ANTARA DUA NIKMAT DAN DUA MUSIBAH

Naskah Khutbah
Asdar
04 Sep 2025
ANTARA DUA NIKMAT DAN DUA MUSIBAH

JUMAT, 12 Rabiulawal 1447 H / 5 September 2025 M
 Oleh Abdullah Nazhim Hamid, S.T., Lc., M.Ag.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.

Ada dua nikmat besar yang Allah sering sandingkan dalam Al-Qur’an, yaitu nikmat keamanan dan nikmat makanan. Dua nikmat ini menjadi pilar utama kehidupan manusia. Tanpa makanan, tubuh akan lemah, dan tanpa rasa aman, hidup akan penuh kegelisahan. Karena itu, Allah ﷻ bukan hanya mengingatkan tentang pentingnya kedua nikmat ini, tetapi juga memperingatkan manusia dari lawannya: musibah ketakutan dan kelaparan. Musibah kelaparan membuat manusia kehilangan tenaga, sedangkan musibah ketakutan merampas ketenangan hati. Jika keduanya datang bersamaan, maka hilanglah kebahagiaan hidup. Itulah sebabnya Allah ﷻ menyebutkan kedua nikmat ini sebagai anugerah yang sepatutnya disyukuri, dan lawannya sebagai azab yang harus dihindari. Allah menyebutkan dua nikmat ini untuk mengingatkan orang-orang Quraisy:

فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هٰذَا الْبَيْتِۙ (3) الَّذِيْٓ اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ وَّاٰمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ

Terjemahnya: Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah) yang telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut. (QS. Quraysy (106) ayat 3-4).

Di ayat yang lain Allah berfirman:

اَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَّهُمْ حَرَمًا اٰمِنًا يُّجْبٰٓى اِلَيْهِ ثَمَرٰتُ كُلِّ شَيْءٍ رِّزْقًا مِّنْ لَّدُنَّا وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

Terjemahnya: Bukankah Kami telah mengukuhkan kedudukan mereka (orang Qurasiy) di tanah haram yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) sebagai rezeki (bagimu) dari sisi Kami?” Akan tetapi, kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Al-Qashash (28) ayat 57)

Namun, nikmat makanan yang Allah anugerahkan dapat berubah menjadi musibah kelaparan ketika manusia kufur dan enggan bersyukur. Al-Qur’an mengingatkan kita tentang satu negeri yang dulunya aman dan tenteram, rezekinya datang melimpah dari segala arah, namun kemudian Allah timpakan kelaparan yang dahsyat karena mereka mengingkari nikmat-nikmat-Nya.

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ

Terjemahnya: Allah telah membuat suatu perumpamaan sebuah negeri yang dahulu aman lagi tenteram yang rezekinya datang kepadanya berlimpah ruah dari setiap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah. Oleh karena itu, Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan karena apa yang selalu mereka perbuat. (QS. An-Nahl (16) ayat 112).

 Dari sini kita belajar bahwa kelaparan bukan sekadar kekurangan bahan pangan, tetapi bisa menjadi bentuk hukuman Allah kepada manusia yang lalai, tidak bersyukur, dan melampaui batas. Demikian pula nikmat keamanan bisa berubah menjadi musibah ketakutan ketika manusia meninggalkan ketaatan dan terjerumus dalam kemaksiatan. Rasa aman akan hilang, digantikan oleh kegelisahan, konflik, dan rasa was-was yang menghantui. Kehidupan yang mestinya damai berubah menjadi penuh ancaman, baik dari luar berupa serangan dan kriminalitas, maupun dari dalam berupa hilangnya ketenteraman hati. Ketakutan semacam ini adalah azab yang sangat berat, sebab manusia tidak dapat merasakan kebahagiaan meskipun harta berlimpah, jika hati dan lingkungannya diliputi rasa takut.

Allah telah menetapkan bahwa nikmat yang diberikan kepada suatu kaum tidak akan dicabut kecuali jika mereka sendiri yang merusaknya dengan kekufuran, kezaliman, dan kemaksiatan. Sebagaimana firman-Nya:

ذٰلِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً اَنْعَمَهَا عَلٰى قَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۙ وَاَنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ

Terjemahnya: Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Anfal (8) ayat 53).

