Pada tulisan sebelumnya dijelaskan bahwa kebaikan dunia dan akhirat adalah keimanan.Buah dan faedah keimanan kemudian dijelaskan oleh Syaikh Abdurrahman as-Sa’dy sebagai berikut :
1.Keimanan merupakan sebab untuk meraih ridha Allahdan inilah sesuatu yang utama dan karunia yang tinggi.
Kata “Ridha” merupakan bentuk mashdar (infinitive)dari رضي – يرضى yang berarti rela, menerima dengan senang hati, cinta, merasa cukup (qana’ah), berhati lapang. Bentuk lainnya adalah مرضاة dan رضوان. Dan antonimnya adalah سخط artinya murka, benci, marah, tidak senang dan tidak menerima. Ridha adalah engkau berbuat sesuatu yang membuat Allah senang atau ridha, dan Allah meridhai apa yang engkau perbuat. Keimanan menjadi faktor utama dalam meraih ridha Allah. Untuk lebih memantapkan usaha kita dalam menggapai ridha-Nya, sebaiknya selalu mengamalkan do’a ini dalam QS. An-Naml : 19
وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.
Banyak disebutkan dalam al-Qur’an bagaimana keutamaan mencari ridha Allah ta’ala diantaranya menghasilkan keuntungan dua kali lipat,seperti QS. Al-Baqarah:265
وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمُ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍۭ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَـَٔاتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
”Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat"
2.Sesungguhnya pahala di akhirat dan masuknya ke Syurga dengan kenikmatan di dalamnya, serta keselamatan dari siksa neraka hanyalah bisa diraih dengan keimanan.
Keimanan kepada Allah menjadi jalan bagi seorang mukmin untuk meraih Jannah-Nya, merasakan kenikmatan di dalamnya. Sebaliknya dengan keimanan sebagai jalan untuk selamat dari siksa-Nya dan azab-Nya yang sangat pedih. Allah berfirman dalam QS al-Taubah ayat 111
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚيُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖوَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚوَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚفَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚوَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
Al-Imam Ibnu Katsir mengatakan "Allah ta’ala mengabarkan bahwa Dia memberi ganti dari jiwa dan harta benda para hamba-Nya yang beriman dengan surga karena mereka telah mengorbankannya di jalan-Nya. Ini merupakan karunia, kemuliaan dan kebaikan-Nya.
Jadi sesungguhnya perniagaan dan barang dagangan Allah ta’ala itu itu mahal, mustahil sesuatu yang mahal itu didapat tanpa usaha yang berat, sesuatu yang mahal mustahil didapatkan dengan berleha-leha dan santai, rasa malas, sedikit shalat, sedikit doa dan zikir, sedikit Ilmu dan sedekah. Barang dagangan Allah itu mahal maka berjuanglah sekuat tenaga dalam meraihnya, berpegang teguhlah pada risalah dan syari’at Allah dan Rasul-Nya, meskipun itu sangat berat, dikucilkan orang sekitar kita karena kita ingin berusaha menjadi benardan perbaguslah akhlak, karena akhlak mulia memiliki keutamaan disisi Allah ta’ala. Sesuatu yang mahal dalam meraihnya perlu perjuangan dan istiqamah diatasnya.
3.Sesungguhnya Allah akan membela dan menolong orang-orang yang beriman dan menjauhkannya dari keburukan dunia dan akhirat.
Pembelaan dan pertolongan Allah hanya diberikan kepada orang yang beriman dan beramal shaleh.Allah ta’ala berfirman QS. An-Nur ayat 55
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nuur: 55)
Dalam ayat yang lain :
” Dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman”. (QS. Ar-Rum : 47).
Demikian pula pada firman-Nya yang lain :
“Kemudian kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang beriman”. (QS. Yunus : 103).
