PERUMPAMAAN ORANG-ORANG KAFIR

Naskah Khutbah
Asdar
16 Nov 2023
PERUMPAMAAN ORANG-ORANG KAFIR

JUMAT, 03 Jumadilawal 1445 H / 17 November 2023 M
 Oleh Rachmat Badani, Lc., M.A.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..

اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللِه فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Bertakwalah kepada Allah ‘azza wa jalla dengan sebenar-benarnya ketakwaan, dengan mengamalkan perintah Allah atas dasar ilmu karena mengharapkan ganjaran pahala dari-Nya, dan meninggalkan seluruh larangan Allah atas dasar ilmu karena takut akan azab-Nya.

Salawat dan salam semoga senantiasa terhaturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya serta kepada setiap pengikutnya yang konsisten menjalankan syariatnya.

Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah…

Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah menerangkan beragam perumpamaan di dalam Al-Qur’an kepada umat manusia agar mereka berpikir dan mengambil pelajaran darinya. Keragaman perumpamaan tersebut juga berfungsi untuk menjelaskan bermacam-macam objek dan maksud perumpamaan. Di antaranya Allah mengangkat perumpamaan untuk menjelaskan hakikat dunia dan akhirat, perumpamaan tentang sesembahan-sesembahan yang disembah selain Allah, perumpamaan tentang keadaan orang-orang beriman, orang-orang munafik, dan orang-orang kafir.

Menjadi baik tentu saja tidak hanya dengan mengetahui kebaikan, namun juga dengan mengetahui keburukan sebagaimana diterangkan oleh sahabat yang mulia Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu ‘anhu. Olehnya, seorang mukmin hendaknya mengetahui ciri-ciri dan keadaan orang beriman serta ciri-ciri dan keadaan orang kafir, salah satunya melalui ayat-ayat perumpamaan yang Allah jelaskan di dalam Kitab-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam QS. Al-Nuur ayat 39-40:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ (39) أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ (40)

Terjemahnya: (39) Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang tandus, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. (40) Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.

Pada ayat ini Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan dua perumpamaan tentang kaum kuffar: Pertama, perumpamaan laksana fatamorgana, dan Kedua, perumpamaan dengan kegelapan yang berlapis-lapis. Hal itu karena orang-orang yang berpaling dari petunjuk dan kebenaran terbagi dua golongan:

Pertama, orang yang menganggap dirinya berada pada suatu kondisi namun setelah kebenaran tersingkap, dia menyadari bahwa kondisinya tidak sebagaimana yang dia sangkakan. Inilah kondisi orang-orang bodoh, pelaku bid’ah, dan pengekor hawa nafsu yang mengira bahwa mereka berada di atas petunjuk dan ilmu, namun tatkala kebenaran tersingkap mereka menyadari bahwa mereka tidak berada di atas petunjuk dan ilmu, sebaliknya keyakinan dan seluruh amalan mereka yang dibangun di atasnya hanyalah fatamorgana semata yang nampak seperti air namun hakikatnya tak ada apa-apa di sana. Demikian pula halnya orang yang beramal tanpa keikhlasan kepada Allah dan tidak sebagaimana perintah-Nya, pelakunya menganggap bahwa amalan itu akan memberinya manfaat padahal sejatinya tidak demikian. Seperti inilah amalan yang difirmankan Allah dalam QS. Al-Furqan ayat 23:

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

Terjemahnya: Dan Kami datangkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.

Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah…

Perhatikanlah bagaimana Allah menjadikan fatamorgana tersebut berada di tanah yang tandus, yaitu tanah yang kosong tidak terdapat padanya bangunan, pepohonan, dan tetumbuhan. Seperti itulah tempat fatamorgana itu yang tidak terdapat sesuatupun padanya, sehingga fatamorgana tersebut tidak memiliki hakikat apapun. Perumpamaan ini sangat sesuai dengan amalan dan hati orang-orang kuffar yang kosong dan tandus dari iman dan petunjuk Allah.

