Penulis: Maulana La Eda, Lc., M.A.
Masuk surga sekeluarga harusnya menjadi visi tertinggi dan cita terbesar setiap keluarga muslim yang masih meyakini adanya surga dan neraka. Selain ia adalah puncak sempurnanya karunia Allah bagi keluarga muslim di surga, ia juga merupakan reuni abadi nan kekal yang tak akan lagi terpisah oleh kematian ataupun tercerai oleh perselisihan sebagaimana yang banyak terjadi di kehidupan dunia yang fana ini. Sungguh indah, bila tempat berlabuhnya suatu keluarga muslim di akhirat kelak adalah Surga 'Adn: “(Yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shaleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Kesejahteraan atas kalian karena kesabaran kalian". Maka Alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Terjemahan QS. Ar-Ra'd: 23-24)
Masuk surga sekeluarga adalah tuntutan ilahi yang mesti terpatri dalam jiwa seorang kepala rumah tangga, ataupun setiap anggota rumah tangga yang menginginkan kebahagiaan akhirat yang sempurna dan kekal. Bahkan Allah Ta'ala dengan firman suci-Nya telah benar-benar memperingatkan hal ini dalam Al-Quran, artinya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu". (Terjemahan QS. Al-Tahrim: 6)
Alangkah bahagianya bila keluarga yang dahulunya di kehidupan dunia sama-sama hidup berdampingan dengan penuh kasih sayang, mencintai, hidup dalam bingkai mawaddah wa rahmah, kembali berkumpul dan bercengkerama dalam naungan surga Allah, negeri yang tak akan pernah fana, lewat seruan syahdu para malaikat yang mulia dengan wajah berseri-seri sembari melantunkan ucapan salam: "Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan". (Terjemahan QS. Az-Zukhruf: 70)
Tentunya setiap visi mesti memiliki misi, dan sebuah cita-cita harus melewati satu gerakan perjuangan dan pengorbanan, tidak bisa tidak. Demikian pula, orang yang mendambakan kebahagiaan ukhrawi bersama keluarga tercinta, mesti meletakkan berbagai misi dan langkah perjuangan demi meraih cita dan visi mulia tersebut. Sepasang ayah-bunda sebagai kepala rumah tangga pastinya harus memiliki peran utama dalam mewujudkan visi misi ini, sebagaimana dalam hadits: "Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kalian akan bertanggungjawab atas orang yang dipimpinnya, seorang penguasa adalah pemimpin dan akan bertanggungjawab atas orang yang dipimpinnya, seorang suami adalah pemimpin bagi anggota keluarganya dan akan bertanggungjawab atas orang yang dipimpinnya, dan seorang istri juga adalah pemimpin bagi rumah suami dan putra-putrinya, dan akan bertanggungjawab atas orang yang dipimpinnya …" (HR. Bukhari: 2554).
Oleh karenanya, realisasi masuk Surga sekeluarga mesti diwujudkan dalam tuntunan Allah dan petunjuk Rasul-Nya. Di antara sekian banyak tuntunan dan petunjuk tersebut adalah:
Pertama: Pembinaan Keluarga Secara Intensif.
Pembinaan keluarga sakinah yang diramu oleh seorang Ayah atau sang Bunda sangat memberikan dampak positif bagi kebahagiaan keluarga di dunia dan di akhirat. Hal inilah yang sangat ditekankan oleh Allah Ta'ala surah Al-Tahrim ayat 6 sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Ketika menerangkan makna ayat ini, para salaf rahimahumullah menyatakan bahwa cara utama untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka dan agar masuk surga sekeluarga adalah: "membina, dan mengajarkan keluarga untuk bisa beramal ketaatan, dan menjauhi maksiat, yang dengannya mereka bisa terhalangi dari siksaan api neraka". (Lihat: Tafsir Ath-Thabari: 23/491). Perkara paling urgen yang wajib diperintahkan kepada anggota keluarga adalah pemahaman dan realisasi rukun iman, dan rukun Islam yang merupakan dua tiang agama Islam yang paling pokok dan mendasar.
