KUATKAN NIAT BULATKAN TEKAD

Naskah Khutbah
Asdar
20 Mar 2025
KUATKAN NIAT BULATKAN TEKAD

KUATKAN NIAT BULATKAN TEKAD

JUMAT, 21 Ramadan 1446 H / 21 Maret 2025 M
 Oleh Rachmat Badani, Lc., M.A.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Hadirin sekalian, marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kita nikmat iman, kesehatan, dan kesempatan untuk kembali bertemu dalam ibadah yang mulia ini. Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan sebenar-benar takwa, yaitu melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan, kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Salawat dan salam semoga senantiasa terhaturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya serta kepada setiap pengikutnya yang konsisten menjalankan syariatnya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memberikan keutamaan pada waktu-waktu tertentu dibandingkan dengan yang lainnya, baik dari segi kemuliaan, kedudukan, maupun banyaknya kebaikan yang bisa diperoleh seorang hamba di waktu-waktu tersebut. Di antara waktu yang dimuliakan Allah adalah bulan Ramadan yang lebih utama dibandingkan bulan-bulan lainnya sepanjang tahun.

Para ulama menyebutkan bahwa bagian akhir dari waktu-waktu yang mulia lebih utama dibandingkan awalnya. Misalnya, waktu terbaik pada hari Jumat adalah di jam terakhirnya, bagian terbaik dari malam adalah sepertiga akhirnya, hari terbaik dalam sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah hari Arafah, dan waktu terbaik dalam bulan Ramadan adalah sepuluh malam terakhirnya.

Jika kita mengetahui bahwa bulan Ramadan adalah bulan penuh keberkahan dan kebaikan, maka sudah sepatutnya kita bersungguh-sungguh dalam meraihnya. Jika kita juga mengetahui bahwa sepuluh malam terakhirnya adalah malam-malam terbaik, maka kesungguhan dalam beribadah harus semakin meningkat tanpa henti, bahkan tidak boleh terbuang sia-sia sedikit pun.

Lihatlah bagaimana keadaan Rasulullah ﷺ ketika memasuki sepuluh malam terakhir Ramadan. Bahkan tidak perlu khatib yang berbicara, karena Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha telah menggambarkan dengan jelas bagaimana keadaan beliau ﷺ di waktu-waktu tersebut. Dalam riwayat Muslim, Aisyah berkata:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

Artinya: Rasulullah ﷺ bersungguh-sungguh dalam sepuluh malam terakhir dengan kesungguhan yang tidak beliau lakukan di waktu sebelumnya (HR. Muslim 1175).

Dalam Shahih al-Bukhari, Aisyah juga berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Artinya: Apabila telah memasuki sepuluh malam terakhir, Nabi ﷺ menghidupkan malam, membangunkan keluarganya, dan mengencangkan ikat pinggangnya (HR. Bukhari 2024).

Dalam riwayat lain disebutkan: Beliau menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, bersungguh-sungguh, dan mengencangkan ikat pinggangnya. Dalam riwayat lain lagi disebutkan: Jika telah masuk sepuluh malam terakhir, beliau mengencangkan sarungnya dan menghidupkan malamnya sepenuhnya tanpa tidur.

Bahkan kesungguhan beliau ﷺ dalam beribadah di sepuluh malam terakhir mencapai puncaknya dengan berdiam di masjid untuk beri'tikaf, tidak keluar kecuali untuk keperluan yang mendesak, tidak menjenguk orang sakit, dan tidak mengantarkan jenazah, meskipun beliau adalah orang yang sangat sibuk. Ini adalah gambaran sempurna dalam bersungguh-sungguh dalam ibadah.

Dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim), Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Artinya: Rasulullah ﷺ beri'tikaf di sepuluh malam terakhir Ramadan sampai beliau wafat. Setelah itu, istri-istri beliau juga beri'tikaf (HR. Bukhari 2026 dan Muslim 1172).

Jamaah sekalian yang berbahagia, apa alasan dan motivasi dari kesungguhan ini? Mengapa ada perhatian yang begitu besar terhadap sepuluh malam terakhir? Jawabannya adalah karena di dalamnya terdapat satu malam yang penuh berkah, malam yang lebih baik dari seribu bulan, malam ampunan dan penghapusan dosa. Malam tersebut adalah Lailatul Qadar, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3)

Terjemahnya: Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan (QS. Al-Qadar/ 97:2-3).

Malam ini adalah kesempatan emas bagi siapa saja yang sebelumnya lalai dan menyia-nyiakan Ramadan. Bahkan, malam ini adalah peluang bagi siapa saja yang telah menyia-nyiakan umurnya dalam kelalaian dan dosa, karena satu malam ini bernilai lebih dari delapan puluh tiga tahun ibadah.

