BELAJAR DARI KEHIDUPAN MUS’AB BIN UMAIR

Naskah Khutbah
Asdar
31 Jul 2025
BELAJAR DARI KEHIDUPAN MUS’AB BIN UMAIR

JUMAT, 7 Safar 1447 H / 1 Agustus 2025 M
 Oleh Alif Jumai Rajab, Lc., M.Ag.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Segala puji pada Allah, kita memuji-Nya, meminta pertolongan pada-Nya meminta ampunan pada-Nya. Kami berlindung dari kejelekan diri kami dan kejelekan amal kami. Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Siapa yang disesatkan oleh Allah, tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya.

Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Semoga shalawat tercurah pada Nabi kita Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, keluarga dan sahabat-Nya serta yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Dalam perjalan umat manusia kita mengetahui banyak orang-orang yang baik dan tidak sedikit pula orang-orang yang jahat. Orang-orang baik contohnya adalah mereka para nabi dan rasul. Mereka mengalami berbagai macam ujian dalam kehidupan, mereka senantiasa diuji. Di antara mereka ada yang diusir dari kampungnya, mengalami intimidasi. Namun apakah mereka kalah? Tidak, di akhir cerita mereka adalah pemenangnya. Kemenangan yang bisa didapatkan di dunia dan di negeri akhirat yang kekal abadi.

Kita juga mengetahui bagaimana keadaan orang-orang yang durhaka. Firaun yang memiliki kekuasaan absolut, tidak ada penguasa di dunia saat ini yang memiliki kekuasaan mutlak seperti dirinya. Namun akhir kesudahannya adalah binasa dan dikenal sebagai orang yang buruk sepanjang masa. Ada pula orang yang kaya raya seperti Qarun, namun ia tidak bertakwa. Ia pun tenggelam bersama hartanya. Ada pula seseorang yang pintar seperti Haman. Ia mampu membuat bangunan-bangunan yang tinggi menjulang, kesudahannya pun sama seperti dua orang sebelumnya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Tentang orang-orang baik itu, adalah salah seorang sahabat nabi yang layak ditiru oleh para pemuda dan menjadi pelajaran bagi orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Pemuda tersebut, bernama Mush’ab bin Umair.

Mush’ab bin Umair adalah seorang pemuda anak dari seorang yang kaya-raya. Pemuda paling tampan di Kota Mekah, keturunan bangsawan Quraisy. Ia terbiasa dengan kehidupan mewah., tidak pernah mengalami susah, berpenampilan rupawan membuat banyak orang terkesan. Diceritakan bahwasanya kesan pertama al-Barra bin Azib tatkala pertama berjumpa dengan Mush’ab bin Umair di Madinah, ia berkata,

رَجُلٌ لَمْ أَرَ مِثْلَهُ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ الجَنَّةِ

“Seorang laki-laki, yang aku belum pernah melihat orang semisal dirinya. Seolah-olah dia adalah laki-laki dari kalangan penduduk surga.”

Rasulullah ﷺ bersabda,

مَا رَأَيْتُ بِمَكَّةَ أَحَدًا أَحْسَنَ لِمَّةً ، وَلا أَرَقَّ حُلَّةً ، وَلا أَنْعَمَ نِعْمَةً مِنْ مُصْعَبِ بْنِ عُمَيْرٍ

“Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair.” (HR. Hakim).

Imam Ibnul Atsir mengatakan, “Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya, kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya, sandal Mush’ab adalah sandal al-Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik, dan dia adalah orang Mekah yang paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya meninggalkan jejak di jalan yang ia lewati.”

Inilah keadaan Mush’ab bin Umair radhiallahu ‘anhu. Sampai-sampai ada yang meriwayatkan karena begitu dimanjakannya oleh ibunya, ketika Mush’ab bangun tidur, makan sudah ada di dekatnya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Di tengah-tengah keadaan yang berkecukupan tersebut, Mush’ab mendengar dakwah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ. Ia pun menerima dakwah tersebut, dan secara sembunyi-sembunyi ia mempelajari agama yang mulia ini.

