JUMAT, 13 RAMADAN 1444 H / 14 APRIL 2023
Oleh : Muhammad Ode Wahyu, S.Pd.I., S.H.
Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُ..
اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
أيها الناس رحمكم الله
Jamaah Jumat yang berbahagia yang dimuliakan oleh Allah..
Tidak terasa, kini kita telah berada pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan. Bulan yang selalu kita rindukan kehadirannya, bahkan dahulu kita selalu berdoa agar bisa bertemu dengannya. Seolah Ramadan baru saja bersama dengan kita kemarin, namun ternyata ia sudah memberi isyarat untuk pergi meninggalkan kita, jauh, dan jika pun kita diberi umur panjang, kita akan bertemu dengannya 1 tahun yang akan datang.
Jama’ah sholat jum’at a’azzakumullah.
Pensyariatan puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadan hakikatnya memiliki tujuan mulia yang harusnya kita raih, yaitu menjadi orang-orang yang bertakwa. Sebab surga yang luasnya seluas langit dan bumi disiapkan untuk orang-orang yang bertakwa.
Allah –Azza wajalla- berfirman:
وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ
Terjamahnya:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133)
Seorang ahli hikmah berkata:
أَشَدُّ أَنْوَاعِ الْخَسَارَةِ أَنْ تَكُوْنَ الْجَنَّةُ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ وَلَا يَكُونُ لَكَ مَكَانٌ فِيْهَا
Artinya:
“Di antara jenis kerugian yang paling besar adalah ketika surga luasnya seluas langit dan bumi namun engkau tidak memiliki tempat di dalamnya.”
Maka, sebagai hamba yang beriman kepada Allah –Ta’ala- dan hari pembalasan, sepantasnya kita berupaya menyiapkan bekal untuk hari tersebut. Dan, bekal terbaik untuk hari itu adalah takwa. Sebagaimana firman Allah -Azza wajalla- berfirman:
وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ
Terjamahnya:
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Olehnya, sebelum ramadhan ini berakhir, jama’ah yang diberkahi Allah
Tanyakanlah pada diri kita masing-masing, “Sejauh ini, dengan ibadah-ibadah kita di bulan Ramadan, adakah kita merasakan benih-benih ketakwaan itu tumbuh dalam diri kita?”.
Tanyakanlah pada diri kita masing-masing, “Berapa kali kita pernah bertemu dengan bulan Ramadan? Umur kita akan menjawab pertanyaan itu. 50 tahun, 40 tahun, 30 tahun, 15 tahun atau mungkin sudah 70 tahun? Dengan perjumpaan yang sudah berkali-kali itu, sudah sesering itu, adakah pengaruh Ramadan dalam segala aktifitas kita selama ini? Takwa, apakah ia sudah menjadi sifat kita?
Ataukah takwa itu hanya ada pada bulan Ramadan saja? Atau bahkan mungkin ia tidak pernah ada dalam diri ini? Coba tanyakanlah dalam hati kita, pada lubuk hati yang paling dalam. Jujur dalam menjawab pertanyaan itu..
Jika kita mendapati diri ini ternyata masih jauh dari ketakwaan, maka perbanyaklah istighfar dan taubat di sisa-sisa hidup kita. Mulai hari ini dan seterusnya, tidak hanya pada bulan Ramadan saja. Manfaatkanlah sisa-sisa bulan Ramadan tahun ini dengan memperbanyak ibadah, taubat dan syukur kepada Allah –Azza wajalla-, sebelum Ramadan ini berakhir.
Tahun depan mungkin kita tidak bertemu lagi dengan bulan yang mulia ini. Sebab Ramadhan, pastilah ia kembali jika kiamat belum terjadi, tapi tubuh kita boleh jadi telah terbujur kaku dalam lahat-lahat yang gelap nan sempit, menunggu waktu kebangkitan, dalam keadaan cacing-cacing yang lemah melahap habis tubuh-tubuh kita yang sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Maka jangan sombong dengan kekuatan fisik kita hari ini, jangan angkuh dengan kesehatan yang kita miliki hari ini, karena semua itu akan sirna bersama dengan perginya waktu-waktu.
Maka, sebelum Ramadan ini berakhir, wahai hamba-hamba Allah.
Sekali lagi, tanyakanlah pada diri kita, “Sejauh ini, dengan ibadah-ibadah kita di bulan Ramadan, adakah kita merasakan benih-benih ketakwaan itu tumbuh dalam diri kita?”.
Jika kita merasa bahwa takwa itu telah tumbuh, maka tetaplah merendah hati layaknya padi-padi menguning yang berisi. Jangan sombong dan jangan terus melihat kebaikan itu di pelupuk mata. Sebab, jika seperti itu keadaannya, kita bisa binasa karenanya -wal’iyadzubillah-.
