ISTIQAMAHLAH SEBAGAIMANA TITAH RABBMU

Naskah Khutbah
Asdar
11 Apr 2024
ISTIQAMAHLAH SEBAGAIMANA TITAH RABBMU

JUMAT, 03 Syawal 1445 H / 12 April 2024 M
 Oleh Muh. Ihsan Dahri, S.H., M.H.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..

اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللِه فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Ramadan tiba dan begitu cepatnya ia berlalu dan pergi

Masih terngiang sebulan silam, gegap gempita kebahagiaan menyambut kedatangannya

Tak lama berselang, tepatnya 3 hari silam, kesedihan meliputi kita kala harus melepaskan kepergian tamu yang mulia itu

Pertanyaan yang kemudian harus kita pertanyakan, apa yang mesti kita lakukan setelah Ramadan? Apa sikap kita selepas setiap musim-musim kebaikan dan ketaatan?

Apa yang harus kita lakukan selepas kepergian bulan yang penuh kesungguhan, semangat dan ketekunan?

Apa langkah kita selepas berlalunya bulan dimana Al-Quran menjadi kehidupan kita, salat dan berdiri di hadapan-Nya menjadi kenikmatan, dan berzikir menjadi makanan keseharian kita?

Apa setelah puasa qiyam, zikir, ketaatan, doa, sedekah, bacaan Quran dan ketaatan yang tak terbilang banyaknya?

“Kemudian mereka Istiqamah”

Ya, itulah keistiqamahan, dialah solusi utama, sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا

Terjemahnya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka istiqamah (QS. Fusshilat/ 41:30)

Yaitu ketika kita berpegang teguh dalam meniti jalan yang lurus dan tidak berpaling dari jalan tersebut

Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu anhu berkata:

اسْتَقَامُوْا فِعْلاً كَمَا اسْتَقَامُوْا قَوْلاً

Artinya: “Mereka ialah orang-orang yang istiqamah dalam perbuatan, sebagaimana mereka istiqamah dalam berkata dan berucap

Umar bin Khattab radhiyallahu anhu berkata:

لَمْ يَرُوْغُوْا رَوْغَانَ الثَعَالِبَ

Artinya: “Mereka ialah orang yang tidak berjalan pontang panting sebagaimana jalannya serigala.

Seorang hamba harus berusaha untuk istiqomah di atas ketaatan pasca Ramadan, dan tidak terputus total dari berbagai ketaatan itu.

Istiqamah merupakan jalan keluar sekaligus jalan utama meraih ridha-Nya. Dan istiqamah ini tidaklah datang hanya dengan angan-angan dan khayalan semata. Ada beberapa cara meraih kesitiqamahan, diantaranya:

Pertama: Meminta pertolongan Allah

Kita semua mengetahui bahwa Allah jualan satu-satunya yang memberikan kita kekuatan untuk melaksanakan ketaatan di Ramadan ini. Dia pulalah yang mampu menolong kita untuk konsisten dan berkelanjutan dalam ketaatan itu. Istiqomah sejatinya bukanlah karena kemampuan kita atau kekuatan kita, juga bukan karena faktor lainnya dari diri kita. Istiqamah sesungguhnya merupakan sebentuk nikmat yang Allah curahkan kepada kita, keutamaan yang Ia berikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya agar mereka melazimi ketaatan, kemudian Ia menerima segala bentuk ketaatan tersebut. Pengakuan akan hal ini merupakan langkah pertama dan utama dalam meraih keistiqamahan itu sendiri.

 Adapun orang yang memandang takjub amalannya, dan ia menyangka bahwa segala ibadahnya dapat terealisasi karena kemampuan dan kekuatan yang dimilikinya, maka dia akan Allah limpahkan urusannya kepada dirinya sendiri, dan siapa yang dilimpahkan urusannya kepada dirinya sendiri maka dia akan binasa dan celaka. Oleh karenanya diantara doa Nabi shallallahu alaihi wasallam:

وَلَا تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أبدًا

Artinya: Dan janganlah Engkau (ya Allah) limpahkan segala urusanku kepadaku meskipun sekejap mata.

Kedua: Bersungguh-sungguh

Ketahuilah, Istiqamah tidak mungkin diraih dengan rebahan saja, tidak pula dengan disibukkan oleh kesenangan dan memperturutkan syahwat dan hasrat duniawi. Istiqamah itu datang dengan kesungguhan, ketekunan dan kesabaran. Kesungguhan melawan jiwa, hawa nafsu, godaan syaitan, dan ketekunan dalam mengerjakan ketaatan dan memperbanyak ketaatan itu, serta bersabar menjauhi berbagai syahwat dan larangan-Nya. Kemudian melaksanakan semua perintah-Nya dengan cara yang paling sempurna. Allah berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Terjemahnya: Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Ankabut/ 29:69).

