JUMAT, 26 Rabiulawal 1447 H / 19 September 2025 M
Oleh Alif Jumai Rajab, Lc., M.Ag.
Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.
Pada hari ini kita berhenti sejenak untuk merenungi sebuah ayat agung dari Kitabullah Subhānahu wa Ta‘ālā, yang mengabarkan kepada kita sebagian dari sifat-sifat mulia Rasulullah ﷺ, dan yang mengajak kita untuk meneladani dan mengikuti beliau dalam seluruh keadaan dan urusan kehidupan kita.
Allah Subhānahu wa Ta‘ālā berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Terjemahnya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab ayat 21)
Suri teladan ini, Allah Ta‘ālā sifatkan sebagai teladan yang baik (ḥasanah), dan Dia juga menjelaskan bahwa orang yang meneladani beliau adalah orang yang mengharapkan (pertemuan dengan) Allah dan (pahala) di Hari Akhir.
لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ
Terjemahnya: "dan (bagi) orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Akhir." (QS. Al-Ahzab ayat 21)
Teladan yang terdapat dalam kehidupan dan sunnah Nabi ﷺ sangatlah banyak. Umat Islam saat ini sangat membutuhkan untuk mengingat, mengetahui, dan meneladani hal-hal tersebut. Sebab, meskipun ucapan bisa sangat fasih dan meyakinkan, manusia pada hakikatnya lebih terpengaruh oleh perbuatan dibandingkan kata-kata.
Jamaah sekalian yang dimuliakan oleh Allah...
Sesungguhnya Nabi Muhammad ﷺ adalah suri teladan dan contoh yang paling baik bagi umatnya dalam seluruh aspek kehidupan. Bahkan, Allah ﷻ telah menjaga beliau sejak kecil agar tidak terjatuh ke dalam sesuatu yang dapat mengurangi keteladanan beliau bagi umat manusia. ﷻ
Allah mengutus beliau sebagai nabi di usia 40 tahun, yaitu setelah seluruh sifat mulia telah sempurna dalam dirinya. Saat itu, masyarakat mengenalnya sebagai "al-Amīn" (yang terpercaya) dan "al-Ṣādiq" (yang jujur). Bahkan sebelum diangkat menjadi rasul, beliau sudah terbiasa melakukan berbagai kebaikan yang tidak dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya.
Lihatlah bagaimana akhlak Nabi ﷺ sebelum diangkat menjadi rasul. Ketika beliau pertama kali menerima wahyu dan melihat Malaikat Jibril ‘alaihissalām, beliau pulang dalam keadaan takut dan gemetar, lalu berkata kepada istrinya;
زَمِّلُونِي، زَمِّلُونِي، لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي
“Selimuti aku, selimuti aku. Sungguh aku khawatir atas diriku.”
Maka apa kata Khadijah radhiallahu anha? Dengan penuh keyakinan dan ketenangan ia menenangkan beliau dan berkata;
وَاللهِ لَا يُخْزِيكَ اللهُ أَبَدًا، إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَحْمِلُ الْكَلَّ، وَتَقْرِي الضَّيْفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الدَّهْرِ
“Demi Allah! Allah tidak akan menghinakanmu selamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambung tali silaturahim, menanggung beban orang lain, memuliakan tamu, dan menolong orang yang tertimpa musibah."
Itulah sifat dan akhlak Rasulullah ﷺ sebelum beliau diangkat menjadi nabi dan rasul. Maka bagaimana lagi keadaan beliau setelah kenabian, ketika wahyu turun membimbing setiap langkah beliau?
Jamaah sekalian yang dimuliakan oleh Allah…
Dalam kesempatan yang singkat ini, marilah kita menyebutkan beberapa contoh dari keteladanan Rasulullah ﷺ dalam beberapa aspek penting kehidupan sebagai pengingat dan pelajaran bagi kita semua.
Contoh pertama dari keteladanan Rasulullah ﷺ adalah dalam hal kepemimpinan.
