KEMATIAN PASTI AKAN DATANG

Naskah Khutbah
Asdar
01 Aug 2024
KEMATIAN PASTI AKAN DATANG

KEMATIAN PASTI AKAN DATANG

JUMAT, 26 Muharam 1446 H / 02 Agustus 2024 M
 Oleh Dr. Muhammad Ihsan Zainuddin, Lc., M.Si.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللِه فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Sebesar-besarnya kenikmatan yang Allah karuniakan kepada kita adalah karunia waktu dan kesempatan untuk menunaikan penghambaan dan ketaatan hanya kepada-Nya. Di antara semua episode kehidupan kita di sepanjang dunia ini, maka episode terbaiknya adalah episode-episodenya yang kita gunakan dalam beribadah kepada-Nya, yang kita gunakan dalam ketaatan dan amal shalih kepada-Nya. Itulah satu-satunya episode yang paling kita banggakan di Akhirat. Yang lain, hanya akan menjadi penyesalan yang harus kita pertanggungjawabkan.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Sayangnya, semua kesempatan untuk beribadah dan beramal shalih itu akan berakhir juga di suatu waktu. Pada akhirnya, kesempatan melakukan kebaikan itu akan usai dan ditutup oleh Allah Ta’ala saat kematian datang menjemput kita. Ketika itu terjadi, maka tidak akan ada lagi kesempatan lain untuk menambah atau memperbaiki ibadah kita kepada Allah Azza wa Jalla.

Renungkanlah apa yang digambarkan Allah Ta’ala tentang berakhirnya kesempatan itu:

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ (١٠) ‌وَلَنْ ‌يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (١١)          

Artinya: “Dan infakkanlah dari apa yang telah Kami karuniakan kepada kalian sebelum seorang dari kalian didatangi oleh kematian, hingga ia mengatakan: ‘Wahai Tuhanku, andai saja Engkau (berkenan) menunda (ajal)ku hingga batas waktu yang dekat, agar aku dapat bersedekah dan menjadi salah seorang hamba yang shalih.’ Namun Allah tidak akan menunda (kematian) satu jiwa jika ajalnya telah tiba, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Surah al-Munafiqun/ 63:10-11)

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Dialog yang disebutkan dalam ayat ini adalah dialog setiap kita. Perkataan yang disebutkan Allah dalam ayat itu adalah perkataan setiap kita yang suka menunda dan menunda perintah Allah Ta’ala. Kita terus menundanya, hingga kita kehabisan waktu untuk mengerjakannya. Maka saat ajal itu datang, kita pun berkata:

رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

Artinya: “Wahai Tuhanku, andai saja Engkau (berkenan) menunda (ajal)ku hingga batas waktu yang dekat, agar aku dapat bersedekah dan menjadi salah seorang hamba yang shalih.”

Kebanyakan kita akan seperti itu. Saat kematian datang, kita barulah berjanji ingin menjadi manusia saleh. Tetapi sayangnya, doa itu takkan pernah dikabulkan. Tidak ada kesempatan tunda bagi setiap ajal yang telah mendatangi seorang hamba.

وَلَنْ ‌يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا

Artinya: “...Namun Allah tidak akan menunda (kematian) satu jiwa jika ajalnya telah tiba…”

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Satu-satunya peristiwa paling meyakinkan terjadinya dalam hidup kita di dunia ini adalah kematian. Itulah sebabnya, Allah Azza wa Jalla menyebutnya dengan kata “al-Yaqin” di dalam al-Qur’an:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ ‌الْيَقِينُ        

Artinya: “Dan beribadahlah kepada Tuhanmu hingga keyakinan (kematian) itu datang padamu.” (Surah al-Hijr: 99)

Apa artinya ini, jamaah sekalian?

Ini artinya semua obsesi dan impian dunia kita tidak lebih dari sekedar obsesi dan impian yang belum pasti terjadi dan terwujud. Tapi kematianlah satu-satunya yang pasti terjadi, sebelum atau sesudah impian duniawi itu terwujud.

