Oleh: Faisal Mursila
"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (Terjemahan QS At-Taubah: 18).
Ayat di atas menjelaskan penegasan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang memuji orang-orang yang gemar memakmurkan masjid. Bahwa mereka itulah orang-orang yang diharapkan mendapatkan petunjuk.
Menurut Guru Besar Agama Islam Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Prof. Didin Hafidhuddin, orang yang memakmurkan masjid adalah orang yang mendapatkan hidayah dari Allah.
Oleh karena itu, jika ada orang yang datang ke masjid bahkan tidak dikenal dan dia melaksanakan shalat, berzikir atau berdoa, maka kata Nabi saksikanlah bahwa dia orang beriman, dia orang baik.
Hal ini ditegaskan dalam Hadits yang terdapat dalam Kitab Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi. Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Apabila kalian melihat seseorang biasa ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia beriman. Allah Ta'ala berfirman, Orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS. At-Taubah: 18). (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi).
“Jadi orang-orang di masjid itu orang baik, tidak perlu diawasi,” jelas Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Didin Hafidhuddin dalam sebuah kajian di Masjid Al Hijri, Kota Bogor, Ahad (8/12/2019).
Kiai Didin menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan di masjid itu membangun husnuzon (berbaik sangka) bukan kecurigaan. “Tidak ada manfaatnya curiga kepada orang yang ahli masjid, yang memakmurkan masjid. Jadi jangan sembarangan lah, hanya karena ingin mempertahankan kekuasaan kemudian bisa seenaknya mencurigai orang-orang di masjid,” tegasnya.
Seharusnya, kata Kiai Didin, yang perlu diawasi itu pasar. Di pasar perlu ada lembaga pengawas yang fungsinya agar jangan ada penimbunan, penipuan, jangan ada gejolak harga yang tidak terkendali.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam suatu ketika pernah ditanya, “Tempat apakah yang paling baik, dan tempat apakah yang paling buruk?” Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Aku tidak mengetahuinya, dan Aku bertanya kepada Jibril tentang pertanyaan tadi, dia pun tidak mengetahuinya. Dan Aku bertanya kepada Mikail dan diapun menjawab: Sebaik-baik tempat adalah masjid dan seburuk-buruk tempat adalah pasar”. (Terjemahan Shahih Ibnu Hibban).
Kembali soal ahli masjid, di dalam surat At Taubah ayat 108 digambarkan siapa itu yang suka memakmurkan masjid. Selain untuk menegakkan shalat, berzikir dan ibadah lainnya, di masjid itu adalah orang-orang yang ingin membersihkan hati dan pikirannya dari sifat-sifat yang jelek. Masjid harus menjadi sarana untuk menguatkan dan mempersatukan umat.
“Jadi kita harus mencintai orang-orang yang ahli masjid sebagai konsekuensi cinta kita kepada Allah. Jangan dicurigai orang yang ahli masjid, apalagi kepada anak muda yang ahli masjid, mereka adalah calon pemimpin yang baik,” tandas Kiai Didin.
Lima Fungsi Masjid
Di dalam Alquran Surat At Taubah ayat 18 disebutkan bahwa paling tidak ada lima fungsi masjid.
Pertama, masjid adalah tempat yang paling mulia. Dalam hadits dikatakan, sebaik-baik tempat adalah masjid. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tempat yang paling dicintai oleh Allah dalam suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim)
Masjid adalah pasar akhirat, tempat bertransaksinya seorang hamba dengan Allah. Di mana Allah telah menawarkan balasan surga dan berbagai kenikmatan di dalamnya bagi mereka yang sukses dalam transaksinya dengan Allah.
Oleh karena itu, dekatkanlah anak-anak kita dengan masjid dengan harapan kelak mereka akan menjadi orang-orang yang beriman. Ajarilah mereka untuk melaksanakan shalat sunnah Tahiyyatul Masjid setiap kali memasuki masjid.
Kedua, masjid adalah rumah Allah dan rumahnya orang yg beriman. Hal ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala, "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia." (QS Ali Imran: 96)
Ketiga, masjid adalah sebagai institusi pendidikan. Contohnya Masjid Al Azhar (di Kairo, Mesir), Masjid Nabawi (di Madinah), dan Masjidil Haram (di Makkah). “Ini adalah contoh masjid-masjid yang digunakan sebagai institusi pendidikan.
Keempat, masjid berfungsi mempersatukan umat. Salah satu buktinya yaitu saat Rasul hijrah dari Makkah ke Madinah. Beliau, 'Alaihishalatu wassalam membangun masjid dan menjadikan masjid untuk tempat mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshar.
Kelima, masjid adalah tempat pembinaan orang-orang yang rendah hati (tawadhdhu) terutama saat sujud ketika berdoa kepada Allah.
Menurut Kiai Didin Hafiduddin, sujud ada dua macam. Sujud ibadah, dan sujud secara umum. Sujud ibadah misalnya sujud syukur, sujud tilawah, sujud shalat lima waktu, dan sujud sahwi.
“Sujud adalah puncak kerendahan hati kita kepada Allah Kalau kita membiasakan anak-anak ke masjid, berarti kita sedang mempersiapkan anak-anak yang rendah hati,” jelasnya.
Keenam, masjid adalah tempat untuk melatih kepemimpinan. Yang dijadikan imam harus yang terbaik dalam segala hal, teurtama bacaan Alqurannya baik dan juga baik. “Imam shalat selayaknya jadi panutan,” ujarnya.
Cukup banyak penjelasan yang memaparkan keutamaan masjid sebagai benteng utama kekuatan kaum muslimin. Telah terbukti secara nash dan realita. Perjalanan hidup para pendahulu kita telah membuktikannya. Bukankah seluruh para ulama yang membawa perbaikan terhadap agama Islam adalah para pecinta masjid.
Maka apabila kita menghendaki kejayaan dan kemenangan kaum muslimin, maka hendaklah kita menempuