MENYAMBUT RENTETAN MUSIM KETAATAN

Naskah Khutbah
Asdar
26 Jan 2023
MENYAMBUT RENTETAN MUSIM KETAATAN

JUMAT, 05 Rajab 1444 H / 27 Januari 2023 M

Oleh Rachmat Badani, Lc., M.A.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..

اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أيها الناس رحمكم الله، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللِه فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Bertakwalah kepada Allah ‘azza wa jalla dengan sebenar-benarnya ketakwaan, dengan mengamalkan perintah Allah atas dasar ilmu karena mengharapkan ganjaran pahala dari-Nya, dan meninggalkan seluruh larangan Allah atas dasar ilmu karena takut akan azab-Nya.

Salawat dan salam semoga senantiasa terhaturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya serta kepada setiap pengikutnya yang konsisten menjalankan syariatnya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Mahasuci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS. al-Qasas ayat 68)

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memilih dari ciptaan-Nya untuk diberikan kemuliaan di sisi-Nya. Dari seluruh malaikat yang Dia ciptakan, maka Dia memilih 3 malaikat yang paling mulia; malaikat Jibril, Mikail dan Israfil. Dari seluruh manusia yang Dia ciptakan, maka Allah memilih Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib sebagai manusia terbaik dan yang paling mulia. Dari seluruh tempat yang Allah ciptakan, maka Allah memilih Makkah dan Madinah sebagai tanah yang paling mulia di sisi-Nya. Dari seluruh hari yang Allah ciptakan, maka Dia memilih Jumat sebagai hari termulia di sisi-Nya, dan demikian pula dengan seluruh ciptaan Allah di alam semesta ini. Siapa saja yang mendapatkan nikmat pilihan dari Allah ta’ala, maka ia telah mendapatkan kemuliaan yang sangat besar di sisi-Nya, yang menuntut kita untuk memuliakan apa saja yang telah dimuliakan di sisi Allah ‘azza wa jalla.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Salah satu di antara makhluk Allah yang mendapatkan pemuliaan al-istifa atau pilihan tersebut, adalah bulan-bulan haram yang Allah ta’ala sebutkan dalam firman-Nya QS. al-Taubah: 36.

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Terjemahnya: Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa. (QS. al-Taubah ayat 36)

Berkenaan dengan empat bulan haram ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkannya dalam sabda beliau:

أَلَا إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ، وَذُو الْحِجَّةِ، وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya: Zaman (masa) terus berjalan dari sejak awal penciptaan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan di antaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan, yaitu Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah dan Al-Muharam serta Rajab yang berada antara Jumadil (akhir) dan Sya'ban. (Muttafaq Alaihi)

Berdasarkan hadis ini, kita memahami bahwa empat bulan haram yang dimaksud adalah bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Keempat bulan ini merupakan bulan-bulan mulia dan suci di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, karenanya dalam sambungan ayat tersebut, Allah melarang seseorang berbuat kezaliman di empat bulan ini sebagai bentuk penekanan atas kemuliaannya di sisi Allah, sebab perbuatan kezaliman apapun adalah sesuatu yang dilarang dimanapun dan kapanpun seseorang berada, di dalam bulan-bulan mulia ataupun di luar bulan mulia.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Hal yang perlu dicamkan dengan baik bahwa dengan masuknya bulan Rajab, yang saat ini kita telah berada pada hari kelima darinya, ini merupakan pertanda masuknya musim-musim ketaatan dan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena bulan-bulan yang datang setelahnya seluruhnya adalah bulan yang mulia di sisi Allah, hingga kita keluar dan menyelesaikan bulan Muharram pada tahun hijriyah berikutnya. Itu sama saja dengan mengatakan bahwa dengan masuknya bulan Rajab ini, maka umat Islam mendapatkan kesempatan selama 7 bulan lamanya untuk melipat gandakan ganjaran pahala dari ibadah yang dia lakukan di dalamnya, sekaligus hendaknya kita berhati-hati dari perbuatan maksiat dan kezaliman yang juga akan dilipat gandakan dosanya di sisi Allah, karena kemuliaan bulan-bulan ketaatan ini.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Berikut ini, kita akan menyebutkan kemuliaan ketujuh bulan yang agung di sisi Allah ini,

