JUMAT, 14 Jumadilakhir 1447 H / 05 Desember 2025 M
Oleh Dr. Muhammad Ihsan Zainuddin, Lc., M.Si.
Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...
Beberapa hari terakhir, hati kita kembali terguncang oleh musibah yang menimpa saudara-saudara kita di Sumatera: Aceh, Padang, Sibolga, dan sejumlah daerah lain. Gempa bumi, longsor, banjir bandang—semuanya datang silih berganti. Banyak rumah rusak, keluarga tercerai, nyawa melayang, dan air mata yang tak berhenti menetes.
Kita melihat saudara-saudara kita kehilangan tempat tinggal, harta benda, bahkan orang-orang tercinta. Mereka yang hidup pun kini harus bertahan dalam kondisi sulit, serba terbatas, dan penuh ketidakpastian.
Berdasarkan data resmi terkini dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB): total korban meninggal akibat bencana ini telah mencapai lebih dari 600 jiwa, dan diperkirakan ratusan bahkan mungkin ribuan orang masih hilang. Distribusi korban — menurut provinsi: di Sumatera Utara tercatat korban meninggal paling banyak dengan lebih dari 300 jiwa serta banyak orang hilang. Di Aceh tercatat sudah lebih dari 100 jiwa meninggal, dan masih banyak korban hilang serta ribuan keluarga mengungsi. Di Sumatera Barat pun tidak sedikit turut menanggung beban besar akibat longsor dan banjir di daerah-daerah seperti Padang, Agam, dan lainnya.
Selain korban jiwa, dampak luas: ratusan ribu keluarga terkena imbas — rumah hilang, tempat tinggal rusak, banyak yang mengungsi — hidup dalam ketidakpastian.
Sesungguhnya ini adalah bencana yang sangat besar. Banjir dan longsor ini menyerang banyak daerah, banyak keluarga, menyebar luas begitu rupa di luar perhitungan manusia; satu hal yang mengingatkan kita bahwa musibah bisa menimpa siapa saja dan kapan saja.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Segala sesuatu berasal dari Allah, dan kepada-Nya kita kembali…
Tetapi sebagai seorang mukmin kita tidak bisa berhenti hanya pada ucapan belasungkawa dan kesedihan. Kita harus merenung, mengambil pelajaran, dan bangkit dengan sikap yang benar setelah semua bencana yang mengerikan ini.
Karena itu Allah menegaskan:
وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
Terjemahnya: “Tidaklah Kami mengirimkan tanda-tanda (adzab, bencana, peristiwa besar) melainkan untuk menimbulkan rasa takut (agar manusia kembali kepada Allah).” (QS. Al-Isra’: 59)
Artinya, setiap bencana alam adalah pesan ilahi agar manusia sadar bahwa bumi ini bukan miliknya, dan alam semesta ini tidak tunduk pada kehendaknya. Di balik kekuatan teknologi, peradaban, dan kemajuan, manusia tetap makhluk yang sangat lemah di hadapan kehendak Allah Azza wa Jalla. Alam semesta ini, termasuk bumi kita yang super kecil dan mungil di antara gugusan semesta itu, tunduk sepenuhnya pada ketetapan Pencipta satu-satunya, yaitu Allah Azza wa Jalla.
Bahwa untuk keselarasan, keseimbangan, keamanan dan kenyamanan kehidupan di bumi ini, Allah Ta’ala telah menetapkan aturan-aturan SunnatuLlah yang harus dipatuhi oleh manusia. Dan ketika aturan-aturan SunnatuLlah itu dilanggar, diabaikan bahkan diinjak-injak, maka manusia akan menanggung semua akibat kerusakan yang disebabkannya, makhluk-makhluk bumi ini akan merasakan imbas dari kedurhakaan dan keserakahan manusia melanggar aturan-aturan SunnatuLlah itu.
Dan-jamaah yang dimuliakan Allah-, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan hal itu dalam FirmanNya:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Terjemahnya: “Telah tampak kerusakan di darat dan lautan disebabkan apa yang diperbuat oleh tangan-tangan manusia. (Itu semua terjadi) agar Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Al-Rum: 41).
Bencana berskala besar ini — dengan ratusan nyawa melayang, ribuan rumah hancur — adalah peringatan bagi kita semua untuk sadar, muhasabah bahwa manusia tidak memiliki kekuasaan absolut atas alam dan kehidupan. Kita diuji, Allah memberi peringatan, agar kita insaf.
Allah juga berfirman:
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan tidaklah kalian ditimpa oleh satu musibah pun, maka itu disebabkan apa yang dilakukan oleh tangan-tangan kalian.” (QS. Al-Syura: 30).
Pesannya sangat jelas: setiap musibah penyebabnya adalah perbuatan kita sendiri!
Masyarakat kita terlalu banyak melakukan kesyirikan. Perzinahan dan perselingkuhan di mana-mana. Korupsi kolektif dan massif dari atas sampai ke bawah. Disempurnakan pula dengan keserakahan terhadap alam, ketidakpedulian terhadap lingkungan, penyalahgunaan sumber daya alam demi memperkaya diri dan kelompok.
Maka, musibah ini hendaknya menjadi panggilan untuk taubat kolektif: bukan hanya dari dosa individu, tetapi juga dari kesalahan bersama — seperti perusakan lingkungan, eksploitasi alam tanpa tanggung jawab, pelanggaran terhadap prinsip amanah atas bumi dan tanggung jawab sosial.