Sebaliknya Allah mengancam akan datang nya siksa secara tiba-tiba pada malam atau siang hari, apabila manusia ingkar dan bermaksiat kepada Allah. Perhatikan QS. Al-A’raf ayat 96-99
{وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96) أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ (97) أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ (98) أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ (99) }
“Jikalau penduduk kota-kota beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalah naik ketika mereka sedang bermain-main? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.
Ketika banyak terjadi bencana dan kesulitan saat ini, kita harus intropeksi diri sudahkah kita menjalankan perintah Allah.Sudah benarkah keimanan kita. Apakah masih dikotori oleh noda syirik, maksiat dan sebagainya. Periksa juga apakah ibadah kita sudah sesuai tuntunan Rasulullahshallallahu ‘alihi wasallam?
4.Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman pertolongan dan kemenangan yang sebenarnya.
Dalam sejarah Islam, pertolongan Allah dan kemenangan hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman. Sejatinya semua kemenangan bukanlah karena kekuatan pasukan dan persenjataan, namun semata-mata karena pertolongan Allah ta’ala. Ini menjadi ‘ibrahatau pelajaran penting bagi umat Islam bahwa hanya dengan keimanan, menjadikan Allah sebagai satu-satunya tempat bersandar dan berlindung, maka kedekatan kita kepada Allah akan memudahkan pertolongan Allah itu datang.
5.Sesungguhnya hidayah dari Allah diperoleh dengan ilmu dan amal, mengetahui kebenaran dan jalan-jalannya serta menunaikan hak dan kewajibannya, hanya diketahui dengan seberapa imannya.
Kadar ilmu seorang muslim akan berpengaruh kepada kualitas amalannya. Semakin tinggi mujahadahdalam belajar dan menuntut ilmu, mengetahui jalan kebenaran tersebut maka itu akan berpengaruh pada keimanannya. Hakikatnya itulah hidayah dan taufik dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Seorang muslim dalam kehidupannya sangat membutuhkan hidayah dari Allah. Apalagi di zaman yang telah digambarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallamdimana fitnah itu seperti potongan malam yang kelam, paginya seorang mukmin beriman namun sore harinya ia menjadi kafir, ia menjual agamanya demi dari sedikit dari harta dunia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
(إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا ..)الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي فَكَسِّرُوا قِسِيَّكُمْ وَقَطِّعُوا أَوْتَارَكُمْ وَاضْرِبُوا سُيُوفَكُمْ بِالْحِجَارَةِ فَإِنْ دُخِلَ يَعْنِي عَلَى أَحَدٍ مِنْكُمْ فَلْيَكُنْ كَخَيْرِ ابْنَيْ آدَمَ
“Sesungguhnya, menjelang terjadinya Kiamat ada fitnah-fitnah seperti sepotong malam yang gelap gulita, pada pagi hari seseorang dalam keadaan beriman, tetapi pada sore hari ia menjadi kafir, sebaliknya pada sore hari seseorang dalam keadaan beriman, namun dipagi hari ia dalam keadaan kafir. Orang yang duduk pada masa itu lebih baik daripada yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berjalan cepat. Maka, patahkan busur kalian, putus-putuslah tali kalian, dan pukullah pedang kalian dengan batu, jika salah seorang dari kalian kedatangan fitnah-fitnah ini, hendaklah ia bersikap seperti anak terbaik di antara dua anak Adam (yakni bersikap seperti Habil, jangan seperti Qabil–pent).” [HR. Abu Dawud (4259), Ibnu Majah (3961) Al-Fitan, Ahmad (19231), dan Hakim]
6.Keimanan butuh untuk selalu ditambah dengan ilmu dan amalan-amalan yang zhahir (nyata)dan amalam batin.
Keimanan pada hakikatnya bertambah dan berkurang. Akan bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Mewujudkan keimanan dan mengokohkannya dilakukan dengan mengenal sebab-sebab bertambahnya iman dan melaksanakannya, sedangkan berusaha menolak semua yang menghapus dan menentangnya dilakukan dengan mengenal sebab-sebab berkurangnya iman dan berhati-hati dari terjerumus didalamnya.
