JUMAT, 21 Jumadilakhir 1447 H / 12 Desember 2025 M
Oleh Abdullah Nazhim Hamid, S.T., Lc., M.Ag.
Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...
Pernahkah kita bertanya dalam hati: kenapa bumi yang kita pijak hari ini terasa semakin “menjerit”? Kenapa bencana datang bukan sekali dua kali, tapi berulang—seakan ingin “mengguncang” kita agar kita sadar bahwa ”ada yang salah”?
Beberapa waktu ini, saudara-saudara kita di Sumatera ditimpa banjir bandang mematikan, merusak rumah, merenggut nyawa, bahkan menyulitkan bantuan makanan dan obat-obatan.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...
Secara ilmiah, banjir sering diawali oleh intensitas hujan yang jauh melampaui kapasitas tanah dan sungai untuk menampung air. Penjelasan sederhananya adalah bahwa tanah memiliki kemampuan menyerap air (infiltrasi), sungai memiliki batas maksimal debit air yang bisa dialirkan, maka ketika hujan turun dengan intensitas lebih besar dan lebih lama dari kemampuan ini, maka air akan melimpah ke permukaan dan menyebabkan banjir.
Penggundulan hutan (Deforestasi) juga menjadi salah satu sebab utama. Hutan adalah "sistem penahan alami" yang menyerap air dengan akar pepohonan, menahan longsor, menyimpan air di lapisan tanah, mengurangi kecepatan aliran air ke sungai. Oleh karena itu, ketika pohon ditebang, air hujan tidak terserap dan langsung mengalir ke bawah, tanah kehilangan kekuatan ikat, lalu sungai menerima debit air lebih cepat dan lebih besar dari biasanya. Belum lagi tambang-tambang ilegal yang merusak struktur tanah dan memotong bukit tanpa standar keselamatan. Dampaknya adalah tanah menjadi gembur dan mudah runtuh, lapisan tanah atas hilang sehingga tidak ada lagi lapisan yang dapat menyerap air, lubang-lubang bekas tambang menjadi sumber limpahan air, sedimentasi (endapan tanah) masuk ke sungai sehingga sungai dangkal dan kapasitasnya menurun, akhirnya sungai meluap dengan sangat cepat.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...
Musibah itu bukan sekadar fenomena alam, namun peringatan bagi para perusak untuk segera berhenti dari apa yang mereka perbuat. Allah menegaskan dalam firman-Nya:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ٤١
Terjemahnya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum ayat 41).
Imam al-Sa’di mengatakan dalam tafsir ayat tersebut:
“Yakni: kerusakan itu telah tampak dan menjadi nyata di darat dan di laut — yaitu kerusakan pada penghidupan mereka, berkurangnya kesejahteraan, munculnya berbagai bencana di dalamnya, serta berbagai penyakit dan wabah yang menimpa diri mereka. Semua itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri, berupa amal-amal buruk yang pada hakikatnya memang bersifat merusak. Apa yang disebutkan dalam firman-Nya: ‘agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka’, maksudnya agar mereka mengetahui bahwa Dialah yang memberi balasan atas setiap amal. Maka Allah segerakan bagi mereka contoh kecil dari balasan amal mereka di dunia, ‘agar mereka kembali’ dari perbuatan-perbuatan yang telah menimbulkan berbagai kerusakan bagi mereka, sehingga keadaan mereka menjadi baik dan urusan mereka kembali lurus. Maha Suci Allah yang memberi nikmat melalui ujian-Nya dan memberi karunia melalui hukuman-Nya. Andai Allah memperlihatkan kepada mereka seluruh akibat dari apa yang telah mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan menyisakan satu makhluk pun hidup di atas permukaan bumi”
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...
Allah memang telah menyatakan bahwa Ia menciptakan apa yang ada di atas muka bumi untuk dimanfaatkan oleh manusia Allah berfirman:
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا
Terjemahnya: Dialah (Allah) yang menciptakan segala yang ada di bumi untukmu.. (QS. Al-Baqarah ayat 29).
Allah juga mengatakan
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ ١٥
Terjemahnya: Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. Al-Mulk ayat 15).
Artinya, apa pun yang ada di bumi—tanah, pohon, logam, air, hewan, dan hasil bumi—semua itu memang Allah ciptakan agar manusia mengambil manfaat darinya. Karena itu syariat membolehkan manusia menebang pohon untuk kebutuhan, bertani, berkebun, dan menggali tambang untuk kemaslahatan hidup. Jika Allah sudah menundukkan bumi ini untuk kita, itu berarti manusia memang diperintahkan mengolah, membangun, dan mengembangkan peradaban melalui pemanfaatan sumber daya alam.
