Anak kita apakah sudah menjadi aset kita?

Parenting
Admin WIM
12 Nov 2018
Anak kita apakah sudah menjadi aset kita?

Memiliki seorang anak adalah dambaan semua para ayah dan bunda. Tak sedikit para ayah dan bunda yang meneteskan air mata ketika buah hatinya terlahir di dunia. Dan tak sedikit pula seorang ayah dan bunda tang belum dikaruniai buah hati sehingga harus bersabar menanti si buah hati. Akan tetapi apakah titipan buah hati tersebut sudah benar-benar menjadi aset bagi mereka?

Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

إذا مات الإنسان انقطع عنه عمله إلا من ثلاثة إلا من صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له

"Apabila Manusia meninggal Dunia maka terputuslah amalnya kecuali karena tiga hal, Shadaqah jariyah, Ilmu yang bermanfaat, atau Anak shaleh yang mendoakannya". (HR. Muslim)

Dari kecil sudah dimasukkan play group yang favorit , TK, SD, SMP, SMA, bahkan sampai ke perguruan tinggi yang tidak sedikit uang harus dirogoh untuk pendidikan tersebut, dengan harapan menjadikan anak-anak sukses, menjadi orang berada, tidak ketinggalan zaman, ikut trendi meskipun muatan ilmu agama yang dipelajari hanya sedikit.

Akan tetapi para pembaca yang semoga allah merahmati kita semua, betapa sedih kita ketika mendengar berita bahwa ada seorang anak ketika beranjak remaja atau dewasa yang tega memukul ibunya ketika tidak diberi uang jajan, betapa sedih ketika melihat berita bahwa ada seorang pemuda yang tega membunuh ayahnya karena tidak dibelikan motor baru atau hanphone baru, sedih rasanya hati ini ketika mengetahui pada hari ini banyak remaja yang durhaka kepada kedua orang tuanya.

Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ

"Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-islami), ayah dan ibunya lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala), seperti binatang yang melahirkan binatang, apakah kamu melihat unta disana?”. (H.R. Bukhari Nomor 1296)

Jadi apa yang menyebabkan anak yang lahir secara fitrah bisa menjadi anak yang durhaka waliyyadzubillah?


Pertama: Orangtua tidak menanamkan adab-adab islami sejak dini.

Iya, adab-adab didalam agama sangatlah penting untuk ditanamkan kepada buah hati sejak dini.

Karena anak-anak itu seperti gelas yang bersih bening, tergantung bagaimana orangtua mewarnainya.

Dalam sebuah riwayat dari Imam Ibnu Majah dari Anas Bin Malik ketika menyampaikan hadits dari rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda :

أَكْرِمُوا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوا أَدَبَهُمْ


“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaguslah akhlak mereka”. (H.R. Ibnu Majah Nomor 3661)

Merupakan sunnah ketika orang tua mengajarkan adab-adab islam yang dasar kepada anak-anak, seperti adab makan, adab berbicara kepada yang lebih dewasa, adab meminta izin, adab meminjam, adab berpakaian, dan adab-adab islami yang lainnya.


Kedua: Ayah dan Bunda tidak menjadi qudwah dlam menerapkan adab-adab islami

Ini terkadang hal yang sering dilupakan oleh para ayah dan bunda ketika mereka mendidik buah hati mereka, ternyata mereka yang paling pertama melanggarnya.

Kita sering mendengar pepatah "satu contoh lebih baik dari 1000 perkataan". Ini patut untuk dicamkan. Agar perkataan kita memiliki atsar yang luar biasa kepada buah hati maka, ayuk kita memberikan contoh kepada mereka.

Kalau boleh kita istilahkan anak kecil itu seperti mesin fotokopi, maksudnya apa yang ia lihat ia akan tiru. Apapun itu entah baik maupun buruk. Mereka belum mampu membedakan yang ada adalah tiru, tiru dan tiru.

Jadi sekarang tergantung anda, jika menginginkan buah hati yang nantinya menjadi orang baik dan orang hebat, berilah mereka contoh yang baik dan yang hebat pula.


Ketiga: Memilih pasangan yang kurang baik

Ini khusus bagi yang belum menikah, atau yang mau menikah dan mau menambah, eits. Syarat dan ketentuan berlaku.

Oleh karenanya wasiat dari rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika memilih pasangan, beliau bersabda :

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَلِجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Wanita (biasanya) dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.”  Shohih Bukhori Nomor 5090 dan Shohih Muslim Nomor 1466)


Keempat: Tidak mendo'akan buah hati agar menjadi anak yang sholih dan sholihah

Do'a adalah senjatanya orang-orang yang beriman, ketika diucapkan dibumi do'a bisa menembus langit. Dimalam yang sunyi sepertiga terakhir mari bangun, ambil air wudhu, hamparkan sajadah, rukuk dan sujud kepada allah. Meminta kepada Rab alam semesta agar keturunan kita menjadi anak yang sholih dan sholihah.

Bahkan nabi pun mereka juga memohon kepada allah agar diberikan keturunan yang sholih dan sholihah.

Allah subhanahu wata'ala berfirman :

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ ۖ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

"Kemudian para malaikat memanggilnya, ketika dia berdiri melaksanakan shalat di mihrab, “Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan sebuah kalimat (firman) dari Allah, panutan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi di antara orang-orang shalih.” [Q.S. Ali 'Imran 38]

Sebenarnya sangat banyak kiat-kiat yang dapat dilakukan agar seorang muslim memiliki buah hati yang menyejukkan pandangan, menjadi aset kita, baik didunia maupun diakhirat.

Akan tetapi mudah-mudahan empat poin yang barusaja kita sebutkan bisa menjadi asas kita dalam mendidik calon mujahid dan mujahidah kita kelak. Meninggalkan cara mendidik yang buruk dari sekarang dan meningkatkan cara mendidik yang islami kepada buah hati.


Yoshi Putra Pratama

(Mahasiswa UIM KSA)

Baca Juga