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآياتِنَا يُوقِنُونَ

Terjemahnya: Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabardan yakin kepada ayat-ayat Kami.

Ditanyakan kepada Imam Ahmad: Kapankah seseorang bisa merasakan nikmatnya beristirahat? Beliau menjawab: Ketika ia sudah meletakkan kakinya di dalam Surga.

Berkata Imam Syafi'i: Tidak pantas bagi seseorang yang bermartabat merasa telah mencicipi nikmatnya istirahat, karena sesungguhnya kehidupan dunia ini adalah waktu untuk berletih-letih hingga waktu perjumpaan dengan Allah.

Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan kepada kita nikmat keistiqamahan dan merasakan kepada kita kelezatannya serta menyempurnakan ganjarannya, kecuali dengan ketekunan kita di atas ketaatan itu, beramal dengan konsistensi serta mengajak manusia kepada ketaatan, dan bersungguh-sungguh hingga menggapai apa yang kita harapkan.

Ketiga; Bergaul dengan ahlu istiqamah (orang-orang saleh) 

Diantara faktor terpenting dalam meniti keistiqamahan ialah bergaul dan berbaur dengan circle kesalehan dan ketaatan. Ini juga merupakan faktor terbesar seseorang dapat teguh diatas ketaatan. Ja'far bin Muhammad rahimahullah pernah berkata: Jika suatu ketika aku dilanda kemalasan (dalam ibadah), aku segera beranjak menemui dan memandang wajah Muhammad bin Wasi’, itupun menjadi pelecut semangat bagiku untuk beramal selama sepekan.

Sesungguhnya dimudahkannya kita melakukan ketaatan di bulan Ramadan, karena banyaknya orang-orang yang berbuat ketaatan, dan keberadaan panutan yang memudahkan kita beramal saleh. Sebagaimana dalam ungkapan: sesungguhnya hewan buas itu akan menerkam ternak yang bersendirian, kelalaian akan menjangkiti orang yang bersendirian, dan dia akan menjauh dari orang-orang yang berdua, dan sesungguhnya musang akan memakan kambing yang terpisah dari kelompoknya.

Perlu kita fahami juga bahwa diantara tanda-tanda diterimanya amalan seseorang ialah tatkala dia terdorong mengerjakan ketaatan setelahnya. Olehnya kita mesti melanjutkan ketaatan dan merugikan peribadatan, tidak boleh khataman Quran di bulan Ramadan menjadi akhir dari kebersamaan kita dengan Al Quran, dan tidak pula akhir salat malam kita ialah di malam terakhir di Ramadan, dan tidak boleh hari terakhir di Ramadan menjadi titik terhentinya kebaikan dan amalan saleh. Jika saja Ramadan usai, maka sesungguhnya ibadah Puasa, salat malam, membaca Al-Quran, Ibadah dan ketaatan lainnya takkan pernah usai. Siapa yang menyembah Ramadan, maka sesungguhnya ia telah usai dan berlalu, namun sesiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Seburuk-buruknya hamba ialah mereka yang hanya mengenal Rabbnya di bulan Ramadan saja.

Allah telah memperingatkan kita agar tidak menjadi seperti Bal'am bin Ba'ura, seorang alim dari Bani Israil yang Allah telah mencicipkannya lezatnya keimanan dan Allah telah memberikannya Ayat-ayat ilahiyah, namun ia justru berbalik arah dan berpaling, menukarkan petunjuk yang ia miliki dengan kesesatan, dan menukarkan ampunan dengan azab dan siksaan. Dia melepaskan ayat-ayat Allah sebagaimana ular melepaskan kulitnya. Allah berfirman hikayat tentangnya:

وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ٱلَّذِىٓ ءَاتَيْنَٰهُ ءَايَٰتِنَا فَٱنسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ ٱلشَّيْطَٰنُ فَكَانَ مِنَ ٱلْغَاوِينَ

 Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. (QS. Al-A'raaf/ 7:175)

Allah juga memperingatkan kita agar tidak menjadi seperti Raithah bintu Sa'ad, wanita gila dari Mekah. Ia dahulu selalu menghabiskan harinya untuk menenun kain dengan tenunan yang kuat dan solid, kemudian di penghujung hari dia malah mengurai dan mencerai beraikan rajutan itu. Allah berfirman:

وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّتِى نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَٰثًا

Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. (QS. An-Nahl/ 16:92).

