MULIAKAN GURU ALAMAT KEBAIKAN UMAT

Naskah Khutbah
Abu Uwais
28 Nov 2025
MULIAKAN GURU ALAMAT KEBAIKAN UMAT

JUMAT, 7 Jumadilakhir 1447 H / 28 November 2025 M
Oleh Rachmat Badani, Lc., M.A.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Hadirin sekalian, marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kita nikmat iman, kesehatan, dan kesempatan untuk kembali bertemu dalam ibadah yang mulia ini. Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan sebenar-benar takwa, yaitu melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan, kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Salawat dan salam semoga senantiasa terhaturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya serta kepada setiap pengikutnya yang konsisten menjalankan syariatnya.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

3 hari yang lalu, tepatnya 25 November, ditetapkan sebagai Hari Guru Nasional di negeri kita. Tanggal ini dicanangkan pemerintah sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi atas jasa para guru dan tenaga kependidikan yang telah memberikan kontribusi besar dalam dunia pendidikan, membangun karakter, dan membentuk wajah peradaban bangsa. Namun, jamaah sekalian…Realitas yang kita saksikan akhir-akhir ini justru menunjukkan keadaan yang berlawanan. Guru dan tenaga pendidik yang seharusnya dihormati dan dijunjung tinggi tidak lagi mendapatkan penghargaan sebagaimana mestinya. Suara mereka sering diabaikan, nasihat mereka diremehkan, bahkan kadang dipersalahkan ketika terjadi kegagalan yang sejatinya bukan semata kesalahan mereka. Maka muncul pertanyaan besar: Apakah Hari Guru hanya akan menjadi tanggal yang diperingati setiap tahun, namun perlahan memudar maknanya? Apakah ia hanya akan menjadi seremoni tanpa ruh, tanpa penghormatan, tanpa perubahan sikap?

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Hari Guru seharusnya tidak berhenti sebagai peringatan tahunan. Hari itu seharusnya menjadi seruan untuk menghidupkan kembali kemuliaan orang-orang yang paling berjasa dalam kehidupan seorang muslim, yaitu guru dan para pendidik. Sebab guru bukan hanya pengajar, tetapi pewaris risalah Nabi, penjaga akhlak generasi, pelita yang menerangi masyarakat, dan pilar peradaban manusia. Karena itu agama Islam telah menempatkan posisi seorang guru di tempat yang sangat tinggi dan mulia.

Islam tidak dibangun di atas kebodohan, tetapi di atas ilmu dan pemahaman. Wahyu pertama bukan perintah salat, zakat, atau jihad, melainkan perintah untuk membaca sebagaimana firman Allah:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

Terjemahnya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-‘Alaq: 1-5).

Ayat-ayat ini berisi perintah untuk membaca namun bukan hanya sekadar membaca selembar kertas ataupun setumpuk buku, namun lebih dari itu ia adalah perintah untuk membaca tanda-tanda kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla di alam semesta ini seperti asal penciptaan manusia yang disebutkan pada ayat kedua.

Allah Ta’ala juga berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Terjemahnya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah: 11).

Maknanya bahwa Allah meninggikan derajat mereka di dunia dengan kemuliaan, dan di akhirat dengan pahala dan kedudukan. Ini menunjukkan kedudukan ilmu dan orang yang mengajarkannya. Bahkan Allah secara khusus menggelari orang-orang berilmu dengan Al-Rabbaniyyun, sebuah gelar yang begitu tinggi dan agung di sisi Allah Rabbul ‘Alamin, sebagaimana firman-Nya:

مَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنْ يُّؤْتِيَهُ اللّٰهُ الْكِتٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُوْلَ لِلنَّاسِ كُوْنُوْا عِبَادًا لِّيْ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلٰكِنْ كُوْنُوْا رَبَّانِيّٖنَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُوْنَ الْكِتٰبَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُوْنَ ۙ

Terjemahnya: Tidak sepatutnya seseorang diberi Alkitab, hukum, dan kenabian oleh Allah, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu para penyembahku, bukan (penyembah) Allah,” tetapi (hendaknya dia berkata), “Jadilah kamu para pengabdi Allah (Rabbaniyyun) karena kamu selalu mengajarkan kitab dan mempelajarinya!” (QS. Ali ‘Imran: 79).

Ulama menjelaskan bahwa Al-Rabbani adalah orang yang mengajarkan manusia dengan ilmu dan adab. Ini berarti Allah memuji orang yang mengajar, bahkan menyebutnya sebagai rabbani, suatu kedudukan spiritual yang tinggi.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Tidak sampai di situ saja, Allah juga memerintahkan kita untuk bertanya kepada ahli ilmu:

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ فَسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ

Terjemahnya: Kami tidak mengutus sebelum engkau (Nabi Muhammad), melainkan laki-laki yang Kami beri wahyu kepadanya. Maka, bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Nahl: 43).

Ayat ini menjadi dalil bahwa orang berilmu adalah rujukan umat, tempat kembali ketika terjadi kebingungan dan fitnah. Karena mereka telah mewarisi ilmu yang ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana sabda beliau:

إِنَّ الْعُلَمَاءَ هم وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Terjemahnya: “Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Sesungguhnya mereka hanya mewariskan ilmu. Maka siapa yang mengambil ilmu itu, sungguh ia telah mengambil bagian yang sangat besar. (HR. Tirmidzy).

