JUMAT, 25 Rabiulakhir 1447 H / 17 Oktober 2025 M
Oleh Rachmat Badani, Lc., M.A.
Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.
Hadirin sekalian, marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kita nikmat iman, kesehatan, dan kesempatan untuk kembali bertemu dalam ibadah yang mulia ini. Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan sebenar-benar takwa, yaitu melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan, kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Salawat dan salam semoga senantiasa terhaturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya serta kepada setiap pengikutnya yang konsisten menjalankan syariatnya.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.
Al-Qur’an yang mulia adalah cahaya yang menerangi hati dan petunjuk bagi kehidupan manusia. Di dalamnya terdapat permisalan-permisalan yang dalam maknanya, agar manusia merenung dan memahami hakikat dirinya. Di antara permisalan itu adalah dua permisalan agung yang Allah sebutkan dalam Surah Al-Nur ayat 39–40, yaitu permisalan tentang fatamorgana di tanah yang tandus dan permisalan kegelapan yang berlapis-lapis di lautan dalam. Dua permisalan ini menggambarkan keadaan orang-orang yang berpaling dari cahaya petunjuk Allah; mereka tampak beramal, namun amalnya tidak memberi manfaat, dan mereka tampak hidup, namun sebenarnya berada dalam kegelapan tanpa cahaya.
Maka pada khutbah kali ini, marilah kita bersama-sama mentadabburi ayat-ayat tersebut, agar kita tidak termasuk golongan yang tertipu oleh fatamorgana amal, dan tidak pula menjadi mereka yang tenggelam dalam gelapnya kesesatan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍۢ بِقِيْعَةٍ يَّحْسَبُهُ الظَّمْاٰنُ مَاۤءًۗ حَتّٰىٓ اِذَا جَاۤءَهٗ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَّوَجَدَ اللّٰهَ عِنْدَهٗ فَوَفّٰىهُ حِسَابَهٗ ۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِ ۙ اَوْ كَظُلُمٰتٍ فِيْ بَحْرٍ لُّجِّيٍّ يَّغْشٰىهُ مَوْجٌ مِّنْ فَوْقِهٖ مَوْجٌ مِّنْ فَوْقِهٖ سَحَابٌۗ ظُلُمٰتٌۢ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍۗ اِذَآ اَخْرَجَ يَدَهٗ لَمْ يَكَدْ يَرٰىهَاۗ وَمَنْ لَّمْ يَجْعَلِ اللّٰهُ لَهٗ نُوْرًا فَمَا لَهٗ مِنْ نُّوْرٍ ࣖ
Terjemahnya: Orang-orang yang kufur, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar. Orang-orang yang dahaga menyangkanya air, hingga apabila ia mendatanginya, ia tidak menjumpai apa pun. (Sebaliknya,) ia mendapati (ketetapan) Allah (baginya) di sana, lalu Dia memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna. Allah sangat cepat perhitungan-Nya. Atau, (amal perbuatan orang-orang yang kufur itu) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang yang di atasnya ada awan gelap. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya, ia benar-benar tidak dapat melihatnya. Siapa yang tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun. (QS. Al-Nur: 39-40)
Jamaah sekalian, pada ayat ini Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan dua permisalan tentang kaum kuffar: pertama, permisalan laksana fatamorgana, dan kedua, permisalan dengan kegelapan yang berlapis-lapis. Hal itu karena orang-orang yang berpaling dari petunjuk dan kebenaran terbagi dua golongan:
