BELAJAR GIRAH DARI 3 MAKHLUK ALLAH

Naskah Khutbah
Asdar
18 Dec 2025
BELAJAR GIRAH DARI 3 MAKHLUK ALLAH

JUMAT, 28 Jumadilakhir 1447 H / 19 Desember 2025 M
 Oleh Muhammad Ode Wahyu, S.Pd., S.H.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Setiap akhir bulan Desember, kaum muslimin selalu saja diuji dengan fitnah intoleran. Kaum muslimin dianggap oleh sebagian orang tidak toleran terhadap penganut agama nasrani yang melakukan perayaan hari natal di akhir bulan Desember. Mereka, yang menuduh itu menginginkan agar kaum muslimin juga ikut mengucapkan selamat natal bahkan kalau perlu juga ikut berhari raya bersama mereka.

Munculnya da’i-da’i liberal yang menyerukan ajakan mengucapkan selamat pada perayaan mereka, semakin memperburuk keadaan. Apalagi kaum muslimin saat ini sebagian besarnya kurang perhatian terhadap ilmu agamanya sendiri, sehingga kejahilan semakin semakin merata. Akibatnya, sebagian kaum muslimin kurang memahami akidah Islam yang benar dan pada akhirnya percaya pada ajakan mereka untuk mengucapkan selamat pada perayaan hari raya umat nashrni, padahal yang mereka rayakan adalah satu keyakinan syirik dalam keyakinan umat Islam yaitu bahwa Allah –Ta’ala- memiliki anak, dan anak Tuhan tersebut disembah. –Ta’alallahu ‘amma Yaquuluuna Uluwwan Kabiraa-

Sebagian kaum muslimin dilanda kebingungan, pendapat mana yang harus diikuti.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Perlu untuk kita tegaskan di awal khutbah ini, bahwa kita sebagai umat Islam dan sebagai warga negara Indonesia, tidak boleh mengganggu agama lain yang telah dijamin oleh negara ini. Tidak boleh mengganggu ibadah mereka, tidak boleh mengancam mereka, tidak boleh menakuti-nakuti mereka dan tidak boleh menghalangi ibadah mereka. kita juga harus tetap bermuamalah dengan muamalah yang baik pada mereka dan bersikap baik pada mereka, itu merupakan bentuk toleran kita pada mereka.

Akan tetapi, kita juga memiliki keyakinan yang tidak boleh dicampuri dan diubah-ubah atas nama toleransi. Kita memiliki akidah yang jelas yang tidak boleh diinjak-injak atas nama toleransi,  bahwa sesungguhnya Allah –Ta’ala- tidak ridho ketika ada yang mengatakan bahwa Dia Yang Maha Agung memiliki anak. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya ayat yang menjelaskan pengingkaran Allah –Ta’ala- tehadap keyakinan itu.

Allah –Ta’ala- menurunkan surah al-Ikhlash misalnya, Allah –Ta’ala- berfirman:

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ 

Terjemahannya:“Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (QS. Al-Ikhlas ayat 1-4).

Pada surah ini Allah mengingkari keyakinan batil sebagian manusia bahwa Allah itu memiliki anak. Ketika ada manusia yang meyakini bahwa Allah memiliki anak, ini bukanlah perbedaan pendapat yang dibolehkan sebagaimana perbedaan pendapat dalam masalah fikih, bukan perbedaan pendapat yang dianjurkan kita berlapang dada karenanya. Sebab, Allah –Ta’ala- telah mengingkari keyakinan batil ini dengan pengingkaran yang keras. Dan, pengingkaran itu menunjukkan bahwa ia bukanlah perbedaan pendapat biasa layaknya perbedaan pendapat fikih antar mazhab dalam Islam, tapi ia merupakan keyakinan yang sangat buruk dan dosa yang paling besar dari semua dosa-dosa yang ada.

Allah –Azza wajalla- tegas menyebutkan kafirnya orang-orang yang mengatakan bahwa Allah itu satu dalam tiga, yang merupakan akidah trinitas kelompok Nashrani. Allah –Azza wajalla- juga tegas mengkafirkan orang-orang yang meyakini bahwa Nabi Isa juga merupakan Tuhan yang disembah.

Allah –Ta’ala- berfirman:

لَّقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ ثَالِثُ ثَلَٰثَةٖۘ وَمَا مِنۡ إِلَٰهٍ إِلَّآ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۚ وَإِن لَّمۡ يَنتَهُواْ عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ 

Terjemahannya: “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. Al-Maidah ayat 73).

Allah –Ta’ala- juga berfirman:

لَقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ وَقَالَ ٱلۡمَسِيحُ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۖ إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ 

Terjemahannya: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah ayat 72).

 Ayat-ayat ini menunjukkan begitu kerasnya pengingkaran Allah –Ta’ala- kepada orang-orang yang meyakini bahwa Allah –Ta’ala- memiliki anak. Allah –Ta’ala- mengingkari orang-orang yang meyakini adanya Tuhan selain Dia dan Allah mengingkari orang-orang yang berkeyakinan bahwa Allah itu salah satu dari 3 tuhan yang disembah. Bahkan, Allah tegas memvonis mereka dengan kekafiran, Allah tegas menyebut akan mengazab mereka jika tidak bertaubat dari keyakinan itu dan Allah juga tegas mengharamkan surga untuk mereka.