Kemudian perhatikan pula firman Allah: “Orang-orang yang dahaga menganggap fatamorgana itu air.” Yaitu orang yang sangat kehausan dan membutuhkan air akan melihat fatamorgana itu seperti air sehingga dia akan mendatanginya tapi didapatkannya tidak ada sesuatupun di tempat itu, dia tertipu di saat dia sangat membutuhkan air. Demikian pula dengan orang-orang kuffar, tatkala amalan mereka dilakukan bukan dalam rangka ketaatan kepada perintah para Rasul ‘alaihimussalam dan tidak dipersembahkan hanya kepada Allah semata, amalan mereka dijadikan seperti fatamorgana yang dihilangkan dari mereka dalam keadaan mereka sangat membutuhkannya. Orang-orang kuffar tidak akan menemukan amalan mereka, sebaliknya mereka berjumpa dengan Allah ‘Azza wa Jalla untuk membalas amalan keburukan mereka dan menyempurnakan hisab atas mereka.

Di dalam Sahih Bukhari diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudry radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ثُمَّ يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ تُعْرَضُ كَأَنَّهَا سَرَابٌ، فَيُقَالُ لِلْيَهُودِ: مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ؟ قَالُوا: كُنَّا نَعْبُدُ عُزَيْرَ ابْنَ اللَّهِ، فَيُقَالُ: كَذَبْتُمْ، لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَدٌ، فَمَا تُرِيدُونَ؟ قَالُوا: نُرِيدُ أَنْ تَسْقِيَنَا، فَيُقَالُ: اشْرَبُوا، فَيَتَسَاقَطُونَ فِي جَهَنَّمَ، ثُمَّ يُقَالُ لِلنَّصَارَى: مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ؟ فَيَقُولُونَ: كُنَّا نَعْبُدُ المَسِيحَ ابْنَ اللَّهِ، فَيُقَالُ: كَذَبْتُمْ، لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ صَاحِبَةٌ، وَلاَ وَلَدٌ، فَمَا تُرِيدُونَ؟ فَيَقُولُونَ: نُرِيدُ أَنْ تَسْقِيَنَا، فَيُقَالُ: اشْرَبُوا فَيَتَسَاقَطُونَ فِي جَهَنَّمَ.

Artinya: Kemudian didatangkan Neraka Jahannam seperti fatamorgana, maka dikatakan kepada orang Yahudi: “Apa yang dahulu kalian sembah?”, mereka menjawab: “Dahulu kami menyembah ‘Uzair putra Allah”, kemudian dikatakan kepada mereka: “Kalian adalah para pendusta, Allah tidak pernah memiliki istri dan anak, apa yang sekarang kalian inginkan?”, mereka menjawab: “Kami sangat haus ya Rabb, maka berilah kami minum.” Dikatakan kepada mereka: “minumlah”, maka mereka berjatuhan ke dalam Neraka Jahannam. Kemudian dikatakan kepada orang Nashrani: “Apa yang dahulu kalian sembah?”, mereka menjawab: “Dahulu kami menyembah ‘Isa putra Allah”, kemudian dikatakan kepada mereka: “Kalian adalah para pendusta, Allah tidak pernah memiliki istri dan anak, apa yang sekarang kalian inginkan?”, mereka menjawab: “Kami sangat haus ya Rabb, maka berilah kami minum.” Dikatakan kepada mereka: “minumlah”, maka mereka berjatuhan ke dalam Neraka Jahannam.

Inilah keadaan semua pelaku kebatilan, kebatilannya akan mengkhianati dia pada saat dia sangat membutuhkannya, padahal perbuatan kebatilan itu tidaklah memiliki hakikat sebagaimana namanya disebut batil. Olehnya, apabila sebuah keyakinan tidak sesuai dengan ajaran para Rasul, maka segala sesuatu yang berkaitan dengannya pun ikut batil. Apabila tujuan sebuah amalan adalah untuk kebatilan seperti beramal untuk selain Allah ‘Azza wa Jalla atau tidak berdasarkan perintah-Nya, maka amalan itu batil karena tujuannya yang batil sehingga pelakunya pun akan mendapatkan mudharatnya. Dan jika terjadi apa yang sebaliknya dia harapkan, maka amalan dan keyakinannya tidak akan dimilikinya, sehingga dia akan diadzab karena tidak memiliki kebaikan sedikitpun. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” Inilah perumpamaan orang kafir yang tersesat di atas kekufurannya yang mengira bahwa dia berada di atas petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Perumpamaan kedua, tentang orang-orang kafir yaitu seperti orang-orang yang berada di dalam kegelapan yang berlapis-lapis. Yaitu orang-orang yang mengetahui kebenaran dan petunjuk namun mereka lebih mengedepankan gelapnya kebatilan dan kesesatan sehingga kegelapan tabiat buruk, jiwa, dan kejahilan berlapis-lapis karena tidak mengamalkan ilmu mereka, akhirnya mereka menjadi orang-orang yang jahil. Keadaan mereka seperti orang yang berada di lautan dalam yang tak bertepi, sedang dirinya terus diterjang ombak, dan di atasnya ada ombak pula, serta di atasnya lagi awan yang gelap, maka dia berada di dalam kegelapan lautan, kegelapan ombak, dan kegelapan awan. Inilah keadaan orang yang berada di dalam kegelapan demi kegelapan dan Allah tidak mengeluarkannya dari kegelapan itu menuju cahaya keimanan.

