HUJAN SALAM DARI LANGIT

Naskah Khutbah
Asdar
23 Oct 2025
HUJAN SALAM DARI LANGIT

JUMAT, 2 Jumadilawal 1447 H / 24 Oktober 2025 M
 Oleh Abdullah Nazhim Hamid, S.T., Lc., M.Ag.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Hari-hari ini kita mulai mendengar suara hujan kembali membasahi bumi. Langit yang beberapa bulan lamanya membisu dan panas, kini berbicara kembali dengan bahasa rahmat. Tanah yang kering mulai lembap, dedaunan yang layu mulai segar, dan udara panas yang menyesakkan kini berubah menjadi sejuk. Musim hujan telah tiba — rahmat Allah kembali turun ke bumi.

Namun, di tengah kesibukan kita mencari tempat berteduh, ada satu sunnah yang hampir dilupakan…Sunnah yang dilakukan oleh manusia paling mulia, Rasulullah ﷺ, ketika hujan pertama kali turun. Beliau tidak berlari menghindar, tidak pula bersembunyi dari rintik air langit, tetapi justru menyingkap pakaiannya agar tubuh beliau terkena hujan itu.

Sahabat Anas bin Malik رضي الله عنه berkata:

أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ مَطَرٌ، فَحَسَرَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ثَوْبَهُ، حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ الْمَطَرِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا؟ قَالَ: لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى.

Artinya: Kami diguyur hujan ketika bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau membuka pakaiannya sehingga terkena hujan, lalu kami pun bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa Anda melakukan hal itu?” Beliau berkata: “Karena hujan ini baru saja diciptakan oleh Rabb-nya yang Mahatinggi.” (HR Muslim)

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Imam Nawawi menjelaskan hadis di atas:  “makna perkataan Rasulullah dari hujan baru saja adalah hujan itu merupakan rahmat, dan ia masih dekat dengan masa penciptaannya oleh Allah Ta‘ala, maka dengan hujan itu dapat diambil keberkahan. Dalam hadis ini terdapat dalil bagi pendapat para ulama mazhab kami, bahwa disunnahkan ketika turunnya hujan pertama kali untuk menyingkap bagian tubuh selain aurat agar terkena air hujan tersebut, dan mereka menjadikan hadits ini sebagai dasar hukum.” (Syarh Sahih Muslim karya Imam Nawawi)

Allah Ta‘ala berfirman dalam Al-Qur’an:

اَللّٰهُ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ فَتُثِيْرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهٗ فِى السَّمَاۤءِ كَيْفَ يَشَاۤءُ وَيَجْعَلُهٗ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ فَاِذَآ اَصَابَ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖٓ اِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَۚ

Terjemahnya: Allahlah yang mengirim angin, lalu ia (angin) menggerakkan awan, kemudian Dia (Allah) membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya dan Dia menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya. Maka, apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, seketika itu pula mereka bergembira. (QS. Ar-Rum (30) ayat 48).

Perhatikan, Allah menyebut dengan tegas bahwa Dialah yang mengirim, menggerakkan, dan menurunkan. Tidak ada satu tetes pun hujan yang turun tanpa izin dan perintah-Nya. Inilah makna air hujan yang turun adalah baru saja diciptakan, bukan sekedar hasil daur alam yang berjalan sendiri, melainkan manifestasi langsung dari kehendak Sang Pencipta.

Maka, ketika hujan turun, seorang mukmin tidak hanya melihat air, tetapi melihat kebaruan ciptaan Allah yang terus terjadi di hadapannya. Allah menciptakan hujan hari ini sebagaimana Dia menciptakan manusia, bumi, dan kehidupan. Ia memperbaharui bumi yang kering, menumbuhkan rezeki bagi makhluk-Nya, dan mengingatkan manusia bahwa kekuasaan Allah senantiasa hidup, tidak pernah berhenti.

Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ mencontohkan kepada kita bagaimana menyambut hujan — bukan dengan keluhan, tetapi dengan rasa syukur, adab, dan cinta kepada ciptaan Allah yang baru saja turun membawa rahmat.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Setelah kita memahami bahwa hujan adalah ciptaan Allah yang baru saja turun dari perintah-Nya, maka langkah berikutnya adalah melihat hujan dengan pandangan iman — sebagai tanda kasih sayang dan rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya. Hujan bukanlah sekadar tetes air yang jatuh karena awan jenuh, atau hasil dari siklus alam  sebagaimana dijelaskan dalam teori sains. Ia adalah rahmat yang dikirimkan Allah sebagai bukti kasih-Nya kepada makhluk.

Allah Ta‘ala berfirman:

وَهُوَ الَّذِيْ يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْۢ بَعْدِ مَا قَنَطُوْا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهٗ ۗوَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيْدُ

Terjemahnya: Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan (Dia pula yang) menyebarkan rahmat-Nya. Dialah Maha Pelindung lagi Maha Terpuji. (QS. Asy-Syura (42) ayat 28).

Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada kita adab terhadap hujan — bukan hanya berlindung dari airnya, tetapi juga bersyukur atas rahmatnya. Beliau berdoa ketika hujan turun:

اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah hujan ini hujan yang bermanfaat.” (HR. Al-Bukhari)

Doa ini mengajarkan bahwa hujan bukan untuk ditolak, tetapi dimohonkan keberkahannya. Dalam doa ini tersimpan akhlak yang indah, kita menyambut rahmat Allah dengan syukur, namun tetap memohon agar hujan itu membawa manfaat, bukan mudarat. Inilah keseimbangan seorang mukmin: tunduk kepada takdir, namun tetap berdoa agar takdir itu menjadi kebaikan.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Jika hujan adalah tanda kasih sayang Allah, maka keluhan dan kejengkelan terhadap hujan berarti lupa terhadap rahmat Allah. Ketika seorang mukmin melihat hujan, hendaknya ia mengingat bahwa setiap tetesnya membawa kehidupan, sebagaimana wahyu membawa kehidupan bagi hati manusia. Maka setiap kali langit meneteskan rahmatnya, seharusnya hati kita pun meneteskan rasa syukur. Karena di balik setiap hujan, ada pesan cinta dari Allah.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Selain menjadi ciptaan baru dan tanda kasih sayang Allah, hujan juga merupakan sarana penyucian bagi bumi, bagi tubuh, dan bagi hati manusia. Allah Ta‘ala berfirman dalam Al-Qur’an:

وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً لِّيُطَهِّرَكُمْ بِهٖ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطٰنِ وَلِيَرْبِطَ عَلٰى قُلُوْبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الْاَقْدَامَۗ

Terjemahnya: Dan menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu, menghilangkan gangguan-gangguan setan dari dirimu, dan menguatkan hatimu serta memperteguh telapak kakimu. (QS. Al-Anfāl (8) ayat 11).

Ayat ini turun dalam konteks perang Badar, ketika Allah menurunkan hujan agar kaum Muslimin dapat bersuci dan menenangkan hati mereka. Tapi maknanya berlaku umum, bahwa air hujan membawa unsur penyucian lahir dan batin. Sebagaimana air hujan membasuh debu dan kotoran dari bumi, demikian pula iman dan zikir membasuh dosa dan kelalaian dari hati seorang mukmin.

Hujan mengingatkan kita pada pentingnya membersihkan diri dari dosa dan maksiat, sebagaimana bumi pun tak dapat menumbuhkan tanaman kecuali setelah dibasuh air langit. Seorang mukmin yang jujur melihat hujan sebagai panggilan untuk kembali kepada Allah, bukan sekadar perubahan cuaca.

Jamaah yang dimuliakan Allah...

Mari jadikan setiap turunnya hujan sebagai momen tafakkur dan taubat. Saat rintik air membasahi bumi, basuhlah juga hati dengan istighfar. Saat bumi disegarkan kembali, segarkan pula iman dengan dzikir dan syukur.

Rasulullah ﷺ bersabda:

اثْنَتَانِ مَا تُرَدَّانِ: الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ، وَتَحْتَ الْمَطَرِ

Artinya: “Ada dua waktu di mana doa tidak akan ditolak: ketika adzan dikumandangkan dan ketika hujan turun.”  (HR. Tabrani, dinilai hasan oleh Al-Albani).

Maka setiap kali hujan turun, itu adalah undangan dari Allah untuk berdoa, memohon ampun, dan memperbaharui iman. Jangan biarkan hujan berlalu begitu saja tanpa meneteskan air mata taubat. Karena sebagaimana hujan menghidupkan bumi, taubat menghidupkan hati.

Wahai hamba Allah....

Sambutlah hujan dengan dzikir, bukan dengan keluh kesah. Pandanglah setiap tetesnya sebagai salam dari langit, dan setiap guyurannya sebagai pengingat bahwa Allah masih menebar rahmat-Nya di bumi.

Semoga Allah menjadikan hujan ini hujan berkah, menyucikan dosa-dosa kita, menumbuhkan iman kita, dan melembutkan hati kita untuk selalu kembali kepada-Nya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.


 

 

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لله عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.

Pada khutbah kedua ini, izinkan kami untuk mengingatkan diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian untuk memperbanyak dua buah ibadah kepada Allah pada hari jum’at. Pertama, mari memperbanyak doa kita kepada Allah, secara khusus untuk keselamatan saudara-saudara kita di Palestina. Karena telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa pada hari jumat terdapat satu waktu yang singkat, tidaklah seorang muslim memanjatkan doa kepada Allah pada waktu tersebut melainkan doanya pasti akan diijabah. Kedua, mari memperbanyak salawat dan salam kita kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah:

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.


Download PDFnya di https://bit.ly/HujanSalamDariLangit

Baca Juga