Allah ﷻ telah memilih Muhammad ﷺ untuk memegang amanah agung; memimpin seluruh umat manusia. Beliau adalah pemimpin para sahabat, dan pemimpin bagi seluruh umat hingga akhir zaman. Bahkan dalam peristiwa agung Isra’ dan Mi‘raj, Allah memperlihatkan kedudukan tinggi beliau, ketika para nabi dikumpulkan dan Nabi Muhammad ﷺ diangkat menjadi imam shalat bagi mereka. Itu bukan sekadar peristiwa spiritual, tapi isyarat besar bahwa tongkat kepemimpinan telah diberikan kepada beliau, dan bahwa umat ini akan dipimpin olehnya dan meneladaninya sepanjang masa.
Apa saja bentuk keteladanan Rasulullah ﷺ dalam kepemimpinannya?
Beliau adalah sosok pemimpin yang sempurna, pemimpin yang memimpin umat ini dengan penuh amanah, kasih sayang, dan kelembutan. Beliau berjaga di malam hari demi memenuhi kebutuhan umatnya, beliau berusaha memudahkan urusan mereka, beliau mengelola harta umat dengan bijaksana dan membagikannya dengan adil, beliau membela hak setiap orang, bahkan berani bersikap adil terhadap dirinya sendiri. Beliau lapar saat rakyatnya lapar, dan beliau kenyang hanya ketika umatnya pun kenyang. Tidak ada jarak antara pemimpin dan rakyat, karena beliau memimpin dengan hati, bukan hanya dengan perintah.
Nabi ﷺ bukan hanya pemimpin yang memerintah dari kejauhan, beliau hadir bersama umatnya dalam setiap perjuangan. Beliau ikut turun ke medan jihad, bersama para sahabat dalam berbagai peperangan, memberi semangat, menyusun strategi, dan menunjukkan keberanian luar biasa sebagai seorang pemimpin. Dalam Perang Khandaq, beliau ikut menggali parit bersama mereka. Tangannya memegang cangkul, janggutnya penuh dengan debu dan tanah, dan saat batu besar menghalangi penggalian, beliau sendiri yang mengangkat kapak dan menghancurkannya.
Jamaah sekalian yang dimuliakan oleh Allah...
Sungguh, pemimpin agung kita, Nabi Muhammad ﷺ, telah menghadapi berbagai upaya pembunuhan dan serangan terhadap dirinya, saat beliau tengah mengemban tugas besar dalam memimpin umat ini menuju cahaya petunjuk. Gigi gerahamnya pecah, wajahnya terluka, dan kedua kakinya berlumuran darah. Namun semua itu tidak melemahkan tekad dan keberaniannya. Beliau tetap maju memimpin para sahabat dengan penuh semangat, keberanian, dan keteguhan hati.
Sahabat Anas bin Mālik radhiallahu anhu pernah berkata:
“Ketika pertempuran menjadi sangat sengit dan keadaan memuncak, kami berlindung di belakang Rasulullah ﷺ.”
Bahkan jamaah sekalian, Rasulullah ﷺ adalah pemimpin yang sangat dermawan terhadap umatnya. Beliau memberi sebagaimana orang yang tidak takut miskin, dan tidak pernah memberatkan mereka dalam perintah dan kebijakannya. Dalam banyak hadits didapatkan, beliau bersabda:
"Seandainya tidak akan memberatkan umatku, sungguh aku akan perintahkan mereka untuk..."
Itulah bukti kasih sayang beliau terhadap umat ini, bahwa beliau tidak ingin menyulitkan mereka sedikit pun.
Jamaah sekalian yang dimuliakan oleh Allah...
Di antara sisi keteladanan paling agung dalam diri Rasulullah ﷺ adalah keteladanan beliau dalam beribadah kepada Allah ﷻ.
Beliau adalah hamba yang paling taat dan paling khusyuk dalam beribadah. Beliau adalah nabi yang selalu mengisi malam-malamnya dengan qiyām (shalat malam), membaca Al-Qur'an dengan linangan air mata, berdiri hingga kakinya bengkak dan pecah-pecah karena lamanya berdiri di hadapan Rabbnya.
Ketika sebagian sahabat melihat ibadah tersebut dan merasa bahwa mereka belum cukup dalam meneladaninya, mereka ingin memperbanyak amalan melebihi apa yang mereka lihat.
