REVITALISASI NILAI KEMERDEKAAN SEJATI

Naskah Khutbah
Asdar
24 Aug 2022
REVITALISASI NILAI KEMERDEKAAN SEJATI

JUMAT, 21 Muharam 1444 H / 19 Agustus 2022 M

Oleh Luqmanul Hakim Sudahnan, Lc., M.A.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُ..

اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أيها الناس رحمكم الله

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Kita saat ini masih berada di bulan Muharam, bulan yang identik dengan kisah heroik bagaimana Allah menyelamatkan dan memerdekakan Nabi-Nya Musa alaihissalam dari penindasan dan kesewenang-wenangan  Fir’aun. Tanggal 10 Muharram merupakan puncak perseteruan antara Nabi Musa dengan Fir'aun, hari tersebut merupakan yaumul furqan baina al-haq wa al-bathil, yang mana Allah meluluhlantakkan Fir'aun beserta segenap pasukannya di laut merah dan memenangkan Nabi Musa beserta pasukannya, Abdullah bin Abbas radiyallahu 'anhuma mengatakan,

قَدِمَ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَومَ عاشُوراءَ، فَقالَ: ما هذا؟ قالوا: هذا يَوْمٌ صَالِحٌ؛ هذا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إسْرَائِيلَ مِن عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى.

Artinya : "Rasulullah ṣallallahu 'alaihi wasallam tiba di kota Madinah dan melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram ('Asyura), maka beliau bertanya, "Kenapa kalian berpuasa 'Asyura? Mereka menjawab, "Hari ini adalah hari yang baik, pada hari ini Allah azza wajalla menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka sehingga nabi Musa berpuasa pada hari tersebut."

Sesungguhnya kisah dakwah dan perjuangan Nabi Musa melawan Fir'aun beserta balatentaranya sarat dengan ibrah dan nilai-nilah akidah, diantaranya:

Pertama: Haramnya sihir.

Dari kisah diatas, dapat dipetik kesimpulan bahwa ilmu sihir memiliki sejarah kelam yang sangat panjang, bahkan dalam kisah Nabi Musa; tukang sihir dijadikan alat untuk memberangus beliau, dan dalam untaian ayat yang berkisah tentang perang Nabi Musa dan para tukar sihir, Allah Azza wajalla memaparkan bahwa ilmu tersebut tidaklah membawa kecuali kepada kerugian, Allah berfirman,

 إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى

Terjemahnya : "Apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya pesihir (belaka). Dan tidak akan menang (beruntung) pesihir itu, dari mana pun ia datang." (QS. Taha ayat 69).

Dalam untaian ayat-ayat yang lain, Nabi Musa dengan tegas menyatakan bahwa Allah sendiri yang akan menghancurkan sihir tersebut, Allah berfirman,

فَلَمَّا أَلْقَوْا قَالَ مُوسَى مَا جِئْتُمْ بِهِ السِّحْرُ إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ

Terjemahnya : "Setelah mereka melemparkan, Musa berkata, "Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan kepalsuan sihir itu. Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang berbuat kerusakan."  (QS. Yunus ayat 81).

Hal tersebut disebabkan karena ilmu sihir dapat merusak tauhid dan akidah  seseorang, sebab ilmu sihir dan cabang-cabangnya berdiri tegak diatas klaim mengetahui ilmu ghaib, ritual-ritual yang penuh dengan kesyirikan, dan memohon bantuan kepada jin dan setan.

Pengharaman sihir dan seluruh cabangnya bukan kekhususan bagi syariat Nabi Musa semata, namun syariat Nabi Muhammad juga mengharamkannya dan mewanti-wanti umatnya untuk menjauhinya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ ...وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ

Artinya : "Jauhilah 7 dosa besar yang membinasakan, para sahabat bertanya, "dosa apa saja wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, diantaranya,"… sihir..." (HR. Bukhari dan Muslim).

Bahkan orang yang pergi ke dukun, kemudian bertanya tentang sesuatu dan menyakini jawaban dari dukun tersebut, maka dapat mengeluarkan seseorang koridor Islam, Rasulullah bersabda,

مَنْ أَتَى سَاحِرًا أَوْ كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

Artinya : "Barangsiapa yang mendatangi tukang sihir atau dukun, dan mempercayai ucapan mereka, maka telah kufur dengan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad." (HR. Al-Baihaqi).

Kedua: Menumbuhkan Jiwa Tawakkal Kepada Allah dan Keyakinan Bahwa Pertolongan Allah Bagi Orang-orang Yang Beriman.

Hikmah ini dapat dipetik dari sikap Nabi Musa ketika sebagian kaumnya dijajah sifat  putus asa ketika mereka terjebak di tepi laut, sedangkan Fir'aun dan tentaranya semakin dekat, maka beliau mengatakan sebagaimana diabadikan oleh Allah di dalam firmannya,

قَالَ كَلَّآۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ

Terjemahnya : "Namun Musa berkata: 'Sekali-kali tidak akan (tersusul), sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberiku petunjuk'." (QS. As Syura ayat 62).