Fatamorgana yang dianggap sebagai sumber kehidupan berupa air, dan kegelapan berlapis-lapis yang bertolak belakang dengan cahaya, kedua perumpamaan ini serupa dengan dua perumpamaan yang Allah sebutkan untuk orang munafik dan orang mukmin, yaitu perumpamaan air dan perumpamaan api. Pada kedua perumpamaan itu Allah menyebutkan bahwa orang mukmin dapat mengambil manfaat dari air dan api, berupa kehidupan dan cahaya. Sedangkan orang munafik justru memperoleh kegelapan bukan cahaya, dan kematian bukan kehidupan. Seperti itu keadaan orang-orang kuffar pada kedua perumpamaan yang Allah berikan untuk mereka. Bagian yang mereka dapatkan dari air sebagai sumber kehidupan adalah fatamorgana belaka yang menipu dan tidak memiliki hakikat, serta kegelapan yang berlapis-lapis.    

Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah…

Kedua perumpamaan ini dimaksudkan untuk menjelaskan keadaan seluruh golongan-golongan kuffar apapun bentuk kekufuran mereka. Karena mereka telah meniadakan sumber kehidupan dan cahaya disebabkan penolakan mereka terhadap wahyu, sehingga dua sifat ini sebenarnya Allah berikan untuk satu jenis manusia tersebut. Makna lainnya bahwa kedua sifat ini untuk menjelaskan bentuk dan jenis kekufuran yang dilakukan orang-orang kuffar. Adapun orang yang disifati dengan perumpamaan pertama, maka mereka adalah orang-orang yang beramal tanpa didasari ilmu dan bashirah, justru berdasarkan kejahilan dan prasangka baik terhadap nenek moyang bahwa mereka adalah orang-orang yang telah berbuat kebajikan. Sedangkan orang yang disifati dengan perumpamaan kedua, maka mereka adalah orang-orang yang lebih mencintai kesesatan dibanding petunjuk dan lebih mengedepankan kebatilan daripada kebenaran, mereka buta dari kebenaran setelah mereka melihatnya kemudian membangkang dari kebenaran setelah mengetahuinya. Inilah keadaan orang-orang yang dimurkai oleh Allah, sedangkan kelompok yang pertama adalah keadaan orang-orang yang sesat, dan keduanya merupakan sifat yang menyelisihi keadaan orang-orang yang diberi kenikmatan sebagaimana disebutkan dalam firman Allah QS. Al-Nuur 35-38:

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (35) فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ (36) رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ (37) لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (38)

Terjemahnya: (35) Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (36) Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, (37) laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan salah, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (38) (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.

Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah…

Ayat-ayat ini (Surah Al-Nuur 35-40) mengandung penjelasan tentang tiga jenis manusia; pertama, orang-orang yang diberi kenikmatan yaitu mereka yang memiliki cahaya, kedua, orang-orang sesat yaitu mereka yang tertipu oleh fatamorgana, dan ketiga, orang-orang yang dimurkai yaitu mereka yang berada di dalam kegelapan yang berlapis-lapis.