Namun jamaah sekalian, syariat tidak hanya memberi izin, tetapi juga memberi batas. Sebab bumi ini memang untuk dimanfaatkan, bukan untuk dirusak. Allah mengingatkan:
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا
Terjemahnya: Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. (QS. Al-A’raf ayat 56).
Maka menebang hutan secukupnya untuk kebutuhan manusia adalah boleh, tetapi menggunduli gunung tanpa aturan, mengabaikan reboisasi, atau menambang secara ilegal hingga merusak tanah dan merugikan masyarakat, itu semua termasuk ifsād — perusakan yang dilarang dan bernilai dosa.
Karena itu Rasulullah ﷺ mengingatkan:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ
Artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban.” (HR Bukhari).
Artinya, siapa pun yang memegang amanah atas lahan, hutan, tambang, atau sumber daya alam harus mengelolanya dengan akhlak, amanah, dan tanggung jawab, bukan hanya mencari keuntungan pribadi sementara masyarakat luas menanggung bencananya. Dengan inilah pemanfaatan bumi menjadi berkah, bukan musibah; menjadi amal saleh, bukan sumber kerusakan; menjadi sumber rezeki, bukan sumber bencana.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...
Setelah kita memahami bahwa bumi ini adalah amanah dari Allah, maka setiap Muslim—dalam skala pribadi—wajib menjaga lingkungan di sekitarnya. Kita sering melihat perusakan alam dalam skala besar dan menyalahkan perusahaan atau pemerintah, tetapi lupa bahwa kerusakan besar selalu berawal dari kelalaian kecil yang dilakukan banyak orang. Islam datang bukan hanya untuk mengatur ibadah, tetapi juga mengatur bagaimana seorang Muslim bersikap sebagai penghuni bumi yang bertanggung jawab.
Kerusakan itu bukan hanya penebangan hutan atau tambang ilegal; tetapi juga membuang sampah sembarangan, menyumbat selokan, mengotori sungai, menyia-nyiakan air, atau merusak fasilitas umum—semua itu bagian dari ifsād fil-ardh (perusakan di bumi). Karena itu, keislaman kita seharusnya membuat kita menjadi orang yang paling peduli lingkungan, bukan yang acuh tak acuh.
Rasulullah ﷺ bersabda:
الإِيمانُ بضْعٌ وسَبْعُونَ، أوْ بضْعٌ وسِتُّونَ، شُعْبَةً، فأفْضَلُها قَوْلُ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، وأَدْناها إماطَةُ الأذَى عَنِ الطَّرِيقِ، والْحَياءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإيمانِ
Artinya: Iman itu memiliki lebih dari tujuh puluh atau lebih dari enam puluh cabang. Cabang yang paling utama adalah ucapan ‘Lā ilāha illallāh’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah salah satu cabang dari iman. (HR Muslim).
Jika sekadar menyingkirkan batu atau duri dari jalan termasuk cabang iman, maka bagaimana besarnya pahala orang yang menjaga lingkungannya tetap bersih, aman, dan bermanfaat untuk orang banyak?
Jamaah sekalian, ini berarti seorang Muslim seharusnya:
Tidak membuang sampah sembarangan.
Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Menghemat air dan listrik.
Menanam pohon di sekitar rumah.
Mengelola sampah rumah tangga dengan benar.
Menjaga kebersihan masjid, sekolah, dan lingkungan tempat tinggal.
Tidak membakar sampah yang merusak udara.
Hal-hal kecil ini mungkin tidak terlihat, tetapi jika dilakukan jutaan Muslim, akan menjadi penjagaan alam dalam skala nasional. Inilah makna bahwa Islam dan seorang Muslim adalah rahmatan lil ‘alamin, membawa rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya bagi manusia.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لله عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.
Pada khutbah kedua ini, izinkan kami untuk mengingatkan diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian untuk memperbanyak dua buah ibadah kepada Allah pada hari Jum’at. Pertama, mari memperbanyak doa kita kepada Allah, secara khusus doa agar diberikan perlindungan dan ketabahan bagi saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Semoga Allah menjaga mereka, mengangkat kesulitan mereka, dan mengganti musibah dengan kebaikan yang berlipat ganda. Karena telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa pada hari Jum’at terdapat satu waktu yang singkat; tidaklah seorang muslim memanjatkan doa kepada Allah pada waktu tersebut melainkan doanya pasti akan diijabah. Kedua, mari memperbanyak salawat dan salam kita kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah.
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Download PDFnya di https://bit.ly/SikapMuslimTerhadapAlam