BERDAKWAH BUKAN TINDAKAN RADIKAL

Naskah Khutbah
Asdar
17 Jul 2025
BERDAKWAH BUKAN TINDAKAN RADIKAL

JUMAT, 22 Muharam 1447 H / 18 Juli 2025 M
 Oleh Abdullah Nazhim Hamid, S.T., Lc., M.Ag.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Bila kita menengok perjalanan dakwah Rasulullah ﷺ di Makkah, kita akan mendapati betapa beratnya perjuangan beliau menghadapi kaum musyrik: ditolak, dicaci, diisolasi, bahkan disiksa. Beliau berdakwah di tengah masyarakat yang sama sekali belum mengenal Islam dan memusuhi setiap seruan tauhid. Kini, kita hidup di tengah masyarakat yang mayoritas muslim, masjid tersebar, dan kalimat syahadat terdengar di mana-mana. Namun, pernahkah kita bertanya: siapa yang mengemban tugas mulia menyampaikan Islam kepada mereka yang belum mengenalnya sama sekali, sebagaimana dahulu Rasulullah ﷺ menyampaikannya kepada para penyembah berhala?

Sungguh mulia kedudukan mereka yang pada zaman ini berani melangkah keluar dari zona nyaman, menyapa orang-orang yang belum mengenal Islam, lalu dengan hikmah dan kelembutan mengajak mereka kepada tauhid dan hidayah. Mereka bukan hanya mengajarkan kalimat syahadat, tetapi juga menanamkan nilai-nilai Islam di hati yang sebelumnya asing terhadapnya. Di saat banyak orang memilih diam atau sibuk memperbaiki sesama muslim, mereka memilih medan dakwah yang paling menantang, dengan risiko ditolak, dicurigai, bahkan dicap sebagai radikal atau intoleran. Mereka adalah pewaris semangat Nabi, pelanjut misi kerasulan, dan pahlawan yang sejatinya sedang menoreh sejarah di tengah gelapnya zaman.

Bukankah Allah sudah mengabarkan kepada kita:

 وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ

Terjemahnya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah? (Surat Fusshilat (41) ayat 33)

Imam al-Sa’di mengatakan bahwa ayat ini datang dalam bentuk pertanyaan namun maknanya adalah menafikan, yaitu: tidak ada yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah. Apalagi jika berdakwah yang dimaksud adalah dakwah kepada nonmuslim sampai mereka bisa memeluk Islam dan beristiqamah di atasnya. Selain pujian ini, kita juga mengetahui dari Rasululah, bahwa pahala orang yang menjadi jalan hidayah bagi orang lain apalagi nonmuslim adalah pahala yang sangat besar:

فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

Artinya: Demi Allah, sungguh jika Allah memberi hidayah kepada satu orang saja melalui perantaramu, maka itu lebih baik bagimu daripada unta merah.(HR. Al-Bukhari).

Hadis ini menunjukkan betapa agungnya nilai satu jiwa yang kembali kepada Islam melalui tangan seorang dai. Unta merah pada masa itu adalah harta paling berharga, namun Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa hidayah untuk satu orang lebih besar nilainya dari seluruh kekayaan dunia. Maka bagaimana dengan mereka yang telah menjadi sebab keislaman puluhan atau ratusan orang? Betapa besar ganjaran mereka di sisi Allah, meski di dunia mereka mungkin dicela, disalahpahami, atau bahkan dimusuhi. Mereka layak didoakan, dibela, dan didukung, karena merekalah para penunjuk jalan menuju surga.

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah...

Berhati-hatilah dalam menilai para pendakwah yang mengemban tugas mulia menyeru nonmuslim kepada Islam. Jangan sampai prasangka kita menjadi tirai yang menutup cahaya hidayah yang mereka sebarkan. Menuduh mereka sebagai radikal atau intoleran tanpa ilmu dan tabayyun adalah bentuk kezaliman yang besar, terlebih jika mereka telah menunjukkan akhlak yang baik, metode dakwah yang bijak, dan niat yang ikhlas. Ketahuilah, bukan semua yang lantang itu kasar, dan bukan semua yang tegas itu keras. Justru mereka sering kali menghadapi tantangan besar yang tidak terlihat oleh banyak orang, baik berupa tantangan logika, fitnah media, bahkan ancaman fisik. Maka jika kita belum mampu berdakwah seperti mereka, setidaknya jangan melemahkan mereka dengan tuduhan yang menyakitkan. Doakanlah mereka, hormatilah perjuangan mereka, dan ingatlah bahwa kelak kita semua akan ditanya oleh Allah tentang sikap kita terhadap para penyeru agama-Nya

Anggapan bahwa dakwah kepada nonmuslim adalah bentuk radikalisme dan intoleransi merupakan kekeliruan besar yang tidak berdasar, baik secara syar‘i maupun akal sehat. Dakwah adalah inti risalah Islam dan tugas utama para nabi, termasuk Nabi Muhammad ﷺ yang diutus sebagai rahmatan lil-‘ālamīn — rahmat bagi seluruh alam. Jika menyampaikan kebenaran kepada orang yang belum mengenal Islam dianggap radikal, maka tuduhan itu secara tidak langsung menyasar seluruh Nabi, para sahabat, dan ulama yang telah berdakwah sepanjang sejarah.