Ayat ini menegaskan bahwa selama manusia menjaga syukur, ketaatan, dan ketakwaan, maka nikmat akan tetap terpelihara; namun ketika mereka berpaling dari Allah, lalai dalam ibadah, dan tenggelam dalam dosa, maka nikmat itu akan berubah menjadi azab berupa kelaparan, ketakutan, dan berbagai kesempitan hidup.

Kita perlu menyadari bahwa dua nikmat ini adalah nikmat yang besar, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

Artinya: Barang siapa di antara kalian bangun pagi dalam keadaan aman di lingkungannya, sehat badannya, dan dia memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dunia seluruhnya telah diberikan kepadanya (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Begitu pentingnya nikmat keamanan dan makanan, sampai Nabi Ibrahim dalam salah satu doannya meminta kedua nikmat ini.

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ

Terjemhanya: (Ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Makkah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan (hasil tanaman, tumbuhan yang bisa dimakan) kepada penduduknya, yaitu orang yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari Akhir.” (QS. Al-Baqarah (2) ayat 126).

Oleh karena itu sangat pantas untuk kita senantia meminta dua nikmat ini kepada Allah, untuk diri kita dan juga untuk negeri kita. Janganlah kita menjadi sebab hilangnya keamaan negeri kita. Menjaga keamanan negeri adalah bagian dari amanah besar yang Allah titipkan kepada setiap kita. Nikmat aman adalah pondasi tegaknya ibadah dan berjalannya kehidupan dengan baik. Karena itu, kita semua wajib menjaga ketenteraman negeri ini, menjauhi segala bentuk kerusuhan, provokasi, dan penjarahan yang hanya akan menambah kerugian masyarakat. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa seorang muslim sejati adalah yang mampu menjaga orang lain dari keburukan lisan dan tangannya. Maka siapa pun yang mengganggu keamanan, berarti ia telah merusak salah satu nikmat terbesar yang Allah anugerahkan.

Dalam kondisi krisis, jamaah yang berbahagia, hendaknya kita bersikap bijak dengan tetap tenang, tidak terprovokasi, dan mendengarkan arahan ulama. Ulama adalah pewaris para nabi yang memberi bimbingan agar umat tidak salah langkah dalam menghadapi kesulitan. Dengan mengikuti petunjuk mereka, kita akan terhindar dari kekacauan dan dapat melewati krisis dengan sabar, doa, dan persatuan. Inilah jalan yang akan menjaga nikmat keamanan tetap bersama kita, sekaligus menjadi sebab turunnya pertolongan Allah.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah...

Jika di dunia ini manusia selalu mendamba dua nikmat besar berupa makanan yang mencukupi dan keamanan yang menenangkan, maka ketahuilah bahwa dua nikmat ini Allah janjikan secara sempurna dan abadi di dalam surga. Di sana tidak ada lagi rasa lapar, dahaga, atau kekurangan, tidak ada pula rasa takut, cemas, dan kegelisahan. Semua itu diganti dengan kenikmatan yang tiada henti serta rasa aman yang tak pernah terganggu. Maka marilah kita menjadikan kehidupan dunia ini sebagai ladang amal untuk meraih kedua nikmat tersebut di akhirat. Karena siapa yang menjaga syukur dan ketaatan kepada Allah, dialah yang akan dipersilakan menikmati hidangan rezeki surga dan berlindung dalam naungan keamanan yang kekal.

وَهُمْ فِى الْغُرُفٰتِ اٰمِنُوْنَ

Terjemahnya: Mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). (QS. Saba (34) ayat 37).

Allah juga berfirman:

لَهُمْ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ ۚ

Terjemahnya: Di (surga) itu mereka memperoleh buah-buahan dan apa saja yang mereka inginkan. (QS. Yasin (36) ayat 57).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لله عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.

Pada khutbah kedua ini, izinkan kami untuk mengingatkan diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian untuk memperbanyak dua buah ibadah kepada Allah pada hari jum’at. Pertama, mari memperbanyak doa kita kepada Allah, secara khusus untuk keselamatan saudara-saudara kita di Palestina. Karena telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa pada hari jumat terdapat satu waktu yang singkat, tidaklah seorang muslim memanjatkan doa kepada Allah pada waktu tersebut melainkan doanya pasti akan diijabah. Kedua, mari memperbanyak salawat dan salam kita kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah:

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


Download PDFnya di https://bit.ly/Antara2NikmatDan2Musibah

Baca Juga