MENJAGA KETURUNAN DAN MARWAH SYARIAT

Naskah Khutbah
Asdar
15 May 2025
MENJAGA KETURUNAN DAN MARWAH SYARIAT

JUMAT, 18 Zulkaidah 1446 H / 16 Mei 2025 M
 Oleh Rachmat Badani, Lc., M.A.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Hadirin sekalian, marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kita nikmat iman, kesehatan, dan kesempatan untuk kembali bertemu dalam ibadah yang mulia ini. Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan sebenar-benar takwa, yaitu melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan, kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Salawat dan salam semoga senantiasa terhaturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya serta kepada setiap pengikutnya yang konsisten menjalankan syariatnya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Di tengah derasnya arus globalisasi dan kebijakan publik yang terus berubah, kita sebagai umat Islam harus senantiasa berpegang teguh pada prinsip-prinsip Syariat yang suci. Karena keselamatan seorang manusia di dunia sebelum akhirat hanya dengan ittiba’ kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta‘ala berfirman:

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِّنَ ٱلْأَمْرِ فَٱتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَ ٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Terjemahnya: Kemudian Kami jadikan kamu (wahai Muhammad) berada di atas suatu syariat dari urusan (agama), maka ikutilah ia dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (QS. Al-Jatsiyah/ 45:18).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ، لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

Artinya: Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya: Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya. (HR. Malik no. 678).

Ayat dan hadis ini menegaskan bahwa Allah telah meletakkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas jalan syariat, yakni Islam yang sempurna. Perintah "فَٱتَّبِعْهَا" (maka ikutilah) menunjukkan kewajiban untuk konsisten dalam menjalankan syariat. Sedangkan larangan "وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَ ٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ" (dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui) menjadi peringatan untuk tidak mengikuti kebijakan, pendapat, atau gaya hidup yang bertentangan dengan Syariat, meskipun tampak logis atau modern.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Saat ini, kita dikejutkan dengan usulan kebijakan di Jawa Barat, yang mengaitkan vasektomi untuk pria sebagai syarat menerima bantuan sosial (bansos). Ini adalah perkara yang sangat serius, karena menyangkut hak dasar manusia, dan lebih dari itu, menyangkut hukum Syariat dalam agama kita.

Vasektomi adalah tindakan medis yang memutus saluran sperma agar tidak bisa lagi menghasilkan keturunan. Dalam pandangan Islam, tujuan menjaga keturunan adalah bagian dari maqashid al-syariah atau tujuan utama dari syariat yang lima yaitu: menjaga agama, jiwa, akal, kehormatan/keturunan, dan harta.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ، فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ

Artinya: Nikahilah wanita yang penyayang dan subur, karena aku akan berbangga dengan jumlah kalian di hadapan umat-umat lain.” (HR. Abu Dawud, no. 2050).

Hadis ini menunjukkan bahwa memiliki keturunan adalah bagian dari nilai kebanggaan dan kekuatan umat. Islam tidak hanya mendorong pernikahan, tetapi juga keberlangsungan generasi yang kuat secara kuantitas dan kualitas.

Di sisi lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menekankan agar umat tidak menghalangi datangnya keturunan tanpa sebab. Dalam satu hadis sahih, disebutkan ketika para sahabat menyebutkan praktik ‘azl (ejakulasi di luar rahim) sebagai metode membatasi kelahiran, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ نَسَمَةٍ كَائِنَةٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ إِلاَّ وَهِيَ كَائِنَةٌ

Artinya: Tidak ada satu jiwa pun yang Allah telah takdirkan akan lahir sampai hari kiamat, kecuali ia pasti akan lahir. (Muttafaq ‘Alaihi)

Ini menunjukkan bahwa usaha manusia untuk memutus keturunan tidak akan mengubah takdir Allah, namun perbuatan itu tetap bisa bernilai dosa jika bertentangan dengan syariat. Maka dari itu, mematikan potensi keturunan secara permanen tanpa sebab syar'i termasuk pelanggaran terhadap nilai-nilai Islam. MUI (Majelis Ulama Indonesia) sendiri telah menyatakan bahwa vasektomi hukumnya haram jika menyebabkan kemandulan permanen, kecuali dalam keadaan darurat medis yang dibenarkan syariat.