Nabi pun demikian besar perhatiannya hingga memperingatkan tentang seseorang yang meninggalkan ketaatan setelah ia telah melaziminya sebelumnya. Beliau berpesan kepada Abdullah bin Umar: “Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti fulan yang dahulu sering melaksanakan salat malam, lalu kemudian ia meninggalkannya”.

Aisyah ketika ditanyakan bagaimana amal perbuatan Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau berkata: Amalannya dikerjakan secara konsisten. (Muttafaq alaihi)

Dan Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ مَا دُوْوِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّ

Artinya: Amalan yang paling dicintai oleh Allah ialah amalan yang berkelanjutan meskipun sedikit (HR. Muslim)

Peringatan dari Al Quran ini sesungguhnya ditujukan kepada mereka yang telah merasakan manisnya ketaatan kepada Allah di bulan Ramadan, dimana ia menjaga kewajibannya dan meninggalkan hal yang diharamkan. Namun tatkala bulan penuh berkah berlalu, ia berlepas diri dari itu semua, dan menguraikan tenunan setelah ia sebelumnya terajut dengan amat kuat.

Juga demikian mereka yang selalu menjaga salatnya, namun seiring dengan kepergian Ramadan dia mulai melalaikan salatnya dan mengikuti syahwatnya.

Demikian juga orang-orang yang senantiasa memakmurkan masjid dan merutinkan bacaan Al Quran, namun ketika Ramadan usai, dia mulai meninggalkan masjid dan meninggalkan bacaan Al Qurannya.

Ulama kita mengatakan : diantara tanda-tanda paling nyata amalan yang ditolak dan tidak diterima disisi Allah adalah seseorang yang kembali melakukan amalan yang buruk ketika musim ketaatan telah berakhir. Kita berlindung kepada Allah dari keburukan itu.

  

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ

Agama kita mengajarkan bahwa ketaatan tidaklah usai dengan berakhirnya musim ketaatan itu sendiri. Tidaklah satu musim ketaatan usai kecuali Allah membuka musim ketaatan berikutnya. Terbenamnya matahari di hari terakhir di bulan Ramadan menandai dimulainya musim Ibadah Haji, dan itu diisyaratkan dengan “Bulan-bulan yang diketahui” sebagaimana dalam firman-Nya:

الحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُوْمَات

Haji itu di bulan-bulan yang diketahui. (QS. Al-Baqarah/ 2:197).

Dan bulan pertama dari rangkaian bulan-bulan haji ialah bulan Syawal berdasarkan kesepakatan para ulama.

Demikian pula Nabi ﷺ sunnahkan kepada kita setelah Ramadan agar berpuasa enam hari di bulan Syawal, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّال فَذَلِكَ صِيَامَ الدَّهْرِ

Artinya: Barangsiapa yang berpuasa Ramadan lalu mengikutkannya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah ia berpuasa setahun penuh.

Demikanlah, Ibadah itu tidak ada Batasan waktu kecuali kematian, sebagaimana Allah perintahkan kepada Nabi-Nya ﷺ (dan itu juga perintah untuk segenap umat Nabi ﷺ):

واعبد ربك حتى يأتيك اليقين

Terjemahnya: Dan sembahlah Rabbmu hingga al Yaqin (ajal) dating kepadamu (QS. Al-Hijr/ 15:99)

Yaa Allah yang Maha Pemurah dan Maha Mulia, sebagaimana Engkau karuniakan kami ketaatan di bulan Ramadan, maka karunaiakan pula kami ketaatan setelah Ramadan, dan sebagaimana Engkau berikan kami taufiq-Mu untuk kami membaca Al-Qur’an di Ramadan agar engkau karuniakan pula kepada kami untuk membacanya setelah berlalunya Ramadan, dan sebagaimana Engkau berikan kami taufiq-Mu untuk kami mendirikan salat malam di Ramadan agar engkau karuniakan pula kepada kami untuk mendirikan Salat malam setelah perginya Ramadan, Aamiin, yaa Rabbal ‘aalamin…

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ المُسْلِمِيْنَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعدَاءَ الدِّيْنَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُستَضْعَفِيْنَ فِي غَزَّة، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ
 اَللَّهُمَّ أَيِّدْهُمْ بِتَأْيِيْدِكَ، وَاحْفَظْهُمْ بِحِفْظِكَ، يَا قَوِيُّ يَا عَزِيزٌ

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِى دِينِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Download PDFnya di https://bit.ly/IstiqomahlahSebagaimanaTitahRabbmu

Baca Juga