JUMAT, 27 RAMADAN 1443 H / 29 APRIL 2022 M
Oleh : Muhammad Ode Wahyu, S.H., S.Pd.I.
Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُ..
اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
أيها الناس رحمكم الله
Jamaah Jumat yang berbahagia yang dimuliakan oleh Allah.
Tanpa terasa kita sudah memasuki hari-hari terakhir dari bulan Ramadhan. Hari ini, tepatnya tanggal 27 ramadhan, memberi pesan kepada kita bahwa Ramadhan hanya tinggal 2 atau tiga hari saja. Sebagian kaum muslimin mulai berbondong-bondong pergi ke pusat perbelanjaan mencari pakaian baru yang akan dipakai pada saat lebaran. Sebagian yang lain, fokus melaksanakan I’tikaf, memanfaatkan hari-hari terakhir ini dengan ibadah, rasa sedih begitu besar dalam hati-hati mereka karena harus berpisah dengan bulan yang mulia ini. Di sisi lain, mereka juga diselimuti rasa bahagia karena hari raya akan segera tiba.
Jama’ah jum’at rahimakumullah.
Keberadaan kita pada hari-hari terakhir ini harusnya juga bisa menjadikan kita melakukan muhasabah terhadap diri kita, mengintropeksi amalan-amalan selama 26 hari melaksanakan ibadah puasa. “Sudahkah kita meraih ketakwaaan yang menjadi tujuan dilaksanakannya puasa pada bulan Ramadhan?.”
Pertanyaan yang patut untuk kita kembalikan pada diri kita masing-masing.
Jika jawabannya adalah “Ya”, maka kita bersyukur kepada Allah. Namun jika “tidak”, maka sepantasnya kita memperbanyak istighfar kepada Allah sembari memperbaiki sisa-sisa Ramadhan yang ada, semoga Allah tidak memasukkan kita dalam doa malaikat Jibril yang diaminkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ أَدْرَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ، قُلْ: آمِينَ، فَقُلْتُ: آمِين
“Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan, dan (dengan datangnya Ramadhan itu) ia tidak menadapatkan ampunan maka ia masuk neraka dan Allah akan menjauhkannya. Katakanlah “Aamiin”. Maka aku (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam) mengucapkan Aamiin.” (HR. Ibnu Hibban)
Hadits ini memberikan pesan ancaman, yaitu bahwa seseorang tidak memanfaatkan bulan ramdhan dengan kesungguhan ibadah, istighfar, ataupun taubat kepada Allah, niscaya ia akan mendapatkan kesengsaraan pada hari kiamat, wal’iyadzubillah.
Jama’ah jum’at yang berbahagia.
Sesungguhnya penentuan amalan-amalan adalah pada akhir-akhirnya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Sesungguhnya penentuan amalan-amalan adalah pada akhir-akhirnya.” (HR. Ibnu Hibban)
Ibadah puasa ramadhan yang kita lakukan selama sebulan juga demikian. Penentuannya juga pada akhir-akhirnya. Karena itu, diakhir-akhir Ramadhan ini kita tidak boleh lengah, tidak boleh mengendorkan semangat ibadah kepada Allah dan tidak boleh fokus dengan kehiudpan-kehidupan dunia saja lalu melalaikan sisa-sisa Ramadhan yang ada.
Itulah hikmah Lailatul Qadr diletakkan pada 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan dan dijadikannya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam lupa terhadap waktu datangnya pada 10 malam terakhir. Kita diperintahkan oleh beliau untuk mencari keutamaannya pada 10 malam terakhir dan bersungguh-sungguh melakukan ibadah padanya, sebab inilah malam-malam penentuan dari ibadah yang kita lakukan selama sebulan penuh.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:
التَمِسُوهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ القَدْرِ
“Carilah lailatul Qadr pada 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Dalam Riwayat lainnya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersadba:
التَمِسُوهَا فِي السَّبْعِ وَالتِّسْعِ وَالخَمْسِ
“Carilah pada malam ke 27, 29 dan 25.” (HR. Bukhari)
Penentuan waktu yang disembunyikan ini adalah agar kita bersungguh-sungguh melaksanakan ibadah pada 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan dan tidak fokus pada satu malam saja, sebab seorang yang terhalangi dari keutamannya maka sungguh ia telah terhalangi dari kutamaan yang besar. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersadba:
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا، فَقَدْ حُرِمَ
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh dengan keberkahan. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk melakukan ibadah puasa di dalamnya. Pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka Jahim ditutup saat keberadaanya. Setan-setan dibelenggu dan padanya terdapat Lailatul Qadr. Barangsiapa yang terhalangi dari mendapatkan kebaikannya, maka suugguh ia telah diharamkan.” (HR. Ibnu Hibban)
Terkait lailatul Qadr sendiri, para ulama berbeda pendapat tentang kapan malam itu terjadi. Namun, Sebagian ulama berpendapat bahwa ia terjadi pada malam yang berbeada-beda setiap tahunnya, sesuai dengan kehendak yang Allah inginkan.