Lantas, bagaimana mungkin syariat yang melarang hal itu, kini ingin dijadikan sebagai syarat untuk mendapatkan hak dasar berupa bantuan sosial? Apakah kemiskinan menjadi alasan untuk memaksa umat Islam meninggalkan ajaran agamanya? Bukankah Allah telah mencela kaum Jahiliyyah yang membunuh anak-anak mereka sendiri karena takut akan kemiskinan? Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَـٰدَكُمۡ خَشۡيَةَ إِمۡلَـٰقۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُهُمۡ وَإِيَّاكُمۡۚ إِنَّ قَتۡلَهُمۡ كَانَ خِطۡـٔا كَبِيرا

Terjemahnya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami-lah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka itu sungguh suatu dosa besar. (QS. Al-Isrā’/ 17:31).

Apakah umat Islam rela mengikuti kebijakan yang menyamakan keturunan dengan beban, dan memotong jalannya secara permanen? Kebijakan yang menuntut laki-laki miskin untuk menjalani vasektomi demi mendapatkan bansos adalah bentuk modern dari kekhawatiran jahiliyah, hanya saja dikemas dalam narasi “pengendalian penduduk” dan “efisiensi anggaran”. Inilah hal yang paling dikhawatirkan apabila para pemimpin negeri umat Islam justru jauh dari nilai-nilai Syariat, sehingga kebijakan yang dikeluarkan bukannya mendatangkan maslahat bagi kebanyakan masyarakat justru hanya memberikan mudarat bagi mereka, dan mudarat terbesar bagi kaum muslimin adalah ketika mereka jauh dari Syariat Allah.

Oleh karena itu, menolak vasektomi sebagai syarat bansos bukan hanya soal hak tubuh, tapi juga bentuk pembelaan terhadap maqāṣid al-syarī‘ah dan kehormatan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Inilah saatnya kita menyadari bahwa umat Islam tidak boleh diam terhadap kebijakan yang menyimpang dari syariat, apalagi jika itu menyasar masyarakat kecil yang sedang kesulitan. Kita harus bersuara dengan ilmu, hikmah, dan bijaksana.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Bagaimana menyikapi hal ini? Ujian ini adalah bagian dari fitnah zaman, di mana parameter kebijakan lebih ditimbang dengan neraca statistik dan keuntungan ekonomi, daripada ditimbang dengan nilai-nilai wahyu dan syariat. Ketika manusia lebih memilih angka-angka pertumbuhan ekonomi daripada ketaatan kepada Allah, maka yang lahir bukan kemajuan, melainkan kehancuran moral yang tersembunyi. Ketika tubuh umat diintervensi, akidah umatlah yang dipertaruhkan.

Ingatlah, kemuliaan dan kejayaan umat ini tidak terletak pada banyaknya harta, program bantuan, atau keberhasilan menekan angka kelahiran, tetapi pada ketaatan kepada Allah dan pengamalan syariat-Nya. Allah Ta’ala telah menjanjikan bahwa ketakwaan adalah jalan keluar dari semua kesempitan:

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Terjemahnya: Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. (QS. At-Thalaq/ 65:2–3).

Ayat ini seharusnya menjadi pegangan hidup bagi setiap individu dan pemerintah yang beriman, bahwa masalah kemiskinan, kepadatan penduduk, dan krisis sosial bukan diselesaikan dengan menghapuskan potensi hidup, tetapi dengan menguatkan ketakwaan, memperbaiki distribusi kekayaan, dan membuka akses pendidikan serta ekonomi yang halal dan berkeadilan.

Maka solusinya bukanlah dengan memandulkan umat, bukan dengan membungkam potensi generasi, tetapi dengan memberdayakan umat dengan ilmu, memperkuat akidah mereka dengan iman, dan membuka lapangan usaha yang halal dan berkah, bukan sekadar membagikan bantuan sambil mengorbankan prinsip-prinsip Syariat.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Mari coba melihat betapa banyak negeri yang kecil jumlah penduduknya namun penuh keberkahan, karena warganya hidup dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Dan betapa banyak negeri yang padat penduduk, penuh sumber daya, namun tak henti dilanda musibah, kezaliman, dan kekeringan keberkahan, karena tidak ada ketakwaan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰ آمَنُوا وَٱتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰت مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا كَانُوا يَكۡسِبُونَ

Terjemahnya: Dan sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A‘rāf/ 7:96).