Pengingkaran Allah yang begitu keras ini harus dianggap serius, bukan dianggap sebagai satu perbedaan biasa-biasa saja, apalagi sampai hadir pada acara perayaan mereka dan juga mendoakan mereka dengan keberkahan. Karena itu semua menunjukkan penerimaan terhadap keyakinan mereka dan tidak menerima sikap Allah yang murka terhadap mereka.

Siapapun yang melakukan itu justru telah membawa dirinya pada jurang kebinasaan, apapun jabatannya dan setinggi apapun gelarnya di dunia ini. Karena Allah –ta’ala- tegas mengharamkan surga untuk orang-orang yang meyakini bahwa Allah –Ta’ala- memiliki anak dan Allah –Ta’ala- juga tegas mengkafirkan mereka. vonis kafir itu bukan berdasarkan pendapat para ulama dan hasil ijtihad mereka, tapi vonis kekafiran itu datang dari Allah secara langsung melalui ayat yang langsung turun dari langit melalui kalam-Nya yang mulia.

Bagaimana mungkin seorang muslim yang meyakini Allah tidak memiliki anak, yang meyakini al-Qur’an adalah firman-firman-Nya dan merupakan kalam Allah secara hakiki, yang meyakini Allah telah mengancam mereka dengan neraka dan mengharamkan surga untuk mereka melalui firman-Nya itu dan juga meyakini Allah telah tegas mengkafirkan mereka, lalu ia datang pada acara perayaan hari raya mereka dan berdoa keberkahan untuk acara mereka, serta bahagia melakukan itu???

Bagaimana mungkin ia mengarahkan manusia untuk ikut berhari raya bersama orang-orang yang telah Allah ingkari secara tegas itu???

Hal itu justru merupakan sikap yang bertentangan dengan akidah Islam, bahkan sesuatu yang menjadikan keimanannya pada Allah harus dipertanyakan, keimanannya pada al-Qur’an juga harus dipertanyakan.

Kalau benar-benar beriman pada Allah yang tidak ridho dikatakan padaNya memiliki anak, mengapa ia mendoakan keberkahan pada orang-orang yang meyakini Allah punya anak? Apakah keyakinan yang sudah divonis kafir oleh Allah dan diancam dengan neraka itu adalah sikap ekstrim?

Kalau memang beriman pada Allah bahwa Allah tidak punya anak dan tidak ridho Allah dikatakan dengan ucapan itu, lantas mengapa dengan entengnya mengucapkan selamat pada orang-orang yang memperingati hari lahirnya anak Tuhan?  Bahkan seorang yang telah berhasil korupsi pun tidak mungkin kita ucapkan selamat. Ini, keyakinan yang lebih fatal dari sekedar korupsi, mengapa malah ucapkan selamat? Apakah baginya korupsi lebih besar dosanya dari yang mengatakan Allah punya anak???

Kalau memang beriman pada Al-Qur’an yang telah tegas menginformasikan pada kita bahwa jika mereka tidak bertaubat akan keyakinan mereka itu, Allah akan azab mereka dan mengharamkan surga untuk mereka, lantas mengapa malah memerintahkan manusia untuk ikut melakukan hari raya bersama mereka?

Apakah ia benar mengangungkan Allah?

Apakah ia benar mengagungkan firman-firman al-Qur’an?

Apakah ia tidak ridho jika Allah murka pada mereka sehingga ia malah mendoakan keberkahan untuk orang-orang yang meyakini keyakinan yang Allah tidak ridhoi itu?

Perhatikanlah pada surah Ali imran, pada 83 ayat pertama sebagiannya berisi pengingkaran Allah terhadap kaum nashrani yang meyakini Allah –Ta’ala- memiliki anak. Sampai-sampai imam Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata:

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ الَّتِي أُنْزِلَ صَدْرُهَا وَهُوَ ثَلَاثٌ وَثَمَانُونَ آيَةً مِنْهَا فِي الرَّدِّ عَلَى النَّصَارَى عَلَيْهِمْ لَعَائِنُ اللَّهِ، الَّذِينَ زَعَمُوا أَنَّ لِلَّهِ وَلَدًا تَعَالَى اللَّهُ عمَّا يَقُولُونَ عُلُوًّا كَبِيرًا.

“Allah -Ta'ala-  berfirman dalam Surah Ali 'Imran, yang permulaannya diturunkan terdiri dari delapan puluh tiga ayat. Bagian darinya (diturunkan) sebagai sanggahan terhadap orang-orang Nasrani – semoga laknat Allah atas mereka yang mengklaim bahwa Allah memiliki anak. Maha Suci dan Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka katakan setinggi-tingginya.” (al-Bidayah wa an-Nihayah: 1/2/58).