Para pelajar dan mahasiswa, obsesi dan impian mereka hari ini adalah bagaimana bisa menyelesaikan studi dengan cemerlang, bisa melanjutkan studi di kampus terbaik, atau mendapatkan pekerjaan di institusi yang bergengsi. Tetapi…itu semua hanya obsesi dan impian. Apakah ia akan terwujud? Belum tentu. Tapi kematian, itu pasti, cepat atau lambat. Maka kejarlah obsesi dan impian itu, tapi jangan sampai membuat kita lupa menyiapkan diri untuk yang pasti datangnya, yaitu kematian!

Jika Anda seorang karyawan atau pegawai, maka obsesi dan impian tertinggi Anda adalah bagaimana perjalanan karir Anda berjalan cemerlang hingga sampai ke puncak tertingginya. Tetapi…bukankah itu semua hanya obsesi dan impian yang mungkin terwujud dan mungkin juga tidak terwujud? Bisa jadi kematianlah yang lebih dulu datang menjemput sebelum kita mencicipi impian itu. Maka, kejarlah impian karir yang cemerlang itu, tapi jangan lupa pada saat yang sama untuk bekerja keras menyiapkan kehidupan setelah kematian.

Jika Anda seorang pebisnis atau pedagang, maka obsesi dan tertinggi Anda mungkin adalah mencapai omset dan perkembangan bisnis yang sebesar-besarnya. Tapi…semua itu hanya impian dan obsesi kita yang mungkin berhasil terwujud, namun juga sangat mungkin tidak terwujud. Berbeda dengan kematian yang pasti datangnya. Maka, bekerja keraslah mengejar impian itu, tapi ingatlah bahwa di sana ada kematian yang juga harus kita prioritaskan persiapannya, karena sesudahnya ada episode akhirat yang abadi.

Karena itu, jamaah yang dimuliakan Allah, adalah sebuah kebodohan ketika kita fokus dan mengerahkan seluruh waktu untuk sesuatu yang belum pasti, lalu mengabaikan persiapan diri untuk sesuatu yang sudah pasti terjadinya, yaitu kematian.

Allah Ta’ala mengingatkan:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ‌وَلَا ‌تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا      

Artinya: “Dan kejarlah apa yang ALlah karuniakan untukmu di Akhirat, namun jangan lupakan bagianmu dari dunia ini…” (Surah al-Qashash/ 28:77)

Melalui ayat ini, Allah Ta’ala menegaskan untuk kita bahwa fokus utama seorang muslim adalah Akhirat. Obsesi dan impian utamanya adalah obsesi Akhirat. Di sanalah seluruh jiwa, pikiran dan dirinya dikerahkan untuk membangun obsesi Akhiratnya.

Namun, karena ia terlanjur ditakdirkan melintasi dunia ini, maka ia dibolehkan untuk sekedar mencicipi apa yang ada di dunia ini sekadar untuk menyambung hidup dan meneruskan perjalanannya menuju Akhirat. Seorang muslim tidak akan menggantungkan seluruh hidup dan potensinya untuk dunia, karena di sini, ia hanya menumpang lalu saja.

Karena itu, di dalam hadits digambarkan sosok manusia beruntung itu bukanlah yang sukses dalam pendidikan, karir dan bisnisnya. Tapi manusia yang beruntung adalah manusia yang bekerja keras untuk kehidupan setelah kematiannya:

الْكَيِّسُ ‌مَنْ ‌دَانَ ‌نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ

Artinya: “Orang yang beruntung adalah siapa yang menundukkan nafsunya dan bekerja untuk (kehidupan) setelah kematian.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Kaum Muslimin, Jamaah Jumat yang berbahagia…

Semoga kita semua termasuk manusia yang beruntung itu. Manusia yang memahami skala prioritas hidupnya di dunia ini. Manusia yang memahami bahwa Akhiratlah impian utamanya, dan dunia hanya tempat bersinggah sementara yang akan ditinggalkan.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَإِخوَانِهِ

Kaum muslimin yang berbahagia!

Kabar-kabar tentang kematian akan selalu menjadi bagian keseharian kita. Setiap saat, selalu ada hamba Allah yang akhirnya dipanggil oleh Allah dan episode dunianya berakhir.

Ada yang kita kenal, namun banyak yang tak kita kenali. Ada kerabat kita, tapi banyak yang bukan siapa-siapa bagi kita. Ada orang besar dan pejabat, tapi tidak sedikit orang biasa-biasa saja yang tidak punya apa-apa.