Ayat ini menunjukkan bahwa keberkahan hidup, kemakmuran, dan kesejahteraan yang hakiki bersumber dari keimanan dan ketakwaan, bukan dari intervensi paksa terhadap tubuh manusia, bukan pula dari strategi ekonomi jangka pendek yang melanggar nilai-nilai Syariat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

Artinya: Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana burung: pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang. (HR. Ahmad no. 205).

Hadis ini mengajarkan bahwa usaha adalah kewajiban, tetapi hasilnya diserahkan kepada Allah. Seekor burung saja, yang tidak memiliki tabungan, perencanaan, atau anggaran strategis, tetapi karena bertawakal, Allah jamin rezekinya. Maka bagaimana dengan manusia yang diberi akal, wahyu, dan perintah untuk bertakwa?

Iman, takwa, dan tawakal bukanlah retorika religius, melainkan kunci nyata yang Allah letakkan untuk membuka keberkahan dunia. Sebaliknya, kekufuran, kedustaan terhadap wahyu, dan penyimpangan dari Syariat justru menjadi sebab datangnya bencana sosial, meskipun dihiasi jargon pembangunan dan program pengendalian angka.

Tugas pemerintah adalah membina, bukan memaksa. Mendidik, bukan menekan. Memberi solusi, bukan memaksa syarat. Dalam Islam, kekuasaan bukanlah alat untuk menundukkan rakyat dengan paksaan, tapi amanah besar untuk mengantarkan umat kepada kehidupan yang diridhai Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Artinya: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. (Muttafaq ‘Alaihi).

Pemerintah yang bijak adalah yang membina masyarakatnya dengan hikmah dan kasih sayang, bukan dengan ancaman dan tekanan. Bila suatu kebijakan lahir bukan dari nilai-nilai wahyu, bukan dari panduan Syariat, melainkan dari kecemasan statistik dan obsesi mengendalikan rakyat secara teknokratis, maka kebijakan itu hanya akan menciptakan lingkaran masalah tanpa ujung. Masalah sosial tidak selesai, tapi bertambah karena mengobati gejala tapi membiarkan akar penyakit yaitu jauhnya manusia dari iman dan ilmu.

Ingatlah, tidak akan baik urusan umat ini kecuali dengan apa yang membuat baik generasi awal umat ini. Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata:

إِنَّ اللهَ لاَ يُصْلِحُ عَمَلَ آخِرِ هَذِهِ الأُمَّةِ إِلاَّ بِمَا صَلَحَ بِهِ أَوَّلُهَا

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan memperbaiki umat akhir zaman ini kecuali dengan sesuatu yang telah memperbaiki generasi awalnya.

Artinya, solusi terbaik bukanlah model intervensi yang melanggar fitrah manusia dan kehendak Syariat, tetapi dengan menghidupkan kembali pendidikan iman, tanggung jawab keluarga, dan semangat bekerja yang halal.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


 

 

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، فَإِنَّهَا زَادُ المُتَّقِينَ وَعُدَّةُ الصَّالِحِينَ.

 

 

Kaum muslimin yang berbahagia!

Pada khutbah kedua ini, izinkan kami untuk mengingatkan diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian untuk memperbanyak dua buah ibadah kepada Allah pada hari jum’at. Pertama, mari memperbanyak doa kita kepada Allah, secara khusus untuk keselamatan saudara-saudara kita di Palestina. Karena telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa pada hari jumat terdapat satu waktu yang singkat, tidaklah seorang muslim memanjatkan doa kepada Allah pada waktu tersebut melainkan doanya pasti akan diijabah. Kedua, mari memperbanyak salawat dan salam kita kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah:.

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


Download PDFnya di https://bit.ly/MenjagaKeturunanDanMarwahSyariat

Baca Juga