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah –rahimahullah- berkata:
قَالَ بَعْضَ السَّلَفِ اَنَّ العَبْدَ لَيعْمَلُ الذَّنبَ فَيَدْخُلُ بِهِ الْجنَّةَ وَيَعْمَلُ الْحَسَنَةَ فَيَدْخُلُ بِهَا النَّارَ ، قَالُوا وَكَيفَ ذَلِك؟ قَالَ يَعْمَلُ الْخَطِيئَةَ فَلاَتَزَالُ نُصْبَ عَيْنَيْهِ كُلَّمَا ذَكَرَهَا بَكَى وَنَدِمَ وَتَابَ واسْتَغْفَرَ وَتَضَرَّعَ وَأَنَابَ اِلَى الله وَذَلَّ لَهُ وَانْكَسَرَ وَعَمِلَ لَهَا اَعْمَالًا فَتَكُوْنُ سَبَبَ الرَّحْمَةِ فِي حَقِّهِ وَيَعْمَلُ الْحَسَنَةَ فَلَاتَزَالُ نُصْبَ عَيْنَيْهِ يَمُنُّ بِهَا وَيَرَاهَا وَيَعْتَدُ بِهَا عَلَى رَبِّهِ وَعَلَى الْخَلْقِ وَيَتَكَبّرُ بِهَا وَيَتَعَجَّبُ مِنَ النَّاسِ كَيْفَ لَا يُعَظِّمُوْنَهُ وَيُكْرِمُوْنَهُ وَيُجِلُّوْنَهُ عَلَيْهَا فَلَا تَزَالُ هَذِهِ الاُمُوْرُ بِهِ حَتَّى تَقَوَّى عَلَيْهِ آثارُهَا فَتُدْخِلُهُ النَّارَ فَعَلَامَةُ السَّعَادَةِ اَنْ تَكُوْنَ حَسَنَاتُ العَبْدِ خَلْفَ ظَهْرِهِ وَسَيِّئَاتُهُ نُصْبَ عَيْنَيْهِ وَعَلَامَةُ الشَّقَاوَةُ اَنُ يَجْعَلَ حَسَنَاتِهِ نُصْبَ عَيْنَيْهِ وَسَيَّئَاتِهِ خَلْفَ ظَهْرِهِ وَالله الْمُسْتَعَان
Artinya:
“Sebagian salaf berkata: "Sesungguhnya ada hamba yang melakukan dosa namun degannya ia bisa masuk surga. Adapula hamba yang melakukan kebaikan, namun justru dengannnya ia masuk ke dalam neraka. Orang-orang berkata: "Bagaimana itu bisa terjadi?" Salaf itu berkata : "Dia melakukan kesalahan hingga merasa bahwa kesalahan itu selalu berada di pelupuk matanya. Akhirnya, setiap kali ia mengingatnya, ia menangis, menyesal, bertaubat, ia beristighfar, merasa iba, kembali kepada Allah, ia merasa hina hingga ia merasa dirinya akan pecah. Iapun melakukan amalan-amalan yang menjadi sebab mendapat rahmat-Nya. Dan yang melakukan suatu kebaikan tadi, ia senantiasa melihat kebaikan itu di pelupuk matanya, ia menyebut-nyebutnya, merasa riya hingga melampaui batas terhadap Rabbnya dan kepada makhluk. Ia pun sombong, dan merasa heran ketika orang-orang tidak mengagungkan dan tidak memuliakannya. Perkara buruk ini senantiasa menjadi bagian dari perangainya, hingga pengaruhnya menjadi lebih kuat padanya, lalu memasukkannya ke dalam neraka. Maka tanda-tanda kebahagiaan adalah ketika seorang hamba menjadikan kebaikan-kebaikan yang dilakukannya serasa berada di belakangnya, sedang kesalahan-kesalahannya serasa senantiasa berada di pelupuk matanya. Adapun tanda-tanda kebinasaan adalah ketika seseorang menjadikan kebaikan-kebaikannya selalu berada di pelupuk matanya, sedang kesalahan-kesalahannya berada di belakangnya (melupakannya). Wallahul musta'an. (Miftaah Daari as-Sa'adah: 400)
Jika kita telah mengetahui hal ini wahai hamba Allah, tetaplah istikamah, tetaplah merendah hati, jangan mengira kita telah selamat. Sebab keselamatan itu adalah saat kita telah berada di pembaringan peristiratahan, di kubur kita, dan Allah –Azza wajalla- telah memperlihatkan singgasana-singgasana kita di surga.
Maka, sebelum Ramadan ini berakhir, kencangkanlah ikat sarung-sarungmu, semangatlah untuk beribadah kepada-Nya. Lailatul Qadr ditempatkan pada 10 malam terakhir agar kita tidak melemah pada akhir-akhir Ramadan ini. Sebab, pada akhir-akhirnyalah amalan itu ditentukan.