Suatu hari ada seseorang yang bernama Utsman bin Thalhah, melihat Mush’ab bin Umair sedang beribadah kepada Allah Ta’ala, maka ia pun melaporkan apa yang ia lihat kepada ibunda Mush’ab. Saat itulah periode sulit dalam kehidupan pemuda yang terbiasa dengan kenikmatan ini dimulai.

Mengetahui putra kesayangannya meninggalkan agama nenek moyang, ibu Mush’ab kecewa bukan kepalang. Ibunya mengancam bahwa ia tidak akan makan dan minum serta terus berdiri tanpa naungan, baik di siang yang terik atau di malam yang dingin, sampai Mush’ab meninggalkan agamanya.

Ini adalah cobaan pertama baginya. Seorang anak yang baik tentu tidak tega melihat ibu yang sangat menyayanginya menderita. Demikian pula Mush’ab, ia sangat bersedih melihat ibunya menderita menyiksa diri.

Kesulitan berikutnya adalah ia diisolasi dari pergaulannya dan semua kenikmatan yang ia rasakan diputus, distop oleh ibunya. Jadilah Mush’ab seorang yang miskin tak berpunya. Warna kulitnya berubah karena luka-luka siksa yang menderanya. Tubuhnya yang dulu berisi, mulai terlihat mengurus. Ia tidak bisa melarikan diri, karena semua lingkungan Mekah akan menangkap dan menyiksa orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ.

Dalam keadaan tersebut, Mush’ab tetap memegang teguh tauhid yang menghujam di dadanya. Ia tidak melepaskan nikmatnya keimanan yang ia rasakan untuk ditukar dengan kenikmatan duniawi yang juga pernah ia alami. Demikianlah nikmatnya keimanan, ia lebih nikmat dari kenikmatan duniawi lainnya. Ketika cahayanya telah menyentuh hati. Tidak seorang pun membencinya. Ketika kenikmatannya telah dirasakan tidak ada seorang pun yang rela melepaskannya. Salah seorang ulama ada yang mengatakan,

"لَوْ يَعْلَمُ المُلُوكُ وَأَبْنَاءُ المُلُوكِ مَا نَحْنُ فِيهِ، لَجَالَدُونَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوفِ."

“Seandainya para raja dan putra-putra mahkota mengetahui apa yang kami rasakan, niscaya mereka akan merampasnya dengan pedang.”

Sampai akhirnya ia mengikuti perintah hijrah dari Mekah menuju Madinah.

Berubahlah kehidupan pemuda kaya raya itu, tidak ada lagi fasilitas kelas satu yang ia nikmati; pakaian, makanan, dan minumannya semuanya berubah. Ali bin Abi Thalib berkata, “Suatu hari, kami duduk bersama Rasulullah ﷺ di masjid, lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan mengenakan kain burdah yang kasar dan memiliki tambalan. Ketika Rasulullah ﷺ melihatnya, beliau pun menangis teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan dahulu (sebelum memeluk Islam) dibandingkan dengan keadaannya sekarang…” (HR. Tirmidzi).

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Mush’ab berjuang demi kepentingan Islam dan kaum muslimin. ia termasuk sahabat yang utama, memiliki kecerdasan dan pemahaman yang baik. Karena itu, Rasulullah ﷺ mengutusnya berdakwah ke Madinah. Hingga penduduk Madinah memeluk Islam dan menjadi tempat hijrah kaum muslimin. Jadi, kenikmatan Kota Madinah, suasana islami, ketenangan, dan kekhusyuan yang ada di sana yang kita rasakan saat haji maupun umrah adalah buah dakwah dari Mush’ab bin Umair radhiallahu ‘anhu.