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: "Yang masyhur dalam madzhab kami (madzhab Syafi'i) bahwa Lailatul Qadr hanya ada pada 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan. Ia berada pada satu malam tertentu dan tidak berubah. Setiap tahun akan terjadi pada malam tersebut.
Namun pendapat yang kami pilih adalah bahwa Lailatul Qadr itu berubah-ubah waktunya. Jika pada satu tahun terjadi pada satu malam tertentu, maka pada tahun lainnya akan terjadi padi malam lainnya. Akan tetapi, perubahan itu hanya terjadi pada 10 malam terakhir. Pendapat ini (kami pilih setelah) mengumpulkan hadits-hadits sahih yang berbeda-beda tentangnya.
Diantara yang berpendapat seperti itu dari imam-imam madzhab kami (madzhab Syafi’i) adalah imam Abu Ibrahim Isma'il Bin Yahya al-Muzani rahimahullah dan sahabatnya yaitu Imamnya para imam Abu Bakar Muhammad bin Ishak bin Khuzaimah rahimahullah. Wallahu a'lam. (Fatawa an-Nawawi: 114)
Jama’ah jum’at yang dimuliakan Allah.
Tentu saja kita semua ingin mendapatkan kemuliaan dari Allah. Kita semua ingin mendapatkan keberkahan dari Allah. Maka sekali lagi, mari kita muhasabah di penghujung bulan yang mulia ini?
Tentang al-Qur’an misalnya, apakah kita sudah menjadikan al-Qur’an benar-benar sesuai fungsinya?
Sebagian kita hanya memfokuskan diri dengan membaca al-Qur’an pada bulan ramadhan. Tujuannya adalah mengkhatamkan al-Qur’an itu beberapa kali pada bulan Ramadhan. Itu adalah satu amalan baik tentunya. Hanya saja, Sebagian kaum muslimin hanya fokus pada bacaan itu saja, namun tidak sampai pada upaya mencoba memahami pesan-pesan yang terkandung di dalamnya guna bisa memahami syariat-syriat yang Allah tetapkan di dalamnya dan juga alasan dari Allah agar kita bisa menerimanya dengan sepenuh hati.
Akhirnya, betapa banyak orang-orang yang mengkhatamkan al-Qur’an itu beberapa kali dalam sebulan, namun ketika disebut syariat-syariat Allah yang ada di dalam al-Qur’an itu sontak mereka marah dan menjadi orang-orang yang menentangnya?
Sebutlah syariat wajibnya menutup diri dengan hijab, syariat bolehnya seorang laki-laki menikah lebih dari seorang wanita, syariat potong tangan bagi seorang pencuri dan syariat-syariat lainnya. Kita biasa mendapati mereka-mereka yang menentang terhadap syariat-syariat ini adalah mereka yang juga biasa membaca al-Qur’an.
Bukankah ini satu tanda adanya kesalahan kita terhadap al-Qur’an?
Allah Azza wajalla berfirman:
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
Allah Azza wajalla menjadikan fungsi kalamNya yang mulia sebagai petunjuk. Ketika Allah Azza wajalla mengaitkannya dengan bulan Ramadhan sebagai bulan diturukannya al-Qur’an itu, ini memberi syarat bahwa setiap muslim harus benar-benar mengembalikan fungsinya sebagai petunjuk. Dan bulan Ramadhan adalah waktu untuk kita berubah. Berubah untuk menjadi muslim dengan pribadi-pribadi yang siap diatur oleh Allah Azza wajalla, bukan menjadi seorang yang mengaku muslim namun menerima sebagian syariat dan ingkar terhadap syariat lainnya.
Itulah mengapa pada ayat lainnya, Allah Azza wajalla menyebutkan bahwa al-Qur’an merupkan kitab yang menjadi petunjuk bagi orang-orang yan bertakwa.
Allah Azza wajalla berfirman:
ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 2)
Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Kaitannya dengan bulan Ramadhan ini adalah perintah Allah agar kita melakukan ibadah puasa sebulan penuh guna menjadi orang-orang yang bertakwa. Demikian pula Ketika Allah Azza wajalla menyebutkan fungsi ditrunkannnya al-Qur’an pada bulan Ramadhan yaitu agar menjadi petunjuk.
