Ibadah seperti shalat, puasa, sedekah, dzikir, dan sebagainya merupakan cerminan keimanan seseorang kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Namun kadang muncul perasaan malas untuk melakukan ibadah, apa penyebab malas untuk beribadah?
Malas adalah lemahnya kemauan, lebih mengutamakan istirahat daripada lelah dan tidak mengerjakan suatu amal sementara dia memiliki kesanggupan untuk melakukannya. Penyakit ini mudah sekali menghinggapi manusia karena memang tabiat manusia cenderung kepadanya kecuali mereka-mereka yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Untuk itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa berdoa : “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat penakut dan kerentaan. Aku berlindung kepada-mu dari fitnah kehidupan dan kematian dan aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur.” (HR. Bukhari)
Ada beberapa sebab yang memunculkan sifat malas dalam diri seseorang:
1.Bergelimang dengan perbuatan dosa dan maksiat.
Sebab pertama dari beberapa sebab yang menjadikan seorang malas dalam beribadah adalah bergelimang dalam dosa dan maksiat
Sufyan Ats-Tsauri pernah menuturkan, "Saya pernah tidak bisa menjalankan shalat tahajjud selama 5 bulan. Hanya karena 1 dosa yang dulu aku lakukan." (atau ucapan yang senada).
Seorang muslim yang bergelimang maksiat dan terkhusus dosa kecil yang sering diremehkan dan dilupakan kebanyakan manusia adalah salah satu sebab lesu, malas dan meremehkan ibadah dan ketaatan. Jika seorang malas beribadah, maka ia terancam dengan kemurkaan Allah. Tahukah Anda, apa kemurkaan Allah tersebut?
Maka dari itu, hendaklah seorang muslim menjauhi perbuatan maksiat dan dosa-dosa kecil yang dianggap remeh. Oleh sebab itu jauh hari Rasulullah shallalahu 'alaihi wassalam mengingatkan kita dengan sabdanya, “jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika ia bertumpuk-tumpuk pada seseorang, maka ia akan mencelakakan orang tersebut.”
2.Cenderung kepada tarikan syahwat yang sangat kuat.
Kecenderungan seseorang kepada hawa nafsu dan syahwatnya mengakibatkan lemahnya kemauan dalam diri untuk melakukan berbagai amal sholeh. Tidak jarang seseorang lebih mengutamakan shalat di rumah ketimbang berjalan ke masjid, lebih memilih berkumpul dengan istri dan anak-anaknya ketimbang keluar untuk berda'wah dan berjihad ataupun lebih mengutamakan istirahat daripada bekerja dan beraktivitas.
Kalau kemalasan ini hanya terjadi sesekali saja mungkin masih bisa diterima karena memang jiwa manusia memiliki keterbatasan untuk bisa terus menerus berada dalam kondisi puncak baik di dalam aktivias akhirat maupun dunia, sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: “Sesungguhnya setiap amal memiliki semangat kemudian penurunan maka barangsiapa penurunannya mengajaknya kepada perbuatan bid'ah maka ia telah sesat namun barang siapa yang penurunannya mengajaknya kepda sunnah (ku) maka ia telah mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad)
Yang menjadi musibah dalam diri seseorang adalah ketika kemalasan ini berlangsung secara kontinu dan terus menerus baik secara sadar atau tidak.
3. Lalai
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai.” (Terjemahan QS. Al A'raf : 205)
Jarangnya seseorang mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala di setiap waktu-waktunya menjadi sebab seseorang menjadi lalai. Lalai akan kewajibannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rasul dan Kitab-Nya, keluarga, masyarakat bahkan dirinya sendiri.
Kelalaian inilah yang menjadikan ia tidak antusias untuk memperbanyak amal dikarenakan tidak adanya dorongan kuat dalam dirinya.
Berikut ini beberapa tips untuk mengusir rasa malas:
1. Memperbanyak dzikrullah (mengingat Allah)
Dzikrullah menjadikan hati seseorang merasa nyaman dan tentram dengan Allah Ta’ala. Inilah yang menjadi senjata ampuh untuk menghadapi berbagai tarikan hawa nafsu dan syahwat yang sering kali diprovokasi oleh setan dengan bisikan-bisikannya. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Terjemahan QS. Ar Ra'd : 28)
Kemalasan seseorang untuk beramal shaleh atau beribadah adalah buah dari bisikan-bisikan setan yang diikuti. Hal ini bisa terjadi pada saat ingin memulai suatu amal atau ketika amal itu sedang berlangsung.
2. Memilih lingkungan yang baik
Tidak jarang seseorang yang pada awalnya malas menjadi bersemangat ketika menyaksikan orang-orang dikelilingnya begitu rajin. Sangat mungkin seorang anak yang tadinya malas membaca al-Qur'an kemudian menjadi bersemangat untuk membacanya setelah menyaksikan ayah atau kakaknya yang begitu rajin membacanya.
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ”Seseorang itu tergantung dari (kualitas) agama kawan karibnya maka seseorang diantara kamu melihat siapa yang menjadi kawan karibnya.” (HR. Abu Daud)
3. Memperbanyak berdoa kepada Allah
Sesungguhnya hati manusia berada diantara jari jemari Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dialah yang kuasa mengarahkannya sesuai dengan kehendak-Nya. Untuk itu agar hati ini terus diarahkan kepada kebaikan dan amal sholeh serta dihilangkan dari berbagai penyakit termasuk rasa malas maka mintalah kepada Allah melalui berdoa kepada-Nya.
4.Menyadari kekeliruan dan mulailah melangkah.
Seseorang dikatakan baik ketika ia sudah menyadari kekeliruannya sebaliknya seseorang dikatakan buruk ketika ia sudah merasa bahwa dirinya baik. Kesadaran seseorang akan buruknya sifat malas adalah suatu modal berharga untuk ia bisa menjadi lebih bersemangat. Tentunya kesadaran tersebut haruslah dibantu dengan kemauan kuat untuk memperbaiki agar bisa berubah menjadi suatu amal.
Kesadaran akan kekeliruan adalah awal hidayah Allah Subhanahu wa Ta'ala kepadanya. Maka janganlah membuka kembali pintu-pintu setan untuk menguasainya dikarenakan kelengahan kita didalam menindaklanjutinya.
Untuk itu mulailah melangkah, seseorang bisa berjalan ribuan kilometer dikarenakan orang itu memulainya dengan satu langkah.
Satu demi satu langkahnya diayunkan dengan keyakinan bahwa ia akan sampai pada titik akhir perjalanan yang diinginkannya.
Sesungguhnya perjalanan yang akan ditempuh masih sangat panjang untuk itu diperlukan kebersihan niat, kesabaran dan ketawakalan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.[]