Seberapa Beratnya Ujian Hidupmu ?

Muhasabah
Super Admin
20 Jun 2019
Seberapa Beratnya Ujian Hidupmu ?

Pernahkah kau merasa betapa tidak adilnya hidup ini hingga kau marah dan berburuk sangka? Kau bahkan menghardik diri dan mencemooh takdir yang datang padamu, hingga parahnya kau selalu saja merasa sang pencipta sedang mengejekmu? Mungkin saja, setiap orang pernah berada dititik itu. Yah, titik yang menjemukan bahkan sangat begitu penat dikarenakan tumpukan masalah demi masalah datang tak kunjung usai. Ibarat memikul sebuah beban yang mengharuskan kita berjalan mendaki bukit semakin lama semakin sulit dan melelahkan. Begitulah kehidupan dunia bukan? kehidupan yang hakikatnya penuh dengan masalah, rintangan, cobaan dan ujian. Sebagaimana yang Allah sampaikan dalam kalamnya:

“Yang menciptakan mati dan hidup,untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha pengampun.” (Qs. 67:2)

Maka wajar saja, dalam mengarungi kehidupan ini akan dipenuhi dengan ujian silih berganti. Muda atau tua, kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan pasti semua pernah merasakan dari sesuatu yang bernama ujian. Begitu beragamnya ujian yang hadir pada setiap orang, entah seorang itu diuji dengan sebuah bencana, penyakit, jatuh miskin, ditinggal pasangan, harta yang lenyap, belum mendapat jodoh, tak kunjung sarjana atau menyelesaikan soal final semesterpun termasuk dalam kategori ujian.  Ujian sebagaimana yang dipahami oleh masyarakat umum adalah sesuatu yang melelahkan, hal yang menjemukan, ingin dihindari atau ingin terbebas darinya karena sudah termindset buruk seperti itu. Tetapi, pernahkah kita melihat sisi lain dari sebuah ujian? Sisi yang mungkin jarang dipandang atau dipahami oleh kebanyakan orang.  Nah, ada hal unik yang perlu direnungkan bersama tentang hakikat ujian sebagaimana yang Allah terangkan langsung dalam surah Al-Mulk ayat 2 di atas. Mari disimak dengan saksama!

  1. Ujian adalah kompetisi untuk melihat siapa yang paling ikhlas dan yang paling benar dalam beramal. Perkara niat adalah hal penting  dalam suatu amalan. Bagi orang beriman, Allah adalah muara utama dalam beramal, karena dengannya kita berinvestasi untuk kehidupan nan kekal di akhirat. Ia akan mendapat sebaik-baik balasan jika benar  dalam beramal dan sebaliknya mendapat seburuk-buruk balasan jika ia salah dalam beramal. Karena dalam sebuah hadist dikatakan:  

    Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya…”(HR. Bukhari dan Muslim)

    Ibaratnya, ujian ini adalah sebuah ajang dimana Allah ingin melihat siapa di antara hamba-Nya yang sungguh-sungguh dalam beramal, berbuat dan bertindak semata-mata karena-Nya bukan selainnya. Jadi, kita harus siap-siap! Pada akhirnya akan ada yang menang dan yang kalah dalam kompetisi ini. Kalau menang akan indah mendapat sebaik-baik balasan yaitu surga, kalau kalah? Kan ngeri ya dapat seburuk-buruk balasan yaitu neraka, membayangkannya saja sudah tak sanggup apalagi merasakannya (semoga kita dihindarkan darinya).   
  2. Ujian adalah momentum kedekatan dan penyadaran. Mengapa bisa? Karena Allah ingin kamu kembali pada rel kehidupan yang semestinya. Diberikannya musibah; harta dilenyapkan, kehilangan keluarga (anak, istri, sahabat maupun kerabat), diangkatnya ketampanan/kecantikan, diambilnya jabatan, tidak lain karena Allah ingin menyadarkan bahwa tempat untuk meminta, mengadu dan yang memiliki segalanya adalah Allah. Semua yang kita miliki saat ini adalah titipan, Allah lah yang memiliki segalanya. Dalam kalam-Nya diterangkan: 

    "Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan." (Qs. 3:109)

