Sudah terlalu sering kita dikagetkan dengan berita kematian seseorang, baik dari orang-orang yang kita kenal, maupun dari orang yang tidak kita kenal langsung, orang-orang yang akrab dengan kita, maupun dengan orang-orang yang mungkin kenalan jauh saja. Kabar kematian itu kadang datang membawa "rasa tidak percaya". Bukan kita tak meyakini perkara takdir, namun kematian itu datang tiba-tiba. Baru bertemu pagi harinya, kabar kematian telah datang di sore harinya. Belum lagi usia yang masih muda atau tiada tanda-tanda sakit padanya.
Benarlah apa yang difirmankan Allah dalam kitab-Nya yang mulia, "Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS. Al-A'raf : 34)
Tak kenal usia, tak kenal tahta, tak kenal sehat atau sakit. Jika waktu kematian telah datang, maka ia pun pasti mendatangi mereka yang telah sampai waktunya. Sudah menjadi ketetapan-Nya bahwa kita, manusia ini, akan menjemput maut. Tak seorang pun dapat mangkir dari ketetapan Allah. Sebab ajal adalah pembatas bagi manusia untuk menuju tahap kehidupan akhirat. Allah berfirman berfirman dalam Al Quran:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya. (QS. Ali 'Imran : 185)
Tak seorang pun yang bernyawa dapat lari dari kematian. Entah dia berada pada tempat terbuka di kolong bumi ataupun di lokasi tersembunyi tak terlihat siapa-siapa. Tiada peduli pula pada belahan bumi mana ia berpijak, timur, barat, utara, maupun selatan. Kematian pasti akan menjemputnya. Allah Ta’ala telah berfirman,
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jumu'ah : 8)
Dan Allah juga berfirman "Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh." (QS. An-Nisa' : 78)
Kematian manusia sudah Allah Subhanahu wata'ala tetapkan atas setiap hamba-Nya sejak awal penciptaan. Hal itu merupakan ketetapan dari sang Pencipta atas makhluk-Nya. Allah Ta’ala menyebutkan dalam kitab-Nya yang mulia, "Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal." (QS. Luqman : 34)
Ketetapan itu menjadi rahasia di sisi-Nya. Tersimpan dengan baik untuk menjadi motivasi bagi seorang hamba untuk memperbaiki amalan di akhir-akhir hidupnya. Sehingga melakukan ibadah terbaik di sisa hari-harinya.
Oleh karena kematian adalah rahasia ilahi, maka tak seorang pun dari kita yang tahu dimana akan meninggal. Boleh jadi kita meninggal di atas kasur peristirahatan atau mungkin di medan jihad dengan penuh keberkahan. Namun boleh jadi kita meninggal di tempat maksiat sehingga tersisa cerita buruk di akhir hidup kita.
Begitu pula, tak seorang pun yang tahu kapan akan meninggal. Boleh jadi tahun depan atau bulan depan. Namun tak menutup kemungkinan kematian datang hari ini bahkan detik ini juga. Olehnya kita melihat saudara-saudara kita meninggal di usia tua. Ada pula di usia muda dan tak jarang meninggal di usia masih hitungan jam sejak lahir di dunia. Mereka masih bersama kita tahun lalu namun telah pergi. Bahkan ada yang masih bersama dengan kita dalam majelis taklim semalam, dan telah mendahului kita hari ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan”. Kemudian para shahabat bertanya. “Wahai Rasulullah apakah itu pemutus kelezatan?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kematian” (HR. Al Baihaqi)
Setelah menyadari semua hal itu, bahwa kematian adalah rahasia yang tak seorang pun tahu kapan dan dimana kita akan menemuinya. Maka sepantasnya kita kembali kepada Allah dengan melepaskan maksiat dan berikrar untuk tidak melakukannya lagi, serta memohon ampun atas setiap salah yang kita lakukan. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan bersegeralah menuju ampunan dari Rabb kalian dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang telah dipersiapkan (oleh Allah) bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Ali Imran : 133)