Di antara keistimewaan Lailatul Qadar:

Pertama, Al-Qur’an diturunkan pada malam ini, secara keseluruhan dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia, lalu diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad ﷺ selama 23 tahun. Allah berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1)

Terjemahnya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Lailatul Qadar (QS. Al-Qadar/ 97:1).

Dalam ayat lainnya, Allah menyebut malam diturunkannya Al-Qur’an sebagai malam yang penuh keberkahan:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3)

Terjemahnya: Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi (QS. Ad-Dukhan/ 44:3).

Kedua, Allah mengabadikan keutamaan malam ini dalam satu surah penuh dalam Al-Qur’an, yaitu Surah Al-Qadar (QS. 97). Di dalam surah tersebut Allah menerangkan tentang keutamaannya dan sifat-sifatnya;

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

Terjemahnya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.

Ketiga, Diampuninya dosa-dosa bagi siapa yang beribadah pada malam ini dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: Barang siapa yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR. Bukhari 1901 dan Muslim 760).

Keempat, Allah menyebutnya dengan beberapa sebutan yang menunjukkan besarnya keutamaan dan tingginya kemuliaan Lailatul Qadar;

1. Allah menyifatinya sebagai malam kemuliaan, oleh karena itu ia disebut sebagai Lailatul Qadar.

2. Tak seorangpun yang mengetahui bagaimana keagungan dan kemuliaan Lailatul Qadar kecuali Allah Ta’ala semata, karenanya Allah berfirman: “Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu?”

3. Allah menyifatinya sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan,

4. Allah menyifatinya sebagai malam yang penuh dengan keberkahan,

5. Karena kemuliaannya dan keberkahannya, para malaikat diperintahkan turun untuk menyaksikannya, bahkan dalam hadis sahih disebutkan bahwa jumlah malaikat di malam itu lebih banyak daripada jumlah kerikil di bumi ini. Allah Ta’ala berfirman:

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4)

Terjemahnya: Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Rabb mereka untuk mengatur segala urusan.

6. Malam itu penuh keselamatan hingga terbit fajar bagi orang-orang yang melaksanakan ketaatan. Setan tidak dapat berbuat keburukan atau menimbulkan bahaya pada malam itu, dan banyak keselamatan dari hukuman serta azab karena para hamba sibuk dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Berkenaan dengan waktu terjadinya Lailatul Qadar maka ia terjadi di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, berdasarkan sabda Nabi ﷺ:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: Carilah Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan (HR. Bukhari 2020).

Khususnya pada malam-malam ganjil karena ia lebih dekat daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي الوِتْرِ، مِنَ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan (HR. Bukhari 2017).

Dan malam-malam tujuh terakhir lebih dekat lagi, berdasarkan hadis Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma:

أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أُرُوا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي المَنَامِ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ، فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ

Artinya: Beberapa sahabat Nabi ﷺ diperlihatkan dalam mimpi bahwa Lailatul Qadar terjadi pada tujuh malam terakhir. Maka Nabi ﷺ bersabda: 'Aku melihat bahwa mimpi kalian telah bersepakat—yakni sesuai—pada tujuh malam terakhir. Maka siapa yang ingin mencarinya, hendaklah mencarinya pada tujuh malam terakhir' (HR. Bukhari 2015 dan Muslim 1165).

Dan malam ganjil yang paling dekat dari tujuh malam terakhir adalah malam ke-27, sebagaimana dalam hadis Ubay bin Ka‘b radhiyallahu ‘anhu yang berkata:

وَاللهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ، هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا، هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

Artinya: Demi Allah, aku mengetahui malam mana itu, yaitu malam yang diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ untuk kita menghidupkannya, yaitu malam ke-27 (HR. Muslim 762).

Jamaah sekalian, meski demikian riwayat-riwayat ini menunjukkan kepada 1 malam yang paling diharapkan dari malam-malam ganjil untuk terjadinya Lailatul Qadar, tetapi pendapat yang lebih kuat adalah bahwa Lailatul Qadar tidak tetap pada satu malam tertentu setiap tahun, melainkan berpindah-pindah. Bisa terjadi pada malam ke-27 di suatu tahun, malam ke-25 di tahun lain, atau malam ke-23, ke-21, dan seterusnya.

Inilah sebab dan hikmahnya, mengapa Allah Subhanahu wa Ta‘ala menyembunyikan pengetahuan tentang Lailatul Qadar dari hamba-hamba-Nya sebagai bentuk rahmat, agar mereka memperbanyak amal ibadah dalam mencarinya di malam-malam yang penuh keutamaan itu dengan shalat, dzikir, dan doa. Sehingga, mereka semakin dekat kepada Allah dan memperoleh pahala yang besar. Allah juga menyembunyikannya sebagai ujian, untuk membedakan siapa yang benar-benar bersungguh-sungguh dalam mencarinya dan bersemangat dalam meraihnya dari mereka yang malas dan lalai. Sebab, siapa yang sungguh-sungguh dalam mencari sesuatu, maka ia akan berusaha keras mencapainya, dan tidak akan merasa berat dengan kesulitan yang harus ia lalui.

