Kisah Khansa binti Amr, Ibunda Para Syuhada

Hikmah dan Kisah
Super Admin
04 Jul 2019
Kisah Khansa binti Amr, Ibunda Para Syuhada

Tumadhar binti ‘Amr bin Syuraid bin ‘Ushayyah As-Sulamiyah yang lebih dikenal dengan panggilan Al-Khansa merupakan wanita berparas cantik, beradab mulia dan sangat fasih dalam berkata-kata. Kemampuan Al-Khansa dalam merangkai kata-kata menjadi puisi sangatlah mengagumkan. Semua orang mengetahui kedudukan dan keahliannya yang luar biasa dalam berpuisi. Bahkan, semua sastrawan sepakat bahwa tidak ada wanita yang memiliki kekuatan puisi yang lebih hebat dari Al-Khansa’, baik di masa lalu maupun masa berikutnya.


Al-Khansa radhiyallahu ‘anha memulai membaca puisi sejak usianya masih sangat muda. Dulunya, puisi yang ia baca hanya terdiri dari 2-3 baris. Namun, setelah saudaranya, Sakhr, meninggal dunia, kesedihannya pun mendorong talenta untuk membacakan puisi yang lebih panjang. Dari sejak itulah, Al-khansa seringkali membacakan puisi yang panjang dan emosional.


Ketaatan seorang hamba kepada ibu adalah ketaatan yang hanya bersumber kepada Allah Subhanahu wa ta’aala. Begitu besar kemuliaan seorang anak yang bisa membahagiakan ibunya. Namun, tentu lebih besar lagi jika seorang anak bisa mengamalkan perintah Allah disertai ridha sang ibu.


Sebaik-baik kisah tentang keridhaan seorang ibu ada pada keluarga Khansa binti Amru. Sosok sahabiyah yang mempersembahkan keempat anaknya sebagai syuhada. Ia digelari "Ibunda Para Syuhada". Tiadalah anak-anaknya bersemangat menjemput syahid jika bukan karena didikan Khansa.


Khansa terkenal dengan julukan "Ibunda Para Syuhada". Ia dilahirkan pada zaman jahiliyah dan tumbuh besar di tengah suku bangsa Arab mulia, yaitu Bani Mudhar. Sehingga banyak sifat mulia yang terdapat dalam dirinya.


Ia adalah seorang yang fasih, mulia, murah hati, tenang, pemberani, tegas, tak kenal pura-pura dan suka berterus terang. Selain keutamaan itu, ia pun pandai bersyair. Ia terkenal dengan syair-syairnya yang berisi kenangan kepada orang-orang tercinta yang telah tiada. Terutama kepada kedua orang saudara lelakinya, yaitu Muawiyah dan Sakhr yang telah meninggal dunia.


Khansa sering bersyair tentang kedua saudaranya itu sehingga ia ditegur oleh Umar bin Khathab. Umar pernah bertanya kepada Khansa, "Mengapa matamu bengkak-bengkak?"


"Karena aku terlalu banyak menangisi pejuang-pejuang Mudhar yang terdahulu," jawab Khansa.


Umar berkata, "Wahai Khansa, mereka semua ahli neraka."


"Justru itulah yang membuatku lebih kecewa dan sedih lagi. Dahulu aku menangisi Sakhr atas kehidupannya, sekarang aku menangisinya karena ia ahli neraka."


Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Azis As-Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak laki-laki. Melalui pembinaan dan pendidikan tangannya yang dingin, keempat anak lelakinya ini tumbuh menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal. Dan Khansa sendiri terkenal sebagai ibu para syuhada. Hal itu dikarenakan dorongannya terhadap keempat anak lelakinya yang telah gugur sebagai syahid di medan Perang Qadisiyah.


Sebelum peperangan dimulai, terjadilah perdebatan sengit di rumah Khansa. Di antara keempat putranya saling berebut kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Keempatnya saling menunjuk yang lain untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh-musuh Allah. Rupanya perdebatan mereka itu terdengar oleh Khansa.


Maka Khansa mengumpulkan keempat anaknya dan berkata, "Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain dia, sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati ayahmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening keluargamu."


Khansa berhenti sebentar, kemudian melanjutkan, "Jika kalian telah melihat perang, singsingkanlah lengan baju dan berangkatlah. Majulah paling depan, niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akhirat, negeri keabadian. Sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Inilah kebenaran sejati, maka berperanglah dan bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya kalian dianugerahi hidup."


Pemuda-pemuda itu pun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang mati-matian melawan musuh, sehingga banyak yang tewas di tangan mereka. Akhirnya mereka pun satu per satu gugur sebagai syahid. Ketika Khansa mendengar kematian dan kesyahidan putra-putranya, sedikit pun ia tak merasa sedih.


Bahkan ia berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggilku dan berkenan mempertemukanku dengan mereka dalam naungan rahmat-Nya yang luas."


Dengan mati syahidnya keempat anak Al-Khansa’, ia pun kemudian dijuluki dengan ‘Ibu dari Para Syuhada’. Sehingga yang dikenal hingga sekarang adalah Alkhansa’, Penyair dan Ibu Para Syuhada.


Rasulullah pernah bersabda,

“Siapa yang merelakan tiga orang putra kandungnya (meninggal dunia), maka dia akan masuk surga. Seorang wanita bertanya, bagaimana jika hanya dua putra?, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menjawab: ‘Begitu juga dua putra”. (Diriwayatkan oleh Nasa’I dan Ibnu Hibban dari Anas radhiyallahu’anhu dalam kitab Al-Albani Shahiihul Jaami’ no 5969)


=====================================

Penulis : Dian Rahmana Putri

Editor : Ustadz Muhammad Istiqomah, Lc.

Baca Juga