Pertama: Bulan Rajab

Rajab diambil dari lafaz Tarjib yang berarti pengagungan. Bangsa Arab sendiri sejak dahulu telah memuliakan bulan ini, dan bertepatan dengan ketetapan Allah di lauhul mahfudz, sehingga bulan Rajab menjadi salah satu bulan yang dimuliakan di dalam agama Islam. Meskipun tidak ada hadis yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang anjuran melakukan amalan-amalan tertentu di dalamnya seperti salat dan puasa, namun bulan Rajab adalah salah satu bulan haram yang Allah muliakan. Maka sebagai pengagungan terhadap kemuliaan bulan ini, kita disyariatkan untuk memperbanyak amal salih kita di dalamnya dan menjauhkan diri dari berbagai jenis dosa dan kemaksiatan.

Kedua: Bulan Sya’ban

Bulan Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam penanggalan kalender hijriyah. Bulan ini adalah bulan yang mulia di sisi Allah, karenanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak puasa sunnah di dalamnya sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat diantaranya yang diriwayatkan oleh 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Aku tidak pernah melihat Beliau paling banyak melaksanakan puasa (sunnah) kecuali di bulan Sya'ban. (Muttafaq Alaihi)

Di dalam hadis lainnya, Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang puasa sunnah beliau di bulan Sya’ban, beliau menjawab: itulah bulan yang manusia lalai darinya: -ia bulan yang berada- di antara bulan Rajab dan Ramadan, yaitu bulan yang di sana berisikan berbagai amal, perbuatan diangkat kepada Rabb semesta alam, aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa. (HR. Nasai)

Selain riwayat-riwayat ini, bulan Sya’ban juga adalah bulan yang mengiringi bulan Ramadan, sehingga keutamaannya semakin besar di sisi Allah. Bahkan Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah merajihkan bahwa keutamaan bulan Sya’ban dan bulan Syawal lebih tinggi dibandingkan dengan keutamaan bulan-bulan haram, karena kedua bulan tersebut mengiringi bulan suci Ramadan. Karena keutamaan bulan Sya’ban ini, maka para ulama menggelarinya syahrul qurra atau bulannya para qurra/pembaca quran sebagai persiapan memasuki bulan Ramadan, bulan Al-Qur’an.

Ketiga: Bulan Ramadan

Bulan Ramadan adalah Sayyid al-Syuhur, penghulu seluruh bulan. Ia merupakan bulan yang paling mulia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Sekian banyak keutamaan bulan ini, ia adalah bulan yang penuh dengan keberkahan, bulan yang penuh dengan ampunan dan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Seluruh keutamaan ini, berangkat dari satu kenikmatan yang Allah ‘azza wa jalla turunkan di dalam bulan Ramadan, yaitu nikmat diturunkannya Al-Qur’an kepada umat manusia. Olehnya Allah ta’ala mewajibkan umat Islam untuk memuliakannya dengan mengerjakan ibadah puasa di dalamnya. Sebagaimana firman Allah:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

Terjemahnya: Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. (QS. al-Baqarah: 185)

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah …

Keempat: Bulan Syawal

Berakhirnya bulan Ramadan bukanlah akhir dari bulan-bulan kemuliaan dan keutamaan di sisi Allah. Bulan Syawal rupanya masih dalam rangkaian bulan-bulan utama tersebut, sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa ia adalah bulan yang mengiringi Sayyid al-Syuhur, yaitu bulan suci Ramadan sehingga hal ini menjadi satu keutamaan untuknya. Karena itu dalam hadis yang sahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر

Artinya: Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa 6 hari di bulan Syawal, maka seakan-akan ia telah berpuasa setahun penuh. (HR. Muslim)

Hadis ini menyiratkan salah satu keutamaan bulan Syawal bahwa ia merupakan penyempurna pahala ibadah puasa seseorang di bulan Ramadan. Artinya ibadah puasa kita tidak akan sempurna menjadi puasa setahun penuh tanpa keberadaan bulan Syawal.