Ini artinya, momen Ramadhan harus menjadi momen terbaik untuk mengembalikan fungsi al-Qur’an yaitu sebagai petunjuk, sebagai hukum, sebagai syariat, sebagai aturan-aturan dalam hidup seorang muslim. Sebab semua aturan dan semua syariat itu merupakan petunjuk yang baik dari Allah Azza wajalla. Jika seseorang telah dengan sepenuh hati tunduk pada al-Qur’an, maka ia telah meraih salah satu ciri ketakwaan yaitu menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk.
Sebaliknya, mereka yang menentang dan menolak syariat-syariat Allah di dalam al-Qur’an, maka tidak dikatakan bertakwa sampai mereka menerima syariat-syariat itu, walau mereka mengkhatamkannya beberapa kali dalam bulan Ramadhan.
Allah Azza wajalla berfirman:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤۡمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيۡنَهُمۡ ثُمَّ لَا يَجِدُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَرَجٗا مِّمَّا قَضَيۡتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسۡلِيمٗا
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa: 65)
Oleh karena itulah imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata:
فَلَوْ عَلِمَ النَّاسُ مَا فِي قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ لَاشْتَغَلُوْا بِهَا عَنْ كُلِّ مَا سِوَاهَا فَإِذَا قَرَأَهُ بِتَفَكُّرِ حَتَّى مَرَّ بِآيَةٍ وَهُوَ مُحْتَاجًا إِلَيْهَا فِي شِفَاءِ قَلْبِهِ كَرَّرَهَا وَلَوْ مِائَةَ مَرَّةٍ وَلَو لَيْلَة فَقِرَاءَةُ آيَةٍ بِتَفَكُّرِ وَتَفَهُّمِ خَيْرٌ مِنْ قِرَاءَةِ خَتْمَةٍ بِغَيْرِ تَدَبُّرِ وَتَفَهُّمِ وَأَنْفَعُ لِلْقَلْبِ وَأَدْعَى اِلَى حُصُولِ الِايْمَانِ وَذَوْقِ حَلَاوَةِ الْقُرْآنِ وَهَذِه كَانَت عَادَةَ السّلف
“Sekiranya manusia mengetahui apa yag terdapat pada bacaan al-Qur’an dengan cara tadabbur (merenugi kandungannya), niscaya mereka akan menyibukkan dirinya dengan cara bacaan seperti itu dari selainnya. Sehingga, jika ia membaca al-Qur’an itu dengan cara itu lalu lewat pada satu ayat, sementara ia butuh padanya untuk menyembuhkan jiwanya, maka ia akan mengulang-ulanginya walau diulangi sebanyak seratus kali, atau satu malam penuh lamanya. Sebab membaca satu ayat al-Qur’an dengan upaya memaikirkan dan merenungi kandungan pesan-pesan yang terdapat di dalamnya itu lebih baik daripada membaca al-Qur’an dengan mengkhatamkannya tanpa upaya memahami kandungan dan pesan-pesan yang terdapat di dalamnya. Sebab membaca al-Qur’an dengan memikirkan kandungan pesan-pesannya adalah cara yang lebih bermanfaat untuk jiwa, mengantarkan seseorang pada keimanan dan merasakan manisnya membaca al-Qur’an. Inilah kebiasan para salaf ash-Sholih dalam membaca al-Qur’an. (Miftah Daar as-Sa’adah:187)
Semoga kita semua bisa meraih ketakwaaan di bulan Ramadhan ini dan menjadi orang-orang yang bisa mendapatkan petunjuk dengan al-Qur’an.
بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فَي القُرْآنَ العَظِيْمِ, وَنَفَعْنِيْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ, قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ
Jamaah Jumat yang berbahagia yang dimuliakan oleh Allah.
Di penghujung Ramadan ini, marilah kita memperbanyak istighfar dan memohon ampun kepada Allah, atas segala kekurangan kita dalam menjalankan ketaatan di bulan yang mulia ini. Demikianlah perintah Allah dalam firman-Nya:
وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنٗاۚ وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٖ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيۡرٗا وَأَعۡظَمَ أَجۡرٗاۚ وَٱسۡتَغۡفِرُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمُۢ
Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS. Al-Muzzammil ayat 20)
Pada akhirnya, semoga takwa menjadi muara dari setiap ketaatan yang telah kita torehkan di bulan yang berberkah ini, Aamiin...
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَآىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّ یَـٰأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِیمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ ، يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
/Download PDF Naskah Khutbah Jumat di https://bit.ly/MuhasabahSenjaRamadhan