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Allah –Ta’ala- telah menurunkan ayat yang menjelaskan sikap 3 makhlukNya ketika ada yang mengatakan bahwa Allah –Ta’ala- memiliki anak. Ayat itu diturunkan bukan sekedar informasi saja, tapi agar kita belajar ghirah (cemburu) dari sikap-sikap makhlukNya itu ketika ada yang mengatakan Allah –Ta’ala- memiliki anak.

Allah –Ta’ala- berfirman:

تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرۡنَ مِنۡهُ وَتَنشَقُّ ٱلۡأَرۡضُ وَتَخِرُّ ٱلۡجِبَالُ هَدًّا أَن دَعَوۡاْ لِلرَّحۡمَٰنِ وَلَدٗا وَمَا يَنۢبَغِي لِلرَّحۡمَٰنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا 

Terjemahannya: “Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” (QS. Maryam ayat 90-92).

Tiga makhluk Allah –Ta’ala-  itu adalah langit, tanah dan gunung. Semua adalah makhluk-makhluk Allah yang besar dan agung. Tapi dengan kebesaran makhluk-makhluk itu, dengan kekuatan langit yang mampu kokoh tanpa tiang, dengan kebesaran tanah yang membentang luas sebagai tempat tinggal seluruh manusia dan makhluk lainnya serta dengan kekokohan gunung yang menjadi pasak bagi bumi agar ia tidak goyang, semua mereka tak ridho ketika ada yang mengatakan bahwa Allah memiliki anak. Ghirah mereka membuat langit hampir pecah, tanah hampir terbelah dan gunung hampir runtuh karena ucapan bahwa Allah memiliki anak.

Allah –Ta’ala- menjelaskan sikap mereka agar kita belajar memiliki ghirah dari mereka. jika makhluk-makhluk yang diciptakan tidak memilki hati saja memiliki ghirah yang begitu besar hingga Allah memuji sikap mereka dengan menyebutkannya di dalam al-Qur’an, maka harusnya manusia yang diciptakan memiliki hati bisa memiliki ghirah juga ketika ada yang mengatakan Allah punya anak, bukan malah mendoakan keberkahan untuk mereka dan juga tidak mengucapkan selamat atas keyakinan yang hampir saja membuat langit pecah, tanah terbelah dan gunung runtuh.

Karena hati merupakan organ tubuh yang Allah ciptakan dengan fungsi untuk berpikir dan memahami ayat-ayat Allah. Tapi, manakala hatinya tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah dan tidak mengambil pelajaran darinya, maka hatinya akan lebih keras dari batu-batu gunung dan mengancam neraka jahannam bagi pelakunya.

Allah –Ta’ala- berfirman:

لَوۡ أَنزَلۡنَا هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ عَلَىٰ جَبَلٖ لَّرَأَيۡتَهُۥ خَٰشِعٗا مُّتَصَدِّعٗا مِّنۡ خَشۡيَةِ ٱللَّهِۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ 

Terjemahannya: “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS. Al-Hasyr ayat 21).

Allah –Ta’ala- berfirman:

وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ 

Terjemahannya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf ayat 179).

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Oleh karena itu, toleransi kita bukanlah toleransi yang menginjak-injak keyakinan kita. Toleransi kita bukanlah toleransi yang membuang ayat-ayat di belakang kita sembari menerima keyakinan keyakinan agama yang bertentangan dengan keyakinan kita. Toleransi kita adalah,  ”lakum dinukum wa li ya diin.” untuk kalian agama kalian dan untuk kita agama kita. Kita biarkan mereka beribadah, kita biarkan mereka berhari raya tanpa mengganggu mereka dan tanpa mengancam mereka. Kita harus berbuat baik dalam bermuamalah dengan mereka.  Tapi, dengan itu semua, kita juga harus memperlihatkan ketidakridhoan kita dengan keyakinan mereka, bukan malah mendoakan keberkahan untuk yang berkeyakinan batil seperti mereka, karena keyakinan itu telah Allah vonis dengan kekafiran.

Semoga Allah –Ta’ala- anugerahkan pada kita hati yang tunduk padaNya serta menjauhkan kita dari segala jenis kesesatan. Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لله عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.

Pada khutbah kedua ini, izinkan kami untuk mengingatkan diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian untuk memperbanyak dua buah ibadah kepada Allah pada hari Jum’at. Pertama, mari memperbanyak doa kita kepada Allah, secara khusus doa agar diberikan perlindungan dan ketabahan bagi saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Semoga Allah menjaga mereka, mengangkat kesulitan mereka, dan mengganti musibah dengan kebaikan yang berlipat ganda. Karena telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa pada hari Jum’at terdapat satu waktu yang singkat; tidaklah seorang muslim memanjatkan doa kepada Allah pada waktu tersebut melainkan doanya pasti akan diijabah. Kedua, mari memperbanyak salawat dan salam kita kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah.

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.


Download PDFnya di https://bit.ly/BelajarGirahDari3MakhlukAllah

Baca Juga