Maka beliau berkata kepada mereka:
أَمَا إِنِّي أَخْشَاكُمْ وَأَتْقَاكُمْ لِلَّهِ
"Demi Allah, sungguh aku adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan yang paling bertakwa kepada-Nya."
Dan ketika beliau ditanya;
"Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan semua ini, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang?"
Maka beliau menjawab dengan penuh kerendahan hati:
"Tidakkah aku pantas menjadi hamba yang bersyukur?"
Lihatlah bagaimana kondisi hati Rasulullah ﷺ saat bermunajat kepada Rabb-nya. Ketika beliau berdiri untuk shalat, terdengar dari dada beliau suara tangis yang lirih, seperti suara gemuruh air mendidih di dalam bejana, karena begitu dalamnya rasa takut, tangis, dan khusyuk kepada Allah ﷻ.
Suatu hari, beliau meminta kepada Abdullah bin Mas'ud radiallahu anhu untuk membacakan Al-Qur’an kepadanya. Maka Abdullah pun membaca awal Surat An-Nisā’, ketika sampai pada ayat:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ شَهِيدًا
“Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir itu), apabila Kami mendatangkan seorang saksi dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka?” (QS. An-Nisā’: 41).
Maka Rasulullah ﷺ berkata; "Cukuplah sampai di sini."
Lalu Abdullah menoleh kepadanya, dan ia melihat kedua mata Nabi ﷺ basah dengan air mata, menangis karena tersentuh oleh ayat-ayat Allah.
Jamaah sekalian yang dimuliakan oleh Allah...
Di antara sisi keteladanan Rasulullah ﷺ yang agung adalah keteladanan beliau sebagai seorang kepala keluarga.
Ya, beliau adalah seorang suami dari beberapa istri, dan juga seorang ayah serta kakek dari anak-anak dan cucu-cucunya. Dalam kehidupan rumah tangga, Rasulullah ﷺ memberikan teladan terbaik bagi umatnya. Beliau tidak hanya menyampaikan nasihat lewat kata-kata, tetapi memberi contoh nyata dalam sikap, perhatian, dan kelembutan dalam rumah tangga. Beliau adalah teladan sempurna dalam hubungan suami-istri, dalam mendidik anak, serta dalam membina keluarga dengan kasih sayang dan tanggung jawab.
Rasulullah ﷺ adalah teladan sejati dalam membina keluarga. Beliau senantiasa mengarahkan keluarganya kepada kebaikan, menasihati mereka agar menjauhi kemaksiatan, serta mendidik mereka untuk bertakwa kepada Allah. Beliau menanamkan nilai-nilai moral dan akidah yang lurus sejak dini, agar anggota keluarganya tumbuh di atas landasan iman dan akhlak yang mulia.
Suatu hari, beliau melihat Hasan, cucunya. Mengambil sebutir kurma dari kurma sedekah dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Maka Rasulullah segera memasukkan tangannya ke mulut cucunya, lalu mengeluarkan kurma itu, seraya bersabda:
أَمَا تَعْلَمُ أَنَّ الصَّدَقَةَ لَا تَحِلُّ لَنَا؟
"Tidakkah engkau tahu bahwa sedekah tidak halal bagi kita?"
Lihatlah wahai kaum Muslimin, inilah pendidikan tentang makan dari yang halal bahkan untuk anak kecil. Inilah pengajaran Rasulullah kepada keluarganya untuk menjaga kemurnian harta sejak usia dini.
Lalu di mana posisi keteladanan ini dalam keluarga-keluarga kita hari ini?
Betapa banyak para orang tua yang justru menanamkan kepada anak-anaknya bahwa “yang penting dapat, tak peduli dari mana datangnya.” Mereka membiasakan anak-anaknya memakan yang haram, mengajarkan bahwa halal itu hanya soal apa yang bisa diraih, bukan apa yang diridai Allah.
Ini, demi Allah, adalah musibah besar!
Jamaah sekalian yang dimuliakan oleh Allah...
Di antara sisi keteladanan yang agung dalam kehidupan Rasulullah ﷺ adalah keteladanan beliau sebagai seorang hakim dan pemutus perkara.