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah!
Karena itu, dari sudut pandang ini, maka musibah dan bencana ini sesungguhnya adalah bentuk rahmat dan kasih sayang Allah bagi kita semua. Musibah ini hadir agar dosa-dosa kita dibersihkan, keimanan kita diteguhkan, dan yang paling penting: dengan hadirnya musibah dan bencana, kita semua diberi kesempatan untuk kembali ke jalan-Nya.
Karenanya, seorang mukmin tidak hanya meratap dan menyerah pada kesedihan, tetapi meneguhkan hati pada tauhid: menyadari bahwa Allah-lah Pemilik mutlak hidup-mati dan sumber segala bencana maupun keselamatan.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah!
Melalui musibah dan bencana ini, seharusnya kita semakin menyadari:
Betapa cepatnya kenikmatan dan keamanan yang kita rasakan bisa hilang satu detik; rumah bisa porak-poranda, harta lenyap, kehidupan berubah.
Betapa ternyata kita sangat bergantung pada rahmat Allah: udara, hujan yang sedang, tanah yang stabil, lingkungan yang lestari; semua itu selalu dalam genggaman-Nya.
Bahwa bencana besar ini bukan sekadar “kecelakaan alam”, melainkan panggilan untuk introspeksi: atas diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa: apakah kita sudah berperilaku sebagai seorang hamba yang tunduk kepada Allah di atas muka bumi ini?
Bahwa kaum muslimin sejati harus tampil: bukan hanya dengan belasungkawa di media sosial, tetapi dengan tindakan nyata: simpati, tolong-menolong, donasi, tenaga, doa, dakwah, dan memperbaiki akhlak serta lingkungan.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah!
Di akhir khutbah pertama ini, saya ajak kita semua memperbanyak istighfar, memohon ampun atas dosa-dosa yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari, dan memohon agar Allah melindungi kita, dan menjadikan bencana ini sebagai rahmat, bukan sebagai azab yang terus menimpa.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لله عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.
Bencana yang menimpa saudara-saudara kita di Aceh, Sibolga, Padang, dan sejumlah wilayah di Sumatra adalah kenyataan pahit, tetapi juga panggilan nyata untuk kita bergerak.
Hari ini, marilah kita bersama-sama meneguhkan langkah nyata. Bukan sekadar berbelasungkawa, tetapi amal kolektif dan pribadi yang nyata.
Pertama, perbanyaklah taubat, istighfar, dan usaha perbaikan diri.
Mari kita perbanyak istighfar, memohon ampun kepada Allah atas segala dosa — dosa pribadi maupun dosa sosial (merusak lingkungan, mengabaikan sesama, sikap aniaya terhadap khalayak). Karena musibah ini bisa jadi peringatan atas kelalaian kita.
Nabi ﷺ bersabda:
طُوْبَى لِمَنْ وَجَدَ فِيْ صَحِيْفَتِهِ اِسْتِغْفَارًا كَثِيْرًا
“Beruntunglah orang yang dalam catatan amalnya terdapat banyak istighfar.” (HR. Ibnu Majah).
Kedua, Ringankanlah beban saudara-saudara kita yang menjadi korban bencana itu. Kita sebagai bagian dari umat ini memiliki tanggung jawab berjamaah: membantu korban bencana — secara materi (donasi, bahan pokok, pakaian, obat-obatan), tenaga (relawan, distribusi bantuan), dan doa.
Rasulullah ﷺ mengajarkan:
وَاللَّهُ في عَوْنِ العَبْدِ ما كانَ العَبْدُ في عَوْنِ أَخِيهِ
“Allah akan menolong hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
Mari kita jadikan momentum ini untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah, tanpa membedakan suku, daerah, atau status; melainkan karena kita satu iman, satu nasab manusia, satu tanggung jawab sebagai hamba Allah di bumi.
Ketiga, Jaga Lisan dan Sikap, — Hindari Fitnah, Hoaks, Tuduhan Tanpa Bukti.
Jangan biarkan kesedihan dan kemarahan membawa kita pada ucapan yang menyudutkan, menyalahkan tanpa dasar, atau menyebar hoaks. Islam mengajarkan adab dalam menghadapi musibah: penuh rasa belas kasih, kehati-hatian, dan menjaga kehormatan sesama.
Keempat, Perbaiki Kembali Hubungan kita dengan Alam dan Lingkungan Sekitar kita. Musibah ini mengingatkan kita bahwa bumi adalah amanah. Kita harus merawat, memelihara, dan tidak melakukan kerusakan. Jangan eksploitasi secara semena-mena, jangan mencemari lingkungan, jangan menebang pohon sembarangan, dan jangan membangun tanpa perhitungan ekologis. Perangi semua bentuk kejahatan dan kerakusan terhadap alam. Karena kerusakan manusia terhadap alam bisa menjadi sebab datangnya kemurkaan Allah Azza wa Jalla.
Jamaah sekalian…
Musibah besar ini bukan sekadar tragedi alam; ia adalah cermin bagi kita — bahwa dunia ini fana, kehidupan bisa berubah dalam sekejap, dan manusia hanyalah hamba lemah yang bergantung kepada Rahman Rabbul Alamin.
Semoga Allah ampuni dosa kita, terima amal kita, dan jauhkan negeri kita dari bencana besar. Semoga para korban mendapat rahmat, korban luka segera sembuh, dan yang hilang kembali atau diganti dengan yang terbaik oleh Allah.
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.