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Ketahuilah bahwa para Nabi dan Rasul Allah tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka setiap guru yang mengajarkan ilmu syar’i, akhlak, atau pengetahuan yang bermanfaat maka sejatinya ialah pengikut sejati jejak risalah para Nabi. Banyak yang mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun mereka enggan belajar, mereka meninggalkan ilmu agama, bahkan melecehkan para ulama, apakah pantas mereka dikatakan sebagai pengikut Nabi? Padahal jalan ilmu adalah salah satu jalan menuju syurga Allah ‘Azza wa Jalla. Sebagaimana sabda Nabi:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَبْتَغِي فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ

Terjemahnya: Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Tirmidzy).

Kemudahan yang Allah berikan kepada para penuntut ilmu menuju surga Allah tentu  bukan hanya bagi murid, tetapi juga kepada guru yang mengajarkan jalan ilmu tersebut. Kepada orang yang telah mengerahkan potensinya untuk mendidik penuntut ilmu, menjaga mereka dari berbagai penyimpangan kepada jalan kesesatan. Menyadarkan mereka bahwa jalan ilmu yang mereka tempuh adalah jalan yang benar, dan menumbuhkan dalam diri mereka sifat qana’ah dan kesabaran.

Mengapa demikian? Karena para guru memahami dengan baik sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Terjemahnya: Siapa yang mengajarkan satu kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya. (HR. Muslim).

Olehnya, guru adalah pemilik amal jariyah paling besar, karena ilmu mereka terus hidup melalui murid-muridnya dan semua orang yang mengamalkan kebaikan yang ia ajarkan. Maka tidak mengherankan apabila dahulu para Salafussholih sangat memuliakan para guru mereka. Seperti Imam Syafi’i ketika duduk di hadapan gurunya, Imam Malik, ia tidak berani membuka lembaran kitab dengan keras karena takut mengganggu kenyamanan gurunya. Begitupun Imam Ahmad yang senantiasa mendoakan gurunya, Imam Syafi’i, di setiap malam dalam sujud-sujudnya selama bertahun-tahun. Bahkan sebelum mereka, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menunggu di depan rumah gurunya, Zaid bin Tsabit, dan memegang tali untanya sebagai bentuk penghormatan. Ketika Zaid berkata, “Biar aku saja yang melakukan untukmu,” Ibnu Abbas menjawab: “Beginilah cara kami memuliakan ahli ilmu.” Karena itu mereka diberkahi ilmu, keluarga, keturunan, dan nama baik sepanjang zaman.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Kita harus sadar, bahwa guru hari ini memikul amanah yang sangat besar dalam kondisi yang sulit. Mereka menghadapi generasi yang tergesa-gesa, distraksi gadget dan internet, budaya meremehkan nasihat, degradasi akhlak dan adab serta di saat yang sama tekanan ekonomi yang tidak sebanding dengan pengorbanan mereka. Dalam banyak kasus, guru mencurahkan tenaga, waktu, pikiran, bahkan materi, bukan untuk kekayaan, tetapi agar anak-anak kita menjadi manusia mulia. Terkadang guru dipersalahkan, dicaci, dilaporkan ke media sosial, padahal ia hanya menjalankan amanah mendidik. Sebagian orang tua memanjakan anak, membela kesalahan anak, merendahkan guru, padahal adab mendidik seharusnya sejalan, bukan berlawanan.

Jamaah sekalian, jika sebuah bangsa kehilangan rasa hormat kepada guru, maka hilanglah keberkahan ilmu, hilanglah generasi berakhlak dan hilang pulalah masa depan bangsa. Apa jadinya jika para guru berhenti dari tugas mulia mereka dan mencoba mata pencaharian yang lain? Apa jadinya jika para guru berhenti mendidik dan hanya mendudukkan anak lalu mendikte semua pelajaran sekadar menunaikan tugas kewajiban?

Karena itu, bagi siapapun yang sedang duduk di hadapan gurunya maka duduklah dengan adab, dengarkan tanpa memotong, hargai usaha pendidikmu. Karena tanpa adab, ilmu tidak akan masuk ke hati.

Bagi seluruh orang tua, jangan remehkan guru, jika anak keliru, maka rangkul gurunya bukan melawan guru. Karena tujuan orang tua dan guru sama, yaitu mencetak anak saleh. Jadikan guru sebagai pahlawan sosial, berikan ruang dan kehormatan bukan cemoohan dan gertakan.

Bagi seluruh guru dimanapun anda berada, tugas anda begitu berat dan sulit karena ia sejalan dengan kemuliaan yang akan anda dapatkan di sisi Allah. Ikhlaskan niat, luruskan tujuan, dan terus perbaiki diri. Karena Allah melihat setiap titik keringat dan setiap tetes air mata, dan Allah tidak akan menyia-nyiakannya. Sadarlah selalu, selama ilmu terus dipelajari, pahala guru terus mengalir. Selama akhlak diajarkan, namanya tidak akan padam dan selama siswa masih hidup, amal jariyah guru tidak akan pernah berhenti.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لله عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.

Di Khutbah kedua ini, izinkan kami untuk mengingatkan diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian untuk memperbanyak dua buah ibadah kepada Allah pada hari jum’at. Pertama, mari memperbanyak doa kita kepada Allah, secara khusus untuk keselamatan saudara-saudara kita di Palestina. Karena telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad ﷺ bahwa pada hari jumat terdapat satu waktu yang singkat, tidaklah seorang muslim memanjatkan doa kepada Allah pada waktu tersebut melainkan doanya pasti akan diijabah. Kedua, mari memperbanyak salawat dan salam kita kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana firman Allah:

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Baca Juga