Dan diantara tarbiyah Nabi Musa alaihi al-salam yang senantiasa ditanamkan kepada pengikutnya, sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah,

قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

Terjemahnya : "Musa berkata kepada kaumnya, 'Mohon pertolonganlah kalian kepada Allah, dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi ini milik Allah, yang akan diwariskanNya kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hambaNya. Namun akhir yang baik selalu menjadi milik orang-orang yang bertakwa."

Maka hendaknya para pejuang dakwah bercermin dengan sikap Nabi Musa, dan senantiasa berhias dengan sikap optimis, pantang menyerah dan tidak berputus asa.

Ketiga: Iman adalah Ucapan, Keyakinan dan Perbuatan.

            Kemenangan dalam peperangan menghadapi musuh merupakan anugerah dari Allah Azza wajalla, olehnya patut untuk disyukuri. Nabi Musa mensyukuri kenikmatan tersebut dengan berpuasa pada tanggal 10 Muharram,  dalam hadis disebutkan,

قالوا: هذا يَوْمٌ صَالِحٌ؛ هذا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إسْرَائِيلَ مِن عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى

Artinya : "Orang-orang Yahudi menjawab, "Hari ini (10 Muharram) adalah hari yang baik, pada hari ini Allah azza wajalla menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, sehingga nabi Musa berpuasa pada hari tersebut."

Bersyukur tidak hanya dengan ucapan lisan, namun kesyukuran yang sempurna adalah yang mengumpulkan tiga hal; bersyukur dengan zikir lisan, keyakinan dalm hati bahwa kenikmatan datang dari Allah, dan bersyukur beramal dan beribadah kepada Allah. Tiga hal inilah yang dipraktekkan oleh Nabi Musa dalam kesyukurannya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga mencontohkan hal yang sama, beliau senantiasa mengerjakan salat malam bahkan menikmatinya dengan berlama-lama dalam mengerjakan sampai kakinya yang mulia bengkak, ketika sang istri tercinta –Aisyah- menegur beliau, beliaupun menjawab dengan lembut,

أَفلا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا

"Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur."

Keempat: Tarbiyah untuk Menyelisihi Orang-orang Kafir.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa Asyura sejak beliau hidup di kota Mekah, dan beliau tidak mengetahui bahwa orang-orang Yahudi berpuasa pula pada hari tersebut, Aisyah mengatakan,

كَانَتْ قُرَيْشٌ تَصُومُ عَاشُورَاءَ في الجَاهِلِيَّةِ، وَكانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَصُومُهُ، فَلَمَّا هَاجَرَ إلى المَدِينَةِ، صَامَهُ وَأَمَرَ بصِيَامِهِ

Artinya : "Orang-orang Quraisy berpuasa Asyura pada zaman jahiliyah, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga berpuasa pada hari tersebut, ketika beliau berhijrah ke Madinah, beliau tetap berpuasa dan memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa."

Ketika Rasulullah berhijrah ke kota Madinah, sebuah fakta tersingkap; bahwa ternyata orang-orang Yahudi juga mengagungkan dan berpuasa hari Asyura, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis Abdullah bin Abbas,

قَدِمَ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَومَ عاشُوراءَ

"Rasulullah ṣallallahu 'alaihi wasallam tiba di kota Madinah dan melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram ('Asyura)."

Maka pada saat itulah beliau mensyariatkan puasa Asyura berbeda dengan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, yaitu dengan berpuasa satu hari sebelumnya, beliau bersabda,

فَإِذَا كانَ العَامُ المُقْبِلُ -إنْ شَاءَ اللَّهُ- صُمْنَا اليومَ التَّاسِعَ

"Jika hidup sampai tahun depan –insya Allah-, maka kita akan berpuasa tanggal Sembilan (Muharram) juga."HR, Muslim.

Tujuan utama dari berpuasa dua hari –tanggal 9 dan 10 Muharram- adalah menyelisihi orang-orang Yahudi, Abdullah bin Abbas mengatakan,

صُومُوا التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ

Artinya : "Berpuasalah pada tanggal 9 dan 10, dan selisihilah orang-orang Yahudi." (HR. Al-Baihaqi).

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Di tengah carut-marutnya kondisi negeri dan bangsa ini, satu hal yang pasti menjadi biang keladi dari semua itu ialah lemahnya pondasi dan akidah umat saat ini. Bukankah Allah berfirman:

وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

Terjemahnya :  Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An Nur ayat 55).

Optimisme yang perlu ditanamkan, bahwa nilai kemerdekaan sejati ialah ketika Akidah islamiyah yang sahih telah menerangi setiap jengkal tanah dari negeri ini. Keamanan, ketenangan dan kedamaian akan terwujud manakala akidah umat telah kembali kepada fitrahnya. Semoga Allah menjaga negeri kita dan seluruh negeri kaum muslimin, Allahumma aamiin yaa mujiibas saa’iliin...

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً  إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَ لْمُسلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Download PDF-nya di https://bit.ly/NilaiKemerdekaan

Baca Juga