Permisalan Golongan Pertama, permisalan laksana fatamorgana menjelaskan tentang orang yang menganggap dirinya berada pada suatu kondisi namun setelah kebenaran tersingkap, dia menyadari bahwa kondisinya tidak sebagaimana yang dia sangkakan. Inilah kondisi orang-orang bodoh, pelaku bid’ah, dan para pengekor hawa nafsu yang mengira bahwa mereka berada di atas petunjuk dan ilmu, namun tatkala kebenaran tersingkap mereka menyadari bahwa mereka tidak berada di atas petunjuk dan ilmu itu, sebaliknya keyakinan dan seluruh amalan mereka yang dibangun di atasnya hanyalah fatamorgana semata yang nampak seperti air namun hakikatnya tak ada apa-apa di sana. Demikian pula halnya orang yang beramal tanpa keikhlasan kepada Allah dan tidak sebagaimana perintah-Nya, pelakunya menganggap bahwa amalan itu akan memberinya manfaat padahal tidak demikian sejatinya. Seperti inilah amalan yang difirmankan Allah dalam QS. Al-Furqan 23:
وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا
Terjemahnya: Dan Kami datangkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (QS. Al-Furqan: 23)
Perhatikanlah bagaimana Allah menjadikan fatamorgana tersebut berada di tanah yang tandus, yaitu tanah yang kosong tidak terdapat padanya bangunan, pepohonan, dan tetumbuhan. Seperti itulah tempat fatamorgana itu yang tidak terdapat sesuatupun padanya, sehingga fatamorgana tersebut tidak memiliki hakikat apapun. Permisalan ini sangat sesuai dengan amalan dan hati orang-orang kuffar yang kosong dan tandus dari iman dan petunjuk Allah.
Kemudian perhatikan pula firman Allah: “Orang-orang yang dahaga menganggap fatamorgana itu air.” Yaitu orang yang sangat kehausan dan membutuhkan air akan melihat fatamorgana itu seperti air sehingga dia akan mendatanginya tapi didapatinya tidak ada sesuatupun di tempat itu, dia tertipu di saat dia sangat membutuhkan air. Demikian pula dengan orang-orang kuffar, tatkala amalan mereka dilakukan bukan dalam rangka ketaatan kepada para Rasul ‘alaihimussalam dan tidak dipersembahkan hanya kepada Allah semata, amalan mereka dijadikan seperti fatamorgana yang dihilangkan dari mereka dalam keadaan mereka sangat membutuhkannya. Orang-orang kuffar tidak akan menemukan amalan mereka, sebaliknya mereka berjumpa dengan Allah ‘Azza wa Jalla untuk membalas amalan keburukan mereka dan menyempurnakan hisab atas mereka.
Di dalam Sahih Bukhari diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudry radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ثُمَّ يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ تُعْرَضُ كَأَنَّهَا سَرَابٌ، فَيُقَالُ لِلْيَهُودِ: مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ؟ قَالُوا: كُنَّا نَعْبُدُ عُزَيْرَ ابْنَ اللَّهِ، فَيُقَالُ: كَذَبْتُمْ، لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَدٌ، فَمَا تُرِيدُونَ؟ قَالُوا: نُرِيدُ أَنْ تَسْقِيَنَا، فَيُقَالُ: اشْرَبُوا، فَيَتَسَاقَطُونَ فِي جَهَنَّمَ، ثُمَّ يُقَالُ لِلنَّصَارَى: مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ؟ فَيَقُولُونَ: كُنَّا نَعْبُدُ المَسِيحَ ابْنَ اللَّهِ، فَيُقَالُ: كَذَبْتُمْ، لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ صَاحِبَةٌ، وَلاَ وَلَدٌ، فَمَا تُرِيدُونَ؟ فَيَقُولُونَ: نُرِيدُ أَنْ تَسْقِيَنَا، فَيُقَالُ: اشْرَبُوا فَيَتَسَاقَطُونَ فِي جَهَنَّمَ.
Artinya: Kemudian didatangkan Neraka Jahannam seperti fatamorgana, maka dikatakan kepada orang Yahudi: “Apa yang dahulu kalian sembah?”, mereka menjawab: “Dahulu kami menyembah ‘Uzair putra Allah”, kemudian dikatakan kepada mereka: “Kalian adalah para pendusta, Allah tidak pernah memiliki istri dan anak, apa yang sekarang kalian inginkan?”, mereka menjawab: “Kami sangat haus ya Rabb, maka berilah kami minum.” Dikatakan kepada mereka: “minumlah”, maka mereka berjatuhan ke dalam Neraka Jahannam. Kemudian dikatakan kepada orang Nashrani: “Apa yang dahulu kalian sembah?”, mereka menjawab: “Dahulu kami menyembah ‘Isa putra Allah”, kemudian dikatakan kepada mereka: “Kalian adalah para pendusta, Allah tidak pernah memiliki istri dan anak, apa yang sekarang kalian inginkan?”, mereka menjawab: “Kami sangat haus ya Rabb, maka berilah kami minum.” Dikatakan kepada mereka: “minumlah”, maka mereka berjatuhan ke dalam Neraka Jahannam. (HR. Bukhari).
Inilah keadaan semua pelaku kebatilan, kebatilannya akan mengkhianati dia pada saat dia sangat membutuhkannya, padahal perbuatan kebatilan itu tidaklah memiliki hakikat sebagaimana namanya disebut batil. Olehnya, apabila sebuah keyakinan tidak sesuai dengan ajaran para Rasul, maka segala sesuatu yang berkaitan dengannya pun ikut batil. Apabila tujuan sebuah amalan adalah untuk kebatilan seperti beramal untuk selain Allah ‘Azza wa Jalla atau tidak berdasarkan perintah-Nya, maka amalan itu batil karena tujuannya yang batil sehingga pelakunya pun akan mendapatkan mudharatnya. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” Inilah permisalan orang sesat yang mengira bahwa dia berada di atas petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Permisalan Golongan Kedua, permisalan dengan kegelapan yang berlapis-lapis. Yaitu orang-orang yang mengetahui kebenaran dan petunjuk namun mereka lebih mengedepankan gelapnya kebatilan dan kesesatan sehingga kegelapan tabiat buruk, jiwa, dan kejahilan berlapis-lapis karena tidak mengamalkan ilmu mereka, akhirnya mereka menjadi orang-orang yang jahil. Keadaan mereka seperti orang yang berada di lautan dalam yang tak bertepi, sedang dirinya terus diterjang ombak, dan di atasnya ada ombak pula, serta di atasnya lagi awan yang gelap, maka dia berada di dalam kegelapan lautan, kegelapan ombak, dan kegelapan awan. Inilah keadaan orang yang berada di dalam kegelapan demi kegelapan dan Allah tidak mengeluarkannya dari kegelapan itu menuju cahaya keimanan.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.
Fatamorgana yang dianggap sebagai sumber kehidupan berupa air, dan kegelapan berlapis-lapis yang bertolak belakang dengan cahaya, kedua permisalan ini serupa dengan dua permisalan yang Allah sebutkan untuk orang munafik dan orang mukmin, yaitu permisalan air dan permisalan api. Pada kedua permisalan itu Allah menyebutkan bahwa orang mukmin dapat mengambil manfaat dari air dan api, berupa kehidupan dan cahaya. Sedangkan orang munafik justru memperoleh kegelapan bukan cahaya, dan kematian bukan kehidupan. Seperti itu keadaan orang-orang kuffar pada kedua permisalan yang Allah berikan untuk mereka. Bagian yang mereka dapatkan dari air sebagai sumber kehidupan adalah fatamorgana belaka yang menipu dan tidak memiliki hakikat, serta kegelapan yang berlapis-lapis.
Kedua permisalan ini dimaksudkan untuk menjelaskan keadaan seluruh golongan-golongan kuffar apapun bentuk kekufuran mereka. Karena mereka telah meniadakan sumber kehidupan dan cahaya disebabkan penolakan mereka terhadap wahyu, sehingga dua sifat ini sebenarnya Allah berikan untuk satu jenis manusia tersebut. Makna lainnya bahwa kedua sifat ini untuk menjelaskan bentuk dan jenis kekufuran yang dilakukan orang-orang kuffar.
Adapun orang yang disifati dengan permisalan pertama, maka mereka adalah orang-orang yang beramal tanpa didasari ilmu dan bashirah, justru berdasarkan kejahilan dan prasangka baik terhadap nenek moyang bahwa mereka adalah orang-orang yang telah berbuat kebajikan. Sedangkan orang yang disifati dengan permisalan kedua, maka mereka adalah orang-orang yang lebih mencintai kesesatan dibanding petunjuk dan lebih mengedepankan kebatilan daripada kebenaran setelah mereka mengetahuinya, mereka buta dari kebenaran setelah mereka melihatnya kemudian membangkang dari kebenaran setelah mengetahuinya.
Inilah keadaan orang-orang yang dimurkai oleh Allah, sedangkan kelompok yang pertama adalah keadaan orang-orang yang sesat, dan keduanya merupakan sifat yang menyelisihi keadaan orang-orang yang diberi kenikmatan sebagaimana disebutkan dalam firman Allah QS. Al-Nuur 35-38:
۞ اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۗ نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ۙ فِيْ بُيُوْتٍ اَذِنَ اللّٰهُ اَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهٗۙ يُسَبِّحُ لَهٗ فِيْهَا بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ ۙ رِجَالٌ لَّا تُلْهِيْهِمْ تِجَارَةٌ وَّلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَاِقَامِ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءِ الزَّكٰوةِ ۙيَخَافُوْنَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيْهِ الْقُلُوْبُ وَالْاَبْصَارُ ۙ لِيَجْزِيَهُمُ اللّٰهُ اَحْسَنَ مَا عَمِلُوْا وَيَزِيْدَهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Terjemahnya: Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Permisalan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat permisalan-permisalan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan salah, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS. Al-Nur: 35-38)
Ayat-ayat ini (Surah Al-Nuur 35-40) mengandung penjelasan tentang tiga jenis manusia; pertama, orang-orang yang diberi kenikmatan yaitu mereka yang memiliki cahaya, kedua, orang-orang sesat yaitu mereka yang tertipu oleh fatamorgana, dan ketiga, orang-orang yang dimurkai yaitu mereka yang berada di dalam kegelapan yang berlapis-lapis.
Maka permisalan pertama dari kedua permisalan untuk ahlul batil yang amalannya tidak mendatangkan manfaat sedikitpun yaitu mereka yang mengamalkan amalan yang batil dan mereka yang mengamalkan amalan yang tidak bermanfaat atau mengimani keyakinan yang batil. Kedua golongan ini menyelisihi petunjuk Allah dan agama yang diturunkan-Nya. Karenanya Allah menggambarkan keadaan golongan kedua yang terus diterjang oleh ombak keragu-raguan, syubuhat, dan ilmu yang tidak benar di dalam hati mereka seperti diterjang oleh ombak lautan yang menggulung berlapis-lapis dan di atasnya pula ada awan yang gelap. Seperti itulah ombak keragu-raguan dan syubuhat di dalam hati mereka yang gelap berlapis-lapis lagi tertutup oleh awan kesesatan, hawa nafsu, dan kebatilan. Olehnya, seorang yang berakal seharusnya dapat mentadabburi keadaan dua golongan tersebut dan membandingkannya dengan permisalan yang Allah sebutkan untuk mereka, siapa yang melakukannya niscaya akan mengetahui keagungan dan kemuliaan Al-Quran yang merupakan Kitab yang diturunkan oleh Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengabarkan balasan bagi kedua golongan tersebut, bahwa mereka tidak akan mendapatkan cahaya, dan dibiarkan berada di dalam kegelapan tempat mereka diciptakan. Allah tidak mengeluarkan mereka dari tempat itu menuju cahaya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala hanyalah pelindung bagi orang-orang beriman, dan Dia menuntun mereka dari kegelapan menuju cahaya. Diriwayatkan di dalam Musnad Imam Ahmad dari hadis ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ خَلْقَهُ فِي ظُلْمَةٍ، ثُمَّ أَلْقَى عَلَيْهِمْ مِنْ نُورِهِ يَوْمَئِذٍ، فَمَنْ أَصَابَهُ مِنْ نُورِهِ يَوْمَئِذٍ، اهْتَدَى، وَمَنْ أَخْطَأَهُ، ضَلَّ. فَلِذَلِكَ أَقُولُ: جَفَّ الْقَلَمُ عَلَى عِلْمِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Artinya: Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan makhluk-Nya dalam keadaan gelap gulita, kemudian pada hari itu juga Dia memberikan cahaya-Nya. Maka siapa yang mengenai cahaya itu niscaya dia akan mendapatkan petunjuk, dan siapa yang tidak mengenai cahaya itu niscaya dia akan tersesat. (HR. Ahmad)
Hadis ini menjelaskan bahwa Allah menciptakan makhluk-Nya dalam keadaan gelap gulita, kemudian siapa saja yang ingin diberikan petunjuk maka Dia akan memberikannya cahaya pada hari itu yang dengannya hati dan ruhnya hidup sebagaimana tubuhnya hidup tatkala ruhnya ditiupkan. Maka terdapat dua jenis kehidupan yaitu hidupnya badan dengan ruh dan hidupnya ruh dan hati dengan cahaya. Olehnya, Allah menamakan wahyu-Nya sebagai ruh karena kehidupan yang hakiki hanya didapatkan darinya, Allah berfirman dalam QS. Al-Nahl 2:
يُنَزِّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةَ بِالرُّوْحِ مِنْ اَمْرِهٖ عَلٰى مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖٓ اَنْ اَنْذِرُوْٓا اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاتَّقُوْنِ
Terjemahnya: Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku. (QS. Al-Nahl: 2)
Allah berfirman dalam QS. Ghafir 15:
رَفِيْعُ الدَّرَجٰتِ ذُو الْعَرْشِۚ يُلْقِى الرُّوْحَ مِنْ اَمْرِهٖ عَلٰى مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ لِيُنْذِرَ يَوْمَ التَّلَاقِۙ
Terjemahnya: (Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai 'Arsy, Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat). (QS. Ghafir: 15)
Allah juga berfirman dalam QS. Al-Syuura 52:
وَكَذٰلِكَ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ رُوْحًا مِّنْ اَمْرِنَا ۗمَا كُنْتَ تَدْرِيْ مَا الْكِتٰبُ وَلَا الْاِيْمَانُ وَلٰكِنْ جَعَلْنٰهُ نُوْرًا نَّهْدِيْ بِهٖ مَنْ نَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِنَا ۗوَاِنَّكَ لَتَهْدِيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۙ
Terjemahnya: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Syuura: 52)
Pada ayat-ayat tersebut Allah menjadikan wahyu-Nya sebagai ruh dan cahaya, maka barangsiapa yang tidak hidup dengan ruh ini maka dia sejatinya telah mati, dan barangsiapa yang tidak mendapatkan cahaya ini maka dia berada di dalam kegelapan yang berlapis-lapis tanpa cahaya sedikitpun.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لله عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.
Pada khutbah kedua ini, izinkan kami untuk mengingatkan diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian untuk memperbanyak dua buah ibadah kepada Allah pada hari jum’at. Pertama, mari memperbanyak doa kita kepada Allah, secara khusus untuk keselamatan saudara-saudara kita di Palestina. Karena telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa pada hari jumat terdapat satu waktu yang singkat, tidaklah seorang muslim memanjatkan doa kepada Allah pada waktu tersebut melainkan doanya pasti akan diijabah. Kedua, mari memperbanyak salawat dan salam kita kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah:
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.