Sebelum Ramadan ini berakhir, menangislah dengan sejadi-jadinya saat kita sedang berduaan dengan Sang Pencipta malam. Keluhkan semua dukamu, jelaskan semua kekhawatiranmu dan berharaplah pada-Nya agar selamat pada hari kiamat kelak.
Sebelum Ramadan ini berakhir, jangan pernah merasa aman dari segala ujian Allah –Azza wajalla, berdoalah, beramallah dan jangan biarkan ketakwaan berhenti sampai kita benar-benar telah menjamah surga.
Jam’ah jum’at yang dirahmati Allah.
Ibadah puasa ini adalah ibadah yang dicintai oleh Allah –Azza wajalla-, sebab jika tidak niscaya Allah tidak akan mewajibkannya pada seluruh umat.
Karena ibadah puasa ini adalah ibadah yang telah diwajibkan pada umat-umat sebelum kita, maka puasa mereka, Iktikaf mereka, qiyamul lail mereka sama seperti yang kita lakukan hari ini. Olehnya, hal ini harusnya membakar semangat-semangat umat ini agar tidak bermalas-malasan dalam beribadah di bulan Ramadan ini, karena kita adalah umat terakhir yang harusnya lebih unggul dari mereka. (Liyaddabbaru Ayatihi: 79)
Jama’ah jum’at yang berbahagia
Pada firman Allah -Azza wajalla- لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ (agar kalian menjadi hamba yang bertakwa) disebutkan dalam bentuk pola kalimat huruf ta’lil + fi’il mudhari’. Dalam kaidah bahasa Arab, jika huruf ta’lil setelahnya kata kerja berbentuk fi’il mudhari’ itu memberikan faidah istimrariyah atau adanya keberlanjutan. Sehingga, ketakwaan yang berupaya kita raih dibulan Ramadan ini tidak boleh berhenti dengan berakhirnya bulan Ramadan.
Maka, salat berjamaah di masjid, baca Al-Qur’an yang menjadi rutinitas harian di bulan Ramadan, salat lail, sedekah, menahan amarah, memaafkan orang lain dan segala bentuk ibadah yang kita lakukan di bulan Ramadan tidak boleh berhenti setalah bulan Ramadan ini berakhir.
Jika bulan Ramadan ini berakhir, sedang kita tidak lagi salat lima waktu dengan berjamaah di masjid, berarti ada yang salah dengan puasa kita.
Jika bulan Ramadan ini berakhir, sedang Al-Qur’an tidak pernah lagi disentuh, tidak pernah lagi dibaca, berarti ada yang salah dengan puasa kita.
Puasa kita bukanlah sekedar rutinitas kegiatan tahunan yang tidak memiliki tujuan. Bulan ini adalah bulan perubahan. Bulan yang seharusnya merubah kebiasaan buruk kita menjadi kebiasaan yang baik. Dan jika kita tidak bisa berubah ke arah yang lebih baik pada bulan ini, maka sungguh untuk berubah pada bulan yang lain akan lebih sulit dilakukan.
Renungkanlah selalu doa Malaikat Jibril yang diaminkan oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- ketika Malaikat Jibril datang kepadanya dan berdoa,
“Kecelakaan bagi seorang manusia yang datang padanya bulan Ramadan, lalu bulan itu berlalu sedang ia belum juga mendapatkan ampunan.”
Jama’ah jum’at rahimakumullah.
Dan akhirnya, sebelum Ramadan ini berakhir, haruslah kita menyadari bahwa bulan ini adalah bulan madrasah ketakwaan. Puasa adalah amalan yang sangat kuat memberi pengaruh takwa di dalam jiwa. Maka periksalah hati ini, adakah pengaruhnya dalam jiwa kita, dalam hati kita, dalam penglihatan kita dan pendengaran kita? . (Liyaddabbaru Ayatihi: 79)
Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba yang bertakwa hingga akhir hayat. Aamiin.
بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فَي القُرْآنَ العَظِيْمِ, وَنَفَعْنِيْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ, قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ
Jamaah Jumat yang berbahagia...
Dalam kesunyian Ramadhan, ia menyimpan berbagai pesan dan puisi di dalamnya. Ketahuilah, bahwa pemenang sejati dalam perlombaan ini adalah mereka yang bisa terus bertahan sampai ia mampu memenangkan cinta Tuhannya. Maka, hamba terbaik adalah yang semakin ingin berpisah, ia akan semakin memperbaiki hubungan dengan tuannya.
Semoga Allah memberkahi Ramadan kita tahun ini, dan semoga dengan ibadah-ibadah yang kita telah maksimalkan Ramadan ini bisa menjadi sebab kita dimasukan surga Allah –azza wa jalla—. Aamiin yaa Rabbal ‘Aalamiin...
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَأَنْتَالْوَهَّابُ
رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَ لْمُسلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Download PDF-nya di https://bit.ly/SebelumRamadhanBerakhir