
Karena doa bukanlah sekadar ucapan, melainkan ikatan hati dan kepedulian sesama umat.
Rasulullah ﷺ :
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ
Atinya: “Doa seorang Muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya akan dikabulkan.” (HR. Muslim).
Maka janganlah kita remehkan kekuatan doa; sebab bisa jadi tetesan air mata di sepertiga malam dari seorang hamba yang tulus, menjadi sebab turunnya rahmat dan kedamaian bagi seluruh negeri.
Kedua: Bantuan kemanusiaan
Selain doa, bentuk kepedulian yang nyata adalah dengan menyalurkan bantuan kemanusiaan melalui lembaga resmi dan terpercaya, baik nasional maupun internasional, yang telah membuka akses khusus untuk membantu rakyat Sudan. Lembaga seperti Baznas, WIZ, atau lembaga internasional yang dapat menjadi sarana aman untuk menyalurkan kebaikan. Bantuan dapat berupa dana, bahan makanan, pakaian, air bersih, atau obat-obatan, sesuai kemampuan masing-masing. Setiap rupiah yang disalurkan, sekecil apa pun, bisa menjadi penyelamat bagi jiwa yang kelaparan, obat bagi yang terluka, dan harapan bagi mereka yang kehilangan segalanya.
Ketiga; Menyebarkan kepedulian
Di zaman ketika berita bergerak cepat dan perhatian manusia mudah teralihkan, menyebarkan kepedulian menjadi amal besar yang sering terlupakan. Gunakan suara, tulisan, dan media sosial kita untuk mengingatkan umat bahwa di Sudan ada saudara-saudara kita yang sedang berjuang melawan kelaparan, perang, dan kehilangan. Jangan biarkan kisah mereka tenggelam di balik hiruk pikuk berita dunia. Dengan berbagi informasi yang benar dan menyeru pada empati, kita menyalakan kembali rasa persaudaraan dan tanggung jawab sosial dalam hati umat. Sebab kesadaran adalah langkah pertama menuju solidaritas, dan solidaritas adalah awal dari perubahan nyata.
Keempat; Menumbuhkan Ukhuwah
Sesungguhnya peristiwa yang menimpa saudara-saudara kita di Sudan adalah pelajaran besar bagi umat Islam seluruhnya. Ia mengingatkan kita bahwa umat Islam itu bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota merasakan sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakannya. Demikianlah sabda Rasulullah ﷺ yang menggambarkan betapa eratnya ikatan iman di antara kita.
Maka sudah sepatutnya kita menumbuhkan kembali rasa ukhuwah Islamiyyah di hati-hati kita, dengan menanamkan kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama. Ajarkanlah kepada anak-anak kita, para santri tentang makna persaudaraan dalam Islam, agar tumbuh generasi yang saling mencintai karena Allah, saling menolong dalam kebaikan, dan tidak acuh terhadap penderitaan saudaranya. Sebab kuatnya ukhuwah adalah tanda hidupnya iman, dan lemahnya ukhuwah adalah tanda jauhnya hati dari rahmat Tuhan.
Kelima; Muhasabah Diri
Sesungguhnya musibah yang menimpa saudara-saudara kita di Sudan bukan hanya untuk kita tangisi, tetapi juga untuk kita jadikan cermin bagi diri sendiri. Sudahkah kita benar-benar menjaga persatuan di antara kita? Ataukah kita masih menyalakan api perpecahan di lingkungan kita sendiri; di keluarga, di masyarakat, bahkan di negeri yang kita cintai ini?
Marilah kita merenung, apakah hati kita masih dipenuhi kasih sayang dan semangat persaudaraan, atau justru dikuasai oleh kebencian dan iri dengki. Ketahuilah, wahai kaum Muslimin, bahwa kedamaian dunia bermula dari hati yang damai, dan tidak akan ada ketenangan di bumi bila hati manusia dipenuhi permusuhan. Maka perbaikilah diri, jaga persaudaraan, dan tanamkan cinta di antara sesama, niscaya Allah akan menurunkan rahmat-Nya dan menjadikan negeri ini aman serta diberkahi.
Semoga Allah memberikan taufik dan hidayahNya kepada kita semua…
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لله عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.
Pada khutbah kedua ini, izinkan kami untuk mengingatkan diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian untuk memperbanyak dua buah ibadah kepada Allah pada hari jum’at. Pertama, mari memperbanyak doa kita kepada Allah, secara khusus untuk keselamatan saudara-saudara kita di Palestina. Karena telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad ﷺ bahwa pada hari jumat terdapat satu waktu yang singkat, tidaklah seorang muslim memanjatkan doa kepada Allah pada waktu tersebut melainkan doanya pasti akan diijabah. Kedua, mari memperbanyak salawat dan salam kita kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana firman Allah:
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.