Semoga Allah menganugerahkan kita kesempatan meraih Lailatul Qadar dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendapatkan ampunan-Nya.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، فَإِنَّهَا زَادُ المُتَّقِينَ وَعُدَّةُ الصَّالِحِينَ.

Kaum muslimin yang berbahagia!

Bagaimana cara bersungguh-sungguh meraih kebaikan dan keutamaan Lailatul Qadar? dan bagaimana cara memenangkan malam yang dijanjikan ini?

Pertama, Menyadari bahwa sepuluh malam terakhir adalah penutup bulan Ramadan, dan amalan itu bergantung pada akhirnya. Dalam hadis shahih disebutkan: "Sesungguhnya amalan itu bergantung pada akhirnya." Oleh karena itu, di antara doa Nabi ﷺ adalah: "Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik hariku adalah hari saat aku bertemu dengan-Mu, sebaik-baik umurku adalah bagian akhirnya, dan sebaik-baik amalku adalah penutupnya."

Kedua, Menghidupkan sunnah i‘tikaf jika memungkinkan. Nabi ﷺ senantiasa beri‘tikaf di sepuluh malam terakhir hingga beliau wafat, sebagaimana dalam hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa dahulu Nabi ﷺ beri‘tikaf di sepuluh malam terakhir Ramadan hingga Allah mewafatkannya, kemudian istri-istrinya pun beri‘tikaf setelahnya." (Muttafaq ‘alaih)

Bahkan, Nabi ﷺ mencari Lailatul Qadar dengan beri‘tikaf di berbagai malam, sebagaimana disebutkan dalam hadis:

إِنِّي اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الْأَوَّلَ، أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ، ثُمَّ اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ، ثُمَّ أُتِيتُ، فَقِيلَ لِي: إِنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَعْتَكِفَ فَلْيَعْتَكِفْ

Artinya: Aku beri‘tikaf di sepuluh malam pertama, mencari malam itu, kemudian aku beri‘tikaf di sepuluh malam pertengahan, lalu aku diberitahu bahwa malam itu ada di sepuluh malam terakhir. Maka, barang siapa yang ingin beri‘tikaf, hendaklah ia beri‘tikaf (HR. Muslim 1167).

Ketiga, Menyadari bahwa sepuluh malam terakhir adalah kesempatan untuk menebus kekurangan di awal Ramadan, bahkan menebus kekurangan sepanjang hidup kita. Sekaligus ia adalah kesempatan untuk memperbaiki kehidupan kita di masa yang akan datang, karena Lailatul Qadar adalah malam penetapan urusan di sisi Allah berdasarkan firman-Nya:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (4)

Terjemahnya: Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi, sungguh, Kamilah yang memberi peringatan. Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (QS. Al-Dukhan/ 44:3-4).

Keempat, Berhati-hati dalam menyia-nyiakan waktu karena waktu di malam-malam ini sangat berharga. Beberapa bentuk menyia-nyiakan waktu adalah: Begadang tanpa manfaat, sibuk dengan persiapan hari raya secara berlebihan, bergaul dengan orang yang malas dan lalai, terlalu banyak menghabiskan waktu dengan media sosial dan hiburan yang melalaikan.

Kelima, Mengingat lamanya waktu menunggu hingga Ramadan berikutnya, dan apakah kita masih akan menemui Ramadan berikutnya? Tak seorangpun yang dapat menjaminnya. Maka sebagaimana Nabi menasehatkan kepada umatnya untuk mendirikan ibadah sholat perpisahan, demikian pula Ramadan, kerjakanlah seluruh ketaatan dan ibadah di dalamnya seakan-akan inilah Ramadan terakhir dalam kehidupan kita.

Kaum muslimin yang berbahagia!

Pada akhir khutbah kedua ini pula, izinkan kami untuk mengingatkan diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian untuk memperbanyak dua buah ibadah kepada Allah. Pertama, Mari memperbanyak doa kita kepada Allah, secara khusus untuk keselamatan saudara-saudara kita di Palestina. Karena telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa pada hari jumat terdapat satu waktu yang singkat, tidaklah seorang muslim memanjatkan doa kepada Allah pada waktu tersebut melainkan doanya pasti akan diijabah. Kedua, mari memperbanyak salawat dan salam kita kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah:

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Download PDFnya di https://bit.ly/KuatkanNiatBulatkanTekad

Baca Juga