7.Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah akan kesempurnaan-Nya, keagungan-Nya, kesombongan-Nya dan kemuliaan-Nya, merekalah manusia yang paling besar keyakinannya, dan tawakkalnya kepada Allah.
Sungguh orang yang beriman itu yang paling benar dalam mengenal Allah ‘Azza wa Jalla. Cara mengenal Allah dengan ayat-ayat kauniyah yaitu mengenal dengan tanda-tanda keagungan Allah pada alam semesta atau seluruh makhluk-Nya dan mengenal dengan ayat-ayat syar’iyah yaitu melalui tanda-tanda keagungan Allah pada syariat atau agama-Nya. Mengenal akan keberadaannya, mengenal keesaan Rububiyah-Nya dan Uluhiyah-Nya serta mengenal Asmaa dan Shifat-Nya
Allah berfirman QS. Al-A’raf/7 : 180
وَللَّهِ اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَاۖ وَذَ رُواْ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَـٰئِهٖۚ سَيُجْزَوْنَ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
"Hanya milik Allah al-Asma-ul Husna (nama-nama yang agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama baik itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A‘raf: 180).
8.Sesungguhnya hanya dengan keimanan seorang hamba akan berbuat dengan penuh keikhlasan karena Allah, beribadah kepada-Nya serta bekerja dengan cara yang terbaik.
Allah berfirman QS al-Bayyinah : 5
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."
Sesungguhnya ikhlas adalah hakikat agama dankunci dakwah para Rasul yaitu menyembah Allah ‘azza wa jalla semata dan menjauhi thaghut. Keikhlasan membutuhkan kesungguhan yang tinggi hingga seorang hamba meraihnya dengan sempurna.Hal itu bisa diperoleh dengan keimanan yang besar kepada Allah subhanah wa ta’ala. Jauh dari riya, sum’ah dan ujub(menyombongkan diri).
9.Orang-orang yang beriman akan bermuamalah dengan orang lain dengan jujur, saling menasehati dan menjauhi segala bentuk penipuan kepada sesamanya.
Orang yang beriman adalah yang paling baik akhlaknya, bermuamalah dengan jujurdan benar
Dalam hadits disebutkan : ”orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya di antara mereka” (HR. Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi dan al-Hakim)
Manusia yang berakhlak baik memiliki iman yang tertanam baik di dalam hati dan ketakwaan yang teraplikasi dalam prilakunya, baik dalam kehidupan pribadinya atau sosialnya.
10.Sesungguhnya iman adalah faktor terbesar dalam membantu dan menanggung segala rintangan dan tribulasi kehidupan, juga dalam menegakkan ketaatan kepada Allah, keimanan akan mengekang hawa nafsu untuk meninggalkan maksiat, dimana setiap manusia mempunyai dorongan yang kuat untuk melakukannya, tetapi keimanan yang kuat yang menghalanginya.
Semoga Allah menguatkan keimanan kita sehingga dapat meraih dan merasakan buah dan faidah keimanan tersebut. Dalam hadits shahih,Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengucapkan doa berikut,
اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ
Ya Allah, hiasilah (diri) kami dengan perhiasan iman, serta jadikanlah kami sebagai orang-orang yang (selalu) mendapat petunjuk (dari-Mu) dan memberi petunjuk (kepada orang lain).
Maraji’
1.Al-Qur’an dan terjemahannya
2.Kitab ar-Risalah fil Aqidah oleh Syekh Muhammad bin Ibrahim al-hamd
3.Kitab Taisir al-Latif al-Mannan fi Khulashati Tafsir al-Qur’anoleh Syekh Abdurrahman As-Sa’dy
4.Kitab at-Tauhid oleh Syekh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan
Penulis :
Zulfiah Sam, S.Ag., M.Pd.I. (Dosen STIBA Makassar)