Beliau ﷺ memegang amanah dalam menyelesaikan sengketa, dan orang-orang datang kepadanya untuk mencari keadilan. Maka beliau pun memutuskan perkara di antara mereka dengan penuh keadilan, tanpa berat sebelah dan tanpa menyimpang dari kebenaran.
Beliau ﷺ pernah bersabda kepada mereka yang datang mengadukan masalah:
"Wahai manusia, sesungguhnya kalian datang kepadaku untuk menyelesaikan perkara kalian, dan aku hanyalah manusia. Bisa jadi, sebagian dari kalian lebih pandai dalam menyampaikan argumen daripada yang lain. Maka aku memutuskan perkara berdasarkan apa yang aku dengar. Barang siapa yang aku menangkan dalam perkara yang bukan haknya, maka itu berarti aku telah memberikan kepadanya sebuah potongan dari api neraka."
Beliau tidak membedakan antara yang dekat maupun yang jauh, antara yang terpandang maupun rakyat biasa. Ketika ada seseorang dari kalangan bangsawan Quraisy melakukan pencurian, dan sebagian orang ingin memberi syafaat agar hukumannya diringankan, maka Rasulullah marah dan menolak dengan tegas. Beliau ﷺ berkata;
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، أَنَّهُمْ إِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ، وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الْقَوِيُّ تَرَكُوهُ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
"Wahai manusia! Sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah, apabila yang lemah mencuri, mereka menegakkan hukuman atasnya. Namun, apabila orang yang mulia mencuri, mereka membiarkannya. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Fāṭimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya."
Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah...
Sesungguhnya umat hari ini sangat membutuhkan sosok teladan yang sejati, karena banyak masyarakat telah kehilangan figur yang layak dijadikan panutan.
Banyak orang mengenang Rasulullah dan merayakan hari kelahirannya, namun alangkah baiknya jika peringatan itu diiringi dengan usaha meneladani beliau dalam kehidupan nyata. Bukan sekadar slogan, hiasan, atau perayaan yang kosong dari makna. Yang disyariatkan dalam mengingat sejarah hidup Nabi adalah mempelajari keteladanan beliau, lalu menyebarkannya kepada umat.
Yang wajib kita hidupkan adalah akhlak beliau, sunnah beliau, dan nilai-nilai luhur yang dibawanya. Itulah makna sejati dari mencintai dan mengagungkan Rasulullah.
Dan meskipun dalam khutbah ini kita belum sempat menyebut seluruh sisi keteladanan beliau, cukuplah kita yakini bahwa beliau adalah suri teladan yang sempurna dalam setiap aspek kehidupan. Kecuali dalam hal-hal khusus kenabian, maka seluruh perilaku beliau adalah contoh yang bisa dan harus kita ikuti.
Beliau adalah teladan dalam berpakaian, dalam makan dan minum, dalam berbicara dan bersikap, dalam saat marah maupun saat ridha, dalam kesedihan maupun kegembiraan, dalam keadaan perang maupun damai, dalam bepergian maupun bermukim. Beliau adalah pribadi yang mengajarkan syariat melalui akhlak yang tinggi dan perilaku yang mulia.
Maka wajib bagi kita untuk mempelajari, mengajarkan, dan menghidupkan kembali keteladanan ini di tengah umat. Inilah perintah Allah dalam firman-Nya:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
"Apa yang diberikan Rasul kepada kalian, maka ambillah; dan apa yang dilarangnya, maka tinggalkanlah." (QS. Al-Ḥasyr: 7).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لله عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.
Pada khutbah kedua ini, izinkan kami untuk mengingatkan diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian untuk memperbanyak dua buah ibadah kepada Allah pada hari jum’at. Pertama, mari memperbanyak doa kita kepada Allah, secara khusus untuk keselamatan saudara-saudara kita di Palestina. Karena telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad ﷺ bahwa pada hari jumat terdapat satu waktu yang singkat, tidaklah seorang muslim memanjatkan doa kepada Allah pada waktu tersebut melainkan doanya pasti akan diijabah. Kedua, mari memperbanyak salawat dan salam kita kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana firman Allah:
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Download PDFnya di https://bit.ly/MenyalinCahayaSangNabiMulia