Maka perumpamaan pertama dari kedua perumpamaan untuk ahlul batil yang amalannya tidak mendatangkan manfaat sedikitpun yaitu mereka yang mengamalkan amalan yang batil dan mereka yang mengamalkan amalan yang tidak bermanfaat atau karena mengimani keyakinan yang batil. Kedua golongan ini menyelisihi petunjuk Allah dan agama yang diturunkan-Nya. Karenanya Allah menggambarkan keadaan golongan kedua yang terus diterjang oleh ombak keragu-raguan, syubuhat, dan ilmu yang tidak benar di dalam hati mereka seperti diterjang oleh ombak lautan yang menggulung berlapis-lapis dan di atasnya pula ada awan yang gelap. Seperti itulah ombak keragu-raguan dan syubuhat di dalam hati mereka yang gelap berlapis-lapis lagi tertutup oleh awan kesesatan, hawa nafsu, dan kebatilan. Olehnya, seorang yang berakal seharusnya dapat mentadabburi keadaan dua golongan tersebut dan membandingkannya dengan perumpamaan yang Allah sebutkan untuk mereka, siapa yang melakukannya niscaya akan mengetahui keagungan dan kemuliaan Al-Quran yang merupakan Kitab yang diturunkan oleh Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengabarkan balasan bagi kedua golongan tersebut, bahwa mereka tidak akan mendapatkan cahaya, dan dibiarkan berada di dalam kegelapan tempat mereka diciptakan. Allah tidak mengeluarkan mereka dari tempat itu menuju cahaya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala hanyalah pelindung bagi orang-orang beriman, dan Dia menuntun mereka dari kegelapan menuju cahaya. Diriwayatkan di dalam Musnad Imam Ahmad dari hadis ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ خَلْقَهُ فِي ظُلْمَةٍ، ثُمَّ أَلْقَى عَلَيْهِمْ مِنْ نُورِهِ يَوْمَئِذٍ، فَمَنْ أَصَابَهُ مِنْ نُورِهِ يَوْمَئِذٍ، اهْتَدَى، وَمَنْ أَخْطَأَهُ، ضَلَّ.

Artinya: Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan makhluk-Nya dalam keadaan gelap gulita, kemudian pada hari itu juga Dia memberikan cahaya-Nya. Maka siapa yang mengenai cahaya itu niscaya dia akan mendapatkan petunjuk, dan siapa yang tidak mengenai cahaya itu niscaya dia akan tersesat.

Hadis ini menjelaskan bahwa Allah menciptakan makhluk-Nya dalam keadaan gelap gulita, kemudian siapa saja yang ingin diberikan petunjuk maka Dia akan memberikannya cahaya pada hari itu yang dengannya hati dan ruhnya hidup sebagaimana tubuhnya hidup tatkala ruhnya ditiupkan. Maka terdapat dua jenis kehidupan yaitu hidupnya badan dengan ruh dan hidupnya ruh dan hati dengan cahaya. Olehnya, Allah menamakan wahyu-Nya sebagai ruh karena kehidupan yang hakiki hanya didapatkan darinya, Allah berfirman dalam QS. Al-Nahl ayat 2:

يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنْذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُون

Terjemahnya: Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.”

Allah juga berfirman dalam QS. Ghafir ayat 15:

رَفِيعُ ٱلدَّرَجَٰتِ ذُو ٱلۡعَرۡشِ يُلۡقِي ٱلرُّوحَ مِنۡ أَمۡرِهِۦ عَلَىٰ مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ لِيُنذِرَ يَوۡمَ ٱلتَّلَاقِ  ١٥

Terjemahnya: (Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai 'Arsy, Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat).

Jamaah sekalian, perhatikanlah pada ayat-ayat tersebut Allah menjadikan wahyu-Nya sebagai ruh dan cahaya, maka barangsiapa yang tidak hidup dengan ruh ini maka dia sejatinya telah mati, dan barangsiapa yang tidak mendapatkan cahaya ini maka dia berada di dalam kegelapan yang berlapis-lapis tanpa cahaya sedikitpun

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ

فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا االلهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

 

Jamaah Jumat yang berbahagia…

Pada khutbah kedua yang singkat ini, izinkan kami untuk mengingatkan diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian untuk memperbanyak dua buah ibadah kepada Allah. Pertama, Mari memperbanyak doa kita kepada Allah, secara khusus untuk keselamatan saudara-saudara kita di Palestina. Karena telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa pada hari jumat terdapat satu waktu yang singkat, tidaklah seorang muslim memanjatkan doa kepada Allah pada waktu tersebut melainkan doanya pasti akan diijabah. Kedua, mari memperbanyak salawat dan salam kita kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah:

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
 اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
 اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ المُسْلِمِيْنَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعدَاءَ الدِّيْنَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُستَضْعَفِيْنَ فِي غَزَّة، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ
 اَللَّهُمَّ أَيِّدْهُمْ بِتَأْيِيْدِكَ، وَاحْفَظْهُمْ بِحِفْظِكَ، يَا قَوِيُّ يَا عَزِيزٌ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً  إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Download PDFnya di https://bit.ly/PerumpamaanOrangKafir

Baca Juga