Padahal, dakwah yang benar dilakukan dengan hikmah, kasih sayang, dan argumen yang baik, sebagaimana diperintahkan dalam firman Allah:

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Terjemahnya: Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk. (Surat An-Nahl (16) ayat 125).

Maka tidak setiap dakwah berarti kekerasan, dan tidak setiap ketegasan berarti kebencian. Justru mencurigai dakwah yang damai dan santun sebagai tindakan ekstrem adalah bentuk intoleransi yang sejati, karena menghalangi orang lain dari haknya untuk mengenal Islam.

Sejarah Islam penuh dengan contoh-contoh dakwah yang justru menjadi jembatan hidayah dan bukan alat pemaksaan. Lihatlah bagaimana Rasulullah ﷺ berdakwah kepada penduduk Thaif, meskipun beliau ditolak dan dilempari batu, beliau tidak membalas dengan kekerasan, melainkan mendoakan hidayah untuk mereka. Perhatikan pula bagaimana Mush‘ab bin ‘Umair radhiyallāhu ‘anhu diutus ke Madinah sebelum hijrah — beliau berdakwah dengan ilmu dan akhlak, bukan dengan paksaan. Hasilnya, sebagian besar penduduk Yatsrib memeluk Islam bahkan sebelum Nabi ﷺ hijrah ke sana. Begitu pula para ulama dan pedagang muslim yang menyebarkan Islam ke Asia Tenggara -termasuk ke Indonesia- bukan dengan pedang, tetapi dengan sikap jujur, santun, dan dakwah yang penuh kasih. Maka sungguh tidak adil bila hari ini ada orang yang mengulangi jalan para nabi dan ulama, lalu dicap radikal hanya karena ia menyampaikan kebenaran kepada orang yang belum mengenalnya

Sebelum kita mudah menghakimi orang lain, mari kita tundukkan pandangan ke dalam diri kita sendiri. Sudahkah kita benar-benar mengenal Allah? Sudahkah kita melaksanakan kewajiban-kewajiban agama dengan tulus dan sempurna? Betapa banyak kekurangan dalam shalat kita, betapa sering lidah ini tergelincir dalam ghibah dan prasangka, dan betapa jarangnya hati ini hadir dalam dzikir dan taubat. Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā berfirman:

 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Terjemahnya: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Surat Al-Hasyr (59) ayat 18).

Maka muhasabah adalah jalan menuju perbaikan. Semakin kita sadar akan dosa dan kelemahan diri, semakin besar harapan kita untuk memperbaikinya dan meraih ampunan-Nya. Jangan sampai kita sibuk mencela orang lain, sementara diri kita sendiri tidak punya andil dan jasa terhadap agama kita.

Semoga Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā senantiasa menjaga para pendakwah yang dengan kesabaran dan keberanian mereka menyampaikan Islam kepada mereka yang belum mengenalnya. Semoga Allah lapangkan jalan mereka, kuatkan hati mereka, berkahi lisan dan amal mereka, serta kumpulkan kita bersama mereka dalam barisan para penyeru kebaikan. Semoga Allah, tidak menjadikan kita sebagai penghalang jalan dakwah, tapi justru sebagai bagian dari orang-orang yang turut menyebarkan cahaya-Nya, walau hanya dengan satu kalimat yang tulus dan satu akhlak yang baik. Ya Allah, hidupkan kami dengan cinta kepada agama-Mu, dan wafatkan kami dalam keadaan membawa warisan risalah Nabi-Mu ﷺ.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، فَإِنَّهَا زَادُ المُتَّقِينَ وَعُدَّةُ الصَّالِحِينَ.

Kaum muslimin yang berbahagia!

Pada khutbah kedua ini, izinkan kami untuk mengingatkan diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian untuk memperbanyak dua buah ibadah kepada Allah pada hari jum’at. Pertama, mari memperbanyak doa kita kepada Allah, secara khusus untuk keselamatan saudara-saudara kita di Palestina. Karena telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa pada hari jumat terdapat satu waktu yang singkat, tidaklah seorang muslim memanjatkan doa kepada Allah pada waktu tersebut melainkan doanya pasti akan diijabah. Kedua, mari memperbanyak salawat dan salam kita kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah:

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


Download PDFnya di https://bit.ly/BerdakwahBukanTindakanRadikal

Baca Juga