    Sehingga tak ada yang patut kita banggakan karena pada hakikatnya sebuah titipan suatu waktu akan diambil oleh pemilik aslinya, maka bagi orang yang senantiasa berfikir, ujian adalah momen dimana kita harus semakin hari semakin dekat dan semakin meminta hanya kepada-Nya. Dan itupun tersurat dalam kalam-Nya

    “Apa yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan” (Qs.55:29)

    Maha baiknya Allah, yang senantiasa ada dan siap menampung semua permintaan hamba-Nya tanpa terkecuali. Sehingga hal yang begitu haru dan menakjubkan adalah ketika angin bertiup kencang, langit mengeluarkan petir dan suara guruh menggelegar, ombak menggunung dan laut menari-nari ke kiri dan kanan, maka semua penumpang kapal ketakutan dan panik dan berseru: “Ya Allah!”. Ketika banyaknya bencana yang terjadi, hujan tak kunjung reda hingga berbuah banjir dimana-mana, air merendam rumah, menghilangkan tumpukan harta yang selama ini dicari,  mereka yang tertimpa akan selalu berseru : “Ya Allah!”. Ketika penatnya kehidupan, bumi terasa sempit dan menyakitkan dikarenakan himpitan persoalan hidup yang menyesakkan dada hingga jiwa-jiwa tertekan, maka katakan : “Ya Allah!” Ketika kau buntu pada sebuah persoalan, tak menemukan jalan keluar, tak mampu mencari solusi hingga merasa harapan terputus maka berserulah: “Ya Allah!. Setiap ucapan baik, doa dan harap yang tulus, rintihan hingga deraian air mata yang jujur dan ikhlas semata-mata hanya pantas diberikan kepada Allah.      

  3. Ujian adalah salah satu bagian dari kenikmatan. Ujian bisa bermuara menjadi nikmat ketika disikapi dengan benar. 

    “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)” (Qs. 2:156)

    Allah Ta’ala akan memberi ganti yang lebih baik atas musibah atau ujian yang menerpa hidup kita, dan inilah kenikmatan yang dimaksud. Sebagaimana kisah Ummu  Salamah, yang diberi ujian meninggalnya Abu Salamah, hingga Ummu Salamah saat itu hidup tanpa seorang suami. Siapa kiranya di antara kaum muslimin yang lebih baik dari Abu Salamah yang berhijrah menuju Rasulullah? Maka tatkala itu Ummu Salamah membaca doa: “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibah yang menimpaku, dan berilah aku pengganti yang lebih baik darinya,” maka Allah memberikan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam  kepada Ummu Salamah sebagai pengganti dari Abu Salamah, Masya Allah. Selain itu dalam kalam-Nya, Allah pun mengatakan bahkan sampai ditekankan sebanyak dua kali: 

    “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (Qs.94:5-6)

    Sesulit-sulitnya sebuah ujian hal yang perlu diingat, bahwa ada kemudahan setelahnya. Ibarat sayur dan garam, handphone dan chargernya, ikan dan air, api dan asap, ia adalah satu paket yang menyatu tak berpisah. Maka kenikmatan hakiki dari sebuah ujian adalah digantikan dengan yang lebih baik dan ada kemudahan setelahnya, Insya Allah. 
  4. Ujian adalah simbol dari naik kelas. Sebagaimana di tingkat sekolah, seseorang bisa naik kelas ke jenjang yang lebih tinggi ia harus melalui yang namanya ujian final, semester, nasional dan sejenisnya, maka begitupun dengan ujian hidup yang datang pada diri seseorang, untuk menguji agar bisa naik ke kelas berikutnya, kelas iman tinggi dan kelas terbaik InsyaAllah. Dalam kalamnya Allah berkata : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”(Qs.2:286). Maka kadar ujian yang Allah berikan kepada seseorang adalah sesuai dengan kesanggupan orang tersebut. 