Kelima: Bulan Dzulqa’dah

Bulan kesebelas dari penanggalan hijriyah ini disebut sebagai bulan Dzulqa’dah karena bangsa Arab enggan menodai kehormatannya dengan melakukan peperangan di dalamnya, ataupun safar dan perjalanan yang biasa mereka lakukan, untuk itu disebut sebagai Dzulqa’dah yang secara bahasa maknanya orang yang duduk. Apa saja kemuliaan bulan ini? sebelumnya telah disebutkan bahwa ia merupakan bulan haram pertama yang datang secara berturut-turut berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, Allah ta’ala juga berfirman tentang kehormatan dan kemuliaan bulan ini:

اَلشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ وَالْحُرُمٰتُ قِصَاصٌۗ فَمَنِ اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوْا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

Terjemahnya: Bulan haram dengan bulan haram dan (terhadap) sesuatu yang dihormati berlaku (hukum) kisas. Oleh sebab itu, siapa yang menyerang kamu, seranglah setimpal dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa.

Bulan haram yang dimaksud sebagaimana sabab nuzulnya ayat ini adalah bulan Dzulqa’dah tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabat hendak melaksanakan ibadah umrah pada tahun keenam hijriyah, namun kaum musyrikin menghalangi mereka memasuki kota Makkah dan melakukan perjanjian Hudaibiyah di antara mereka.

Keutamaan lainnya, bahwa seluruh ibadah umrah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dikerjakannya di bulan Dzulqa’dah, kecuali umrah yang dilakukannya bersamaan dengan ibadah haji. Hal ini berdasarkan hadis Anas bin Malik, sehingga di antara ulama ada yang menganjurkan untuk mengerjakan ibadah umrah pada bulan Dzulqa’dah. Selain itu, bulan Dzulqa’dah juga adalah bulan-bulan ibadah Haji sebagaimana ayat yang telah disebutkan sebelumnya.

Keenam: Bulan Dzulhijjah

Jamaah sekalian, bulan Dzulhijjah sebagai bulan terakhir dari penanggalan hijriyah, pun juga memiliki sekian banyak keutamaan di dalamnya, di antaranya sebagaimana namanya ia adalah bulan pelaksanaan ibadah haji yang besar, artinya pelaksanaan ibadah haji di tanah Haram dilaksanakan di dalam bulan ini. Disertai dengan rangkaian hari-hari yang paling agung di sepanjang tahun yang terdapat pada 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ما مِنْ أيَّامٍ العمَلُ الصَّالِحُ فيها أحبُّ إلى اللهِ مِن هذه الأيام" يعني أيامَ العشر، قالوا: يا رسُولَ الله، ولا الجهادُ في سبيلِ الله؟ قال: "ولا الجهادُ في سبيلِ الله، إلا رجلٌ خَرَجَ بنفسِه ومالِه فلم يَرْجِعْ من ذلك بشيءٍ

Artinya: Tidak ada hari, dimana amal shalih padanya lebih Allah cintai daripada hari ini yakni sepuluh hari pertama (Dzul Hijjah)." Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, tidak pula berjihad di jalan Allah?" Beliau berkata: "Tidak pula berjihad di jalan Allah, kecuali seorang laki-laki yang keluar dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak kembali membawa sesuatupun. (HR. Abu Dawud)

Selain itu, bulan Dzulhijjah juga adalah bulan haram, sehingga bulan ini dan sebelumnya yaitu bulan Dzulqa’dah berkumpul pada keduanya keutamaan bulan-bulan Haji dan bulan-bulan Haram di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

