MERAJUT KELUARGA TANGGUH

Naskah Khutbah
Asdar
20 Jun 2024
MERAJUT KELUARGA TANGGUH

JUMAT, 14 Zulhijah 1445 H / 21 Juni 2024 M
 Oleh Dr. Muhammad Harsya Bachtiar, Lc., M.A.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..

اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللِه فَقَدْ فَازَ المتَّقُوْنَ

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Baru saja beberapa hari lalu kita merayakan salah satu hari raya mulia dalam Islam yaitu hari raya Idul Adha 1445H. Setiap kali Idul Adha tiba memori kita selalu memutar kembali kisah pengorbanan ribuan tahun lalu Nabiyullah Ibrahim alaihi salam. Kala itu Ibrahim alaihi salam sebagai seorang ayah diuji dengan ujian yang berat. Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih anaknya yang terkasih Ismail alaihi salam. Perintah itu adalah ujian kecintaan, adakah Ibrahim lebih mencintai anaknya dibandingkan Rabbnya Allah ta’ala. Tak disangka, Ibrahim alaihi salam rela mengorbankan cintanya kepada anaknya demi meraih cinta Rabbnya.

Pun demikian sang anak Ismail alaihi salam ternyata juga rela mengorbankan dirinya demi menggapai derajat kesabaran dan kesalihan di sisi Rabb-nya. Ismail berkata kepada ayahnya:

يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

Terjemahnya: “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar.” (QS. As-Shaffat/ 37:102).

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah.

Pengorbanan ayah dan anak ini semakin sempurna dengan ketabahan ibunda Shalihah ibunda Hajar yang merupakan ibunda bagi Ismail sekaligus istri bagi suaminya Ibrahim. Kala itu ibunda Hajar tidak menghalangi sedikit pun ketegaran suaminya dalam melaksanakan perintah Allah meski itu artinya ia harus rela kehilangan anak yang sangat ia cintai.

Ketabahan ibunda Hajar bahkan telah teruji sebelumnya tatkala ia ditinggal oleh suaminya Ibrahim sebatang kara bersama bayi kecilnya (Ismail) di lembah yang tandus tak berpenghuni. Tatkala Ibrahim mengatakan bahwa ini adalah perintah Allah, dengan tegar Ibunda Hajar mengatakan:

إذاً لَنْ يُضَيِّعَنَا

Artinya: “Kalau begitu, pasti Allah tidak akan menyia-nyiakan kita”.

Ketabahan itulah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya kota peradaban dan pusat keimanan Mekkah Al-Mukarramah, dengan Kakbah sebagai simbol dan pusat peradabannya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah.

Kisah keluarga Ibrahim adalah contoh bagi setiap keluarga yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ

Terjemahnya: “Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya” )QS.Al-Mumtahanah/ 60:4(.

Keteladanan keluarga Ibrahim bagaikan telaga air di tengah tandusnya banyak kehidupan rumah tangga saat ini. Ya..saat ini kita kehilangan contoh dan role mode dalam membangun mahligai rumah tangga yang sejati. Kita tersentak sekaligus miris melihat banyaknya akhir-akhir ini bahtera rumah tangga yang pecah dan karam di tengah lautan samudra kehidupan. Allahul Mustaan.

Sebagai contoh nyata, baru saja kita mendengar dan melihat berita viral akan seorang istri yang tega membakar hidup-hidup suaminya sekaligus ayah bagi anak-anak kecilnya. Setelah ditelusuri ternyata puncak kemarahan sang istri berasal dari tingkah laku suaminya yang menghabiskan uang gajinya untuk bermain judi online padahal di saat yang bersamaan istri sangat membutuhkan nafkah tersebut guna menghidupi dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya yang masih balita. Wallahul musta’an.

Perbuatan sang istri tentu saja tidak patut untuk dibenarkan namun semua itu mungkin saja tidak akan pernah terjadi apabila sang suami bertakwa kepada Allah dan tidak menghabiskan hartanya di jalan yang dimurkai oleh Allah. Nasi telah menjadi bubur, rumah tangga hancur berantakan dan yang menjadi korban adalah anak-anak yang tidak berdosa. Wallahul musta’an.

Belum lagi maraknya kasus perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang silih berganti muncul di beranda media sosial kita. Semua ini membuat kita termenung adakah rumah tangga saat ini bukan lagi tempat terbaik untuk melepaskan butir-butir cinta dan kasih yang Allah tanamkan dalam fitrah setiap manusia? Wallahul musta’an.