Pendek cerita, akhirnya tibalah masa-masa akhir kehidupan Mush’ab bin Umair radhiallahu ‘anhu. Pada tahun ke-3 H, terjadilah Perang Uhud, Mush’ab ditugaskan memegang bendera umat Islam dalam peperangan, Saat itulah ajal menjemputnya.

Datanglah seorang penunggang kuda dari pasukan musyrik yang bernama Ibnu Qumai’ah al-Laitsi (yang mengira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah), lalu ia menebas tangan kanan Mush’ab dan terputuslah tangan kanannya. Lalu Mush’ab membaca ayat:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran/ 3: 144).

Bendera pun ia pegang dengan tangan kirinya. Lalu Ibnu Qumai’ah datang kembali dan menebas tangan kirinya hingga terputus. Mush’ab mendekap bendera tersebut di dadanya sambal membaca ayat yang sama:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran/ 3: 144).

Kemudian anak panah merobohkannya dan terjatuhlah bendera tersebut.

Setelah perang usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memeriksa sahabat-sahabatnya yang gugur. Abu Hurairah mengisahkan, “Setelah Perang Uhud usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencari sahabat-sahabatnya yang gugur. Saat melihat jasad Mush’ab bin Umair yang syahid dengan keadaan yang menyedihkan. Beliau berhenti, lalu mendoakan kebaikan untuknya, kemudian beliau membaca ayat:

مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللّٰهَ عَلَيْهِ ۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضٰى نَحْبَهٗۙ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّنْتَظِرُ ۖوَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلًاۙ

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).” (QS. Al-Ahzab: 23).

Kemudian beliau mempersaksikan bahwa sahabat-sahabatnya yang gugur adalah syuhada di sisi Allah.

Setelah itu, beliau berkata kepada jasad Mush’ab, “Sungguh aku melihatmu ketika di Mekah, tidak ada seorang pun yang lebih baik pakaiannya dan rapi penampilannya daripada engkau. Dan sekarang rambutmu kusut dan (pakaianmu) kain burdah.”

Tak sehelai pun kain untuk kafan yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah. Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya, bila ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Sehingga Rasulullah bersabda, “Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan kakinya tutupilah dengan rumput idkhir.”

Mush’ab wafat setelah 32 bulan hijrahnya Nabi ke Madinah. Saat itu usianya 40 tahun.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، فَإِنَّهَا زَادُ المُتَّقِينَ وَعُدَّةُ الصَّالِحِينَ.

Kaum muslimin yang berbahagia!

Dari kisah Mush’ab bin Umair ini kita dapat memetik pelajaran yang sangat banyak. Bagaimana seorang pemuda yang terbiasa dengan kenikmatan bisa lupa dan menyadari bahwa itu bukanlah kenikmatan yang ia cari.

Bagi kita yang merasakan berbagai kenikmatan dari Allah melalui orang tua kita, Allah anugerahkan penampilan yang menarik, membawa kendaraan yang mewah, tempat tinggal yang nyaman, dan fasilitas lainnya. Jangan sampai hal itu membuat kita terlena. Jangan sampai kita merasa itulah puncak kenikmatan yang tak bisa ditukar dengan apapun. Jangan sampai kita merasa bahwa mempelajari agama kita yang mulia tidaklah penting, tidaklah membawa manfaat pada kehidupan kita.

Bagi kita yang tidak merasakan kenikmatan dunia sebagaimana yang dirasakan oleh Mush’ab bin Umair, pertanyaannya adalah bagaimana dunia bisa menipu kita? Apa yang telah dijanjikan dunia sehingga siang-malam kita mengejarnya?

Kami tidak mengajak antum hidup dalam kemiskinan dan meninggalkan kekayaan yang kita rasakan. Umat Islam butuh materi. Namun materi itu jangan sampai menjadi tujuan akhir. Tujuan akhir kita adalah kampung halaman yang abadi, kampung akhirat yang kekal, yang telah dijanjikan Allah bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


Download PDFnya di https://bit.ly/BelajarDariKehidupanMusabbinUmair

Baca Juga