Ketujuh: Bulan Muharram

Yaitu bulan pertama dalam penanggalan kalender hijriyah, adalah bulan haram yang Allah ‘azza wa jalla muliakan. Hal ini nampak dari nama bulan ini, sehingga salah satu bentuk pemuliaan terhadapnya adalah dengan memperbanyak ibadah puasa sunnah di dalamnya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ، صِيَامُ شَهْرِ اللهِ الْمُحَرَّمِ

Artinya: Seutama-utama puasa setelah puasa Ramadan adalah puasa di bulan Muharram. (HR. Muslim)

Secara khusus, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menganjurkan kita untuk berpuasa pada hari diselamatkannya Nabi Musa ‘alaihissalam dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya, yaitu pada tanggal 10 Muharram disertai tanggal 9 sebelumnya sebagai bentuk penyelisihan terhadap umat Yahudi, atau yang biasa disebut dengan puasa hari Tasu’a dan ‘Asyura.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah...

Sesungguhnya bulan-bulan mulia nan agung ini, ibarat kesempatan yang Allah ‘azza wa jalla berikan kepada hamba-hamba-Nya untuk memaksimalkan ketaatan dan amal salih di dalamnya guna meraih keutaaman dan ganjaran pahala tertinggi di sisi-Nya, sekaligus sebagai penggugur dosa dan kesalahan yang telah dilakukan. Maka kecelakaanlah bagi mereka yang telah mendapatkan kesempatan berharga ini, lantas ia menyia-nyiakannya dengan senda gurau, omong kosong apalagi dengan kemaksiyatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Semoga Allah memberikan taufik dan inayah-Nya kepada kita semua, untuk dapat memanfaatkan musim-musim ketaatan ini dan kita menjadi insan-insan yang suci lagi mulia, semulia bulan-bulan tersebut di sisi-Nya.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah

Sehubungan dengan aksi penistaan Al-Qur’an yang terjadi di Swedia berupa pembakaran mushaf Kitab Suci Al-Qur’an oleh politisi Swedia Rasmus Paludan, maka sebagai umat Islam kita tentu merasa perlu untuk menyatukan pandangan dan sikap yang tepat terhadapnya, sebagai berikut:

1. Kita mengutuk keras aksi yang tidak beradab berupa penistaan Al-Qur’an dan Islam tersebut yang menggambarkan kebencian kaum kuffar.

2. Kita mengimbau segenap kaum muslimin untuk mempersiapkan segala kemungkinan atas dampak dari aksi penistaan ini.

3. Kita menyerukan kepada segenap kaum muslimin untuk tidak mengembangkan narasi penistaan agama Islam ini, yang justru akan semakin menyulut kemarahan kaum muslimin sendiri.

4. Kita menyerukan kepada seluruh kaum muslimin untuk semakin meningkatkan semangat mencintai Al-Qur’an dengan menggiatkan seluruh amal usaha pembelajaran Al-Qur’an, serta menjelaskan kepada mereka kemuliaan Al-Qur’an.

5. Kita menyerukan kepada kaum muslimin untuk menahan diri dari tindakan kekerasan yang tidak proporsional, dan tetap menampakkan akhlakul karimah kepada semua umat manusia, terutama yang tidak terlibat dalam aksi penistaan tersebut dan tidak mendukung aksi tersebut.

Akhirnya, mari kita memperbanyak doa kepada Allah ‘azza wa jalla, mudah-mudahan Allah memberikan hidayah dan petunjuk-Nya untuk dapat mempelajari, mengamalkan dan membela agama-Nya, Amiin ya Rabbal ‘Alamin...

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً  إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ المُسْلِمِيْنَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَأَعدَاءَكَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ


Download PDF-nya di https://bit.ly/RentetanMusimKetaatan

Baca Juga