Karena urgennya pembinaan keluarga ini, para Rasul pun tak bosan-bosannya membina keluarga mereka meskipun sebagian anggotanya terus membangkang dalam kekufuran, sebagaimana Nabi Luth 'alaihissalam yang memiliki istri yang kafir, atau Nabi Nuh 'alaihissalam yang memiliki putra yang kafir, hingga akhirnya keduanya diazab oleh Allah Ta'ala. Tentunya kekafiran istri Luth atau putra Nuh bukan karena kegagalan mereka berdua dalam mendidik dan membina mereka, karena mereka telah berusaha mendakwahi dan membina mereka. Sebab itu, orang yang terus berusaha membina anggota keluarganya, namun ada di antara mereka yang menjadi kafir atau tukang maksiat, maka Allah tidak akan menghukumnya, lantaran ia telah mengemban kewajiban pembinaan tersebut dengan baik, meskipun akhirnya tidak berhasil, sebab Allah lebih banyak menilai kita lewat benar tidaknya jalan perjuangan kita, bukan output yang kita hasilkan.
Kedua: Penanaman Nilai-nilai Takwa dan Kesalehan dalam Rumah Tangga
Syarat untuk masuk surga 'Adn sekeluarga adalah bila semua anggota keluarga tersebut adalah orang-orang saleh, sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala: “(Yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shaleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya, dan anak cucunya.” (Terjemahan QS. Ar-Ra'd: 23–24). Dalam Al-Quran juga, Allah telah menggambarkan kondisi orang-orang yang saling mencintai di dunia di akhirat kelak namun tidak menjadikan takwa dan kesalehan sebagai misi bersama: "Orang-orang yang saling mencintai pada hari itu (kiamat) saling memusuhi satu-sama lain kecuali orang-orang bertakwa". (Terjemahan QS. Az-Zukhruf: 67). Sentuhan nilai-nilai takwa, dan kesalehan ini sangat baik bila diwujudkan lewat kajian Al-Qur'an, hadits-hadits Nabi, ataupun lewat kisah-kisah orang shaleh.
Perlu diketahui, bahwa orang shaleh bukan berarti mereka yang tak berdosa sama sekali, tapi orang saleh adalah orang yang selalu berusaha taat kepada Allah, dan bila terjatuh dalam maksiat, ia segera bertaubat kepada Allah Ta'ala. Ayat ini menegaskan bahwa meskipun sebagian anggota keluarga memiliki kesalehan yang agak rendah, namun ia akan tetap diangkat derajatnya menyamai derajat kesalehan anggota keluarga lain yang lebih tinggi. Imam Ibnu 'Aasyur rahimahullah menafsirkan ayat ini: "Hal demikian (penggabungan seluruh anggota keluarganya tersebut dalam surga) merupakan bentuk pemuliaan untuk dirinya, yaitu dengan menjadikan ayah-bunda, kakek-nenek, anak-cucu keturunannya serta pasangan-pasangannya yang pantas masuk surga karena mereka saleh = dalam satu derajat kedudukan (dalam surga). Siapa yang derajatnya rendah, maka ia akan digabungkan dengan yang derajatnya tinggi, kalau ada yang memiliki derajat yang lebih tinggi lagi, maka mereka akan digabungkan juga dengan mereka." (Lihat: At-Tahrir wa At-Tanwir: 13/131). Inilah juga yang dimaksudkan Allah dalam firman-Nya yang lain: "Dan orang-orang yang beriman dan anak-cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka. Dan kami tidak mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka." (Terjemahan QS. Ath-Thur: 21).
Ketiga: Konsisten dan Sabar dalam Menjalani Bahtera Rumah Tangga
Kesabaran dalam menjalani bahtera rumah tangga tidak hanya terbatas pada hubungan suami istri, namun mencakup hubungan antara seluruh anggota keluarga satu sama lain. Bersabar dalam membina dan mendidik mereka, dan juga harus berkorban dalam menghadapi ujian hidup, dan berbagai rintangan. Di balik kesabaran dan pengorbanan ini, harusnya tertanam jiwa konsistensi dalam beramal saleh, saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa, serta dalam perjuangan mewujudkan visi masuk surga sekeluarga.
Semoga tulisan ringkas ini bisa mencerahkan, dan semoga Allah Ta'ala memudahkan misi dan perjuangan kita untuk meraih surga Allah Ta'ala dalam tajuk "Masuk Surga Sekeluarga". Aamiin, ya Rabba'aalamiin.[]