Jamaah Jumat yang berbahagia

Keluarga merupakan salah satu pilar penting dalam Islam. Nabi ﷺ telah mengajarkan langkah pembentukan keluarga muslim yang baik sejak dini ketika seorang muslim memilih calon pasangannya. Setelahnya Nabi ﷺ mengajarkan hak-hak dan kewajiban suami istri yang patut dipenuhi. Tak lupa Nabi ﷺ mengajarkan doa yang baik dipanjatkan agar mendapatkan keturunan yang shalih/shalihah. Setelah memiliki keturunan, Nabi ﷺ juga mengajarkan kita bagaimana cara mendidik anak-anak agar menjadi hamba Allah yang baik. Sebagai contoh orang tua telah diwajibkan menyuruh anaknya mendirikan salat sejak 7 tahun dan menghukumnya di usia 10 tahun bilamana sang anak belum konsisten dalam mendirikannya.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Ketahuilah bahwa keluarga yang shalih adalah di antara nikmat terbesar yang dimiliki oleh seorang muslim. Dalam Islam keluarga yang shalih memiliki beberapa fungsi positif sebagai berikut:

Menjaga fitrah keimanan seorang manusia. Hal ini karena setiap anak yang lahir dari rahim ibunya berada dalam keadaan fitrah yang bersih dari segala macam penyimpangan. Ayah ibu atau lingkungan keluarga yang baik bisa menjaga fitrah tersebut, sebaliknya ayah ibu atau lingkungan keluarga yang tidak baik bisa merusak fitrah sang anak tersebut. Nabi ﷺ bersabda:

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Artinya: Tidaklah setiap anak kecuali dia dilahirkan di atas fitrah. Maka, bapak ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, atau menjadikannya Nasrani, atau menjadikannya Majusi. (HR. Bukhari dan Muslim).

Sebagai tempat melepaskan kasih cinta dan sayang yang ada dalam diri manusia. Hal ini karena manusia diciptakan memiliki sifat kasih dan sayang dalam dirinya. Sifat ini membutuhkan penyaluran yang kemudian tempat penyalurannya yang utama adalah keluarga.

وَمِنْ اٰيٰتِهِ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Terjemahnya: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Rum/ 31:21).

Sebagai ladang ibadah. Sebagai contoh, suami yang menafkahi istrinya dengan ikhlas akan mendapatkan pahala di sisi Allah. Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى امْرَأَتِكَ

Artinya: Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah ﷻ (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampai pun makanan yang kamu berikan kepada istrimu.” (H.R. Bukhari).

Seorang istri yang patuh pada suaminya akan masuk ke dalam surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki. Nabi ﷺ bersabda:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ

Artinya: “Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya” (HR. Ibnu Hibban).

Dan seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya akan mendapatkan rida dari sisi Allah ta’ala. Nabi ﷺ bersabda:

رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْن

Artinya: Ridha Allah berada pada ridha kedua orang tua. Sedangkan murka-Nya berada pada murka keduanya,’” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).

Dan masih banyak fungsi positif lainnya yang belum dapat kita jabarkan pada kesempatan yang mulia ini. Semoga Allah swt memberikan kita nikmat keluarga shalih yang senantiasa mendapatkan keridaan-Nya.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ

Kaum muslimin yang berbahagia!

Menjaga keutuhan keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam Islam. Islam mengajarkan bahwa keluarga adalah inti dari masyarakat yang kuat dan harmonis. Keluarga yang utuh dan harmonis dapat memberikan fondasi yang kokoh bagi individu dalam mengembangkan karakter positif dan berkontribusi pada pembangunan sosial.

Rasulullah ﷺ  mengajarkan pentingnya menjaga keutuhan keluarga dengan memberikan contoh yang baik. Beliau menekankan pentingnya ikatan pernikahan yang kuat, hubungan yang penuh kasih sayang antara suami dan istri, serta pentingnya peran masing-masing anggota keluarga dalam memenuhi hak dan tanggung jawabnya. Rasulullah saw. juga mengajarkan pentingnya komunikasi yang baik, saling pengertian, dan menghindari konflik yang dapat mengancam keharmonisan keluarga.

Dalam Islam, menjaga keutuhan keluarga tidak hanya merupakan tanggung jawab suami atau istri, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama. Dalam Al-Quran, Allah SWT. mengingatkan kita tentang pentingnya saling mengasihi, saling menghormati, dan bekerjasama dalam membangun keluarga yang bahagia. Melalui menjaga keutuhan keluarga, kita dapat menciptakan lingkungan yang stabil, penuh kasih sayang, dan memberikan pengaruh positif pada anak-anak serta masyarakat sekitar.

Semoga Allah memberikan keberkahan kepada keluarga kita semua, dan menjadikan keluarga kita sebagai ladang kita meraih pahala dan keridaan Allah Azza wa jalla, aamiin...

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ المُسْلِمِيْنَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعدَاءَ الدِّيْنَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُستَضْعَفِيْنَ فِي غَزَّة، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ
 اَللَّهُمَّ أَيِّدْهُمْ بِتَأْيِيْدِكَ، وَاحْفَظْهُمْ بِحِفْظِكَ، يَا قَوِيُّ يَا عَزِيزٌ

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِى دِينِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Download PDFnya di https://bit.ly/MerajutKeluargaTangguh

Baca Juga