 

Tetapi semuanya tetap bernama kematian. Pada akhirnya, semuanya sama saja di hadapan kematian. Pemimpin dan rakyat. Pejabat dan warga biasa. Orang kaya dan orang miskin. Orang tua dan anak muda. Semuanya pasti akan merasakan kematian, tanpa kecuali.

كُلُّ نَفْسٍ ‌ذَائِقَةُ الْمَوْتِ        

Artinya: “Setiap jiwa akan merasakan kematian…” (Surah Ali Imran: 185).

Kematian itu pasti adanya, tetapi apakah kita ingin mati dan terkubur bersama obsesi duniawi kita yang kerdil itu? Ataukah kita ingin mati dalam keadaan termulia sebagai syahid di jalan jihad dan medan perjuangan?

Saksikanlah kematian yang teranyar oleh salah seorang Mujahid Syahid bernama Ismail Haneyah. Hidupnya terpatri untuk jihad, nafas dan degup jantungnya dipersembahkan untuk Allah di jalan perjuangan. Sosok sentral di balik perjuangan rakyat Palestina di Gaza yang tak kenal lelah mempertahankan tanah suci dari kebiadaban zonis Yahudi.

وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُوا فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتًۢا ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Terjemahnya: Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (QS. Ali Imran/ 3:169).

Demikianlah nama “Ismail Haneyah” terkenang dan tercatat dengan tinta emas dalam lembaran sejarah perjuangan umat Islam mempertahankan dan membela tanah suci Palestina. Dan kita tidak menutup kemungkinan bisa mengukir nama kita dalam deretan para syuhada. Medan tempur sesungguhnya memang di Palestina, tetapi jangan lupa bahwa medan dakwah dan jihad ilmu juga bagian dari episode kita memperjuangkan agama Allah dan meninggikan kalimat tauhid. Mati Syahidpun bukan hanya sekadar omong kosong belaka, tetapi langkah-langkah kita menuju ke sana pun tercatat dan Allah akan melihat dan menilai kejujuran hati kita masing-masing. Rasulullah pun memberikan kabar gembira tentang mati syahid dalam sabdanya:

لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سَبْعُ خَصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دُفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُحْلَى حُلَّةَ الْإِيمَانِ، وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ، الْيَاقُوتَةُ مِنْهُ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَيَشْفَعُ فِي سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ. (رَوَاهُ أَحْمَدُ، وَالتِّرْمِذِيُّ، وَابْنُ مَاجَهٍ، وَصَحَّحَهُ الْأَلْبَانِيُّ).

Artinya: “Sesungguhnya para syuhada mendapatkan tujuh kemuliaan di sisi Allah: Allah akan mengampuninya pada waktu darahnya keluar pertama kali dari tubuhnya, diperlihatkan untuknya tempat duduknya di surga, diberi hiasan dengan perhiasan iman, dinikahkan dengan tujupuluh dua orang bidadari dari surga, diselamatkan dari siksa kubur, mendapatkan keamanan dari ketakutan yang sangat besar (kegoncangan di padang mahsyar), dipakaikan baginya mahkota kerendahan hati yang sebutir mutiaranya lebih baik dari dunia seisinya, dan diperbolehkan baginya untuk memberikan syafaat bagi tujuhpuluh orang kerabatnya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan disahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

Pada akhirnya, kita semua sama saja di hadapan kematian. Tidak ada istimewanya, kecuali mereka yang menjadikan Akhirat sebagai obsesi tertingginya. Semoga kita bisa melewati sisa-sisa usia kita untuk menyiapkan kehidupan setelah kematian kita

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَ المُسْلِمِيْنَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعدَاءَ الدِّيْنَ يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُستَضْعَفِيْنَ فِي غَزَّة، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ
 اَللَّهُمَّ أَيِّدْهُمْ بِتَأْيِيْدِكَ، وَاحْفَظْهُمْ بِحِفْظِكَ، يَا قَوِيُّ يَا عَزِيزٌ

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِى دِينِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Download PDFnya di https://bit.ly/KematianPastiAkanDatang

Baca Juga