    Pernahkah kau mendengar bagaimana kisah perjuangan dan kesabaran dari Nabi Ayyub dalam menghadapi beratnya ujian dalam hidupnya? Yah. Kisah yang memilukan namun berakhir indah setelahnya. Sebagaimana yang kita ketahui kehidupan Nabi Ayyub yang serba berkecukupan, memiliki banyak harta, kebun-kebun yang subur, anak yang banyak, istri yang taat dan kehidupan yang serba ada namun hal itu tak membuat Nabi Ayyub jauh dari Allah justru beliau sangat begitu dekat dan senantiasa mengingat kebesaran Allah. Hal inilah yang membuat iblis benci dan ingin menggoyahkan keimanan Nabi Ayyub, sampai-sampai iblis meminta izin kepada Allah untuk membuktikan bahwa Nabi Ayyub taat pada Allah karena kenikmatan yang ada disekitarnya, lantas Allah mengizinkan iblis untuk mengganggu Nabi Ayyub karena Allah yakin Nabi Ayyub takkan gentar dengan hal itu. 

    Satu per satu kenikmatan dalam kehidupan Nabi Ayyub diambil. Dimulai dengan hartanya yang lenyap, seluruh anaknya meninggal, bahkan Allah uji dengan diberinya penyakit langka yang tidak ada obat sampai beliau dikucilkan orang banyak karena sakit yang dideritanya dan istrinyapun hampir meninggalkannya. Namun, apakah Nabi Ayyub membenci Allah? Tidak. Justru sebaliknya Nabi Ayyub bahkan semakin taat dan meningkat keimanannya kepada Allah. Sehingga, pada akhirnya Allah kemudian mengembalikan kenikmatan itu padanya dengan bentuk yang lebih baik dari sebelumnya.  
    Maka semakin naiklah keimanan seseorang, ketika ia mampu menghadapi ujian demi ujian yang datang dalam hidupnya. 
  5. Ujian adalah cara untuk tetap istiqamah. Dalam kalamNya : 

    “Bukankah Kami telah menjadikan untuknya sepasang mata, dan lidah dan sepasang bibir?, Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan) (Qs.90:8-10) 

    Semua yang telah Allah ciptakan ada hikmah, maksud dan tujuannya. Begitupun dengan adanya sepasang mata, lidah, sepasang bibir dan seluruh organ tubuh manusia. Dijadikan sebagai jalan agar kita bisa berpikir dan memilih ke jalan manakah harus berlabuh. Dengan adanya sebuah ujian, fungsi dari mata, hati dan pikiran akan bekerja memilih dan memilah di jalan apa kita bertahan. Sebagaimana jalan yang telah Allah tunjukkan kepada setiap hamba. Kisah dari Nabi Ayyub di atas, menjadikan bahan pembelajaran bagi kita bahwa ujian adalah cara untuk tetap istiqamah berada di jalan yang Allah cintai dan ridhai. Karena apa? Karena beliau tahu apa muara dari kesabaran itu, apa buah yang akan dipetik setelah beliau bersabar menanam benih keimanan dan keistiqamahan di dalamnya. Tidak lain dan tidak bukan adalah surga kenikmatan yang tak mampu digambarkan oleh akal sehat manusia, yang tak bisa dilukiskan, kenikmatan tiada tara dan sebaik-baik balasan.

    Saudaraku, begitulah hakikat kehidupan di dunia. Penuh dengan warna-warni, ada suka-ada duka, dan diliputi dengan bumbu kehidupan yang bernama ujian. Maka, seberapa beratnya ujian hidupmu, ketika mengetahui sisi unik dari sebuah ujian dari penjelasan di atas, semoga bisa semakin memperkuat yang namanya kesabaran. Karena dalam sebuah ujian, sabar adalah salah satu obat mujarab yang perlu diamalkan dan tentunya senantiasa libatkan Allah di dalamnya. 

    “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang” (Qs.13:28)

    Doaku untukku dan untukmu, semoga kita lebih tegar dan kuat ketika ujian datang menyapa. Sambutlah dengan senyuman, keikhlasan, kesabaran dan kesyukuran yang terpenting lakukan semuanya karena Allah. Karena semua itu dari Allah, lakukan karena Allah dan tentunya akan mendapat balasan dari Allah. Katakanlah pada ujian yang datang padamu: wahai ujian yang katanya besar, aku punya Allah yang Maha Besar. Maka semuanya bisa dilalui dengan indah dan damai meski kehidupan memiliki beratnya ujian, apapun itu.

    =======================================
    Penulis : Dewi Rahmawati L.N
    Editor : Ustadzah Armida, Lc (Ummu Hafshah) | Dosen STIBA Makassar     

Baca Juga