Sebelum cahaya Islam menyinari kalbunya, wanita Quraisy itu digelari ''Akilatul Kibdah'' (Pemakan Hati). Pada saat Perang Uhud berkecamuk, ia sempat memperlakukan jenazah Hamzah di luar batas kemanusiaan. Namun, lembaran hitam yang pernah dilakukannya di masa Jahiliyah, ditebusnya dengan menjadi Muslimah teladan dan pembela agama Allah Subhanahu Wa Ta’alaa.
Dialah Hindun binti Utbah. Sejatinya, ia bernama lengkap Hindun binti Uthbah bin Robi’ah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al-Umawiyah al-Qurasyiyah. Ibunya bernama Shafiyyah binti Umayyah bin Haritsah bin al-Auqashi bin Murah bin Hilal bin Falih bin Dzikwan bin Tsa’labah bin Bahtah bin Salim.
''Ibuku adalah wanita yang sangat berbahaya di masa Jahiliyah dan di dalam Islam menjadi seorang wanita yang mulia dan baik,” ujar Mu’awiyah bin Abi Sofyan mengungkapkan sifat sang ibu. Setelah memeluk Islam, Hindun dikenal sebagai seorang wanita yang memiliki sifat luhur, fasih dalam berbicara, pemberani, kuat, dan berjiwa besar.
Ia juga dikenal sebagai seorang pemikir, penyair, dan seorang wanita yang bijak. ''Beliau adalah seorang wanita yang berjiwa besar dan memiliki kehormatan,'' tutur Imam Ibnu Abdil Barr. Cahaya Islam mulai menyinarinya, ketika pasukan tentara Islam di bawah komando Rasulullah Shallalu ‘alaihi Wasallam berhasil menguasai Makkah dalam sebuah peristiwa bersejarah yakni Fathu Makkah.
Kemenangan itu diraih kaum Muslimin di bulan Ramadhan. Penduduk Makkah pun berbondong-bondong berbaiat kepada Rasulullah Shallalu ‘alaihi Wasallam. Setelah membaiat kaum laki-laki, Rasulullah Shallalu ‘alaihi Wasallam kemudian membaiat kaum wanita. Di antara wanita-wanita yang berbaiat kepadanya adalah Hindun.
Dalam riwayat Imam ath-Thabari disebutkan, Hindun datang memakai cadar untuk menutupi wajahnya, karena takut dikenali. Hindun masih merasa takut akibat tindakannya terhadap Hamzah di masa lalu. Di atas bukit Shafa, Nabi Shallalu ‘alaihi Wasallam berkata,''Aku meminta kalian berjanji untuk tidak menyekutukan apa pun dengan Allah (syirik).” Lalu Umar Radiyallahu ‘anhu yang berada di bawah bukit menyampaikan perkataan Rasulullah itu kepada kaum wanita dan memastikan jawaban mereka.
Rasulullah melanjutkan, ”Dan tidak boleh mencuri.” Tiba-tiba Hindun berkata, ''Sesungguhnya Abu Sufyan sangat kikir. Bagaimana jika aku mengambil sebagian hartanya tanpa dia ketahui?'' Abu Sufyan yang berada tidak jauh dari tempat tersebut menimpali, ''Semua yang engkau ambil telah kuhalalkan.''
Mendengar jawaban itu, Nabi Shallalu ‘alaihi Wasalamam pun tersenyum, lalu berkata, ''Engkau pasti Hindun?'' Wanita bercadar itu pun menjawab, ''Benar. Maafkanlah segala kesalahanku di masa lalu, wahai Nabi Allah. Semoga Allah mengampunimu.''
Rasulullah Shallalu ‘alaihi Wasallam melanjutkan, ''Dan tidak boleh berzina.'' Hindun lalu menimpali, ''Apakah wanita merdeka suka berzina?'' Nabi Shallalu ‘alaihi Wasalamam berkata lagi, ''Dan tidak boleh membunuh anak-anak kalian.'' Hindun berkata, ”Kami telah bersusah payah membesarkannya, tapi setelah besar, kalian membunuhnya. Kalian dan mereka lebih mengetahui tentang hal ini.”
Mendengar pernyataan Hindun, Umar pun tertawa terbahak-bahak, sedangkan Rasulullah hanya tersenyum. Rasulullah kembali berkata, ''Dan tidak boleh membuat tuduhan palsu.'' Hindun menimpali, ''Demi Allah, tuduhan palsu adalah perbuatan yang sangat jelek. Engkau menyuruh kami untuk melakukan perbuatan baik dan akhlak yang mulia.''
Nabi Shallalu ‘alaihi Wasallam melanjutkan, ''Dan tidak boleh mendurhakaiku dalam perkara yang baik.'' Hindun berkata, ''Demi Allah, saat kami datang di tempat ini, kami sama sekali tidak menyimpan niat untuk mendurhakaimu.''
Setelah resmi menjadi seorang Muslimah, Hindun langsung memupus noda-noda hitam yang pernah diperbuatnya. Ia berubah menjadi seorang shahabiyah (sahabat wanita) yang sangat istimewa. Ia menjadi seorang wanita ahli ibadah, rajin shalat malam dan berpuasa. Ia sangat konsisten dengan status barunya tersebut sampai tiba saat yang membawa kegelapan bagi seluruh bumi ini, yaitu saat Rasulullah Shallalu ‘alaihi Wasallam wafat.
Hindun sangat terpukul mendengar wafatnya Rasulullah Shallalu ‘alaihi Wasallam. Padahal, ia tak terlalu lama memeluk Islam. Meski berat ditinggalkan Sang Pemimpin Umat, Hindun tetap mempertahankan keislamannya dengan baik. Ia tetap menjadi seorang ahli ibadah dan menjaga janji setia yang pernah diucapkannya di hadapan Rasulullah.
Komitmen dan loyalitasnya terhadap Islam, ia tunjukkan dalam Perang Yarmuk. Ibnu Jarir mengisahkan, ”Pada hari itu, kaum Muslimin bertempur habis-habisan. Mereka berhasil menewaskan pasukan Romawi dalam jumlah yang sangat besar. Sementara itu, kaum wanita menghalau setiap tentara Muslim yang terdesak dan mundur dari medan laga.
Mereka berteriak, ’Kalian mau pergi ke mana? Apakah kalian akan membiarkan kami ditawan oleh pasukan Romawi?’ Siapa pun yang mendapat kecaman yang pedas seperti itu, pasti kembali menuju kancah pertempuran.”
Tentara Muslim yang sebelumnya hampir melarikan diri, kemudian bertempur kembali membangkitkan semangat pasukan yang lain. Mereka benar-benar terbakar oleh kecaman pedas yang diteriakkan oleh kaum wanita, terutama Hindun binti ’Utbah.
Dalam suasana seperti itu, Hindun menuju barisan tentara sambil membawa tongkat pemukul tabuh dengan diiringi oleh wanita-wanita Muhajirin. Hindun membaca bait-bait puisi yang pernah dibacanya dalam perang Uhud. Begitulah, wanita mulia itu membela dan mempertahankan agama yang diyakininya.
=====================================
Penulis : Dian Rahmana Putri
Editor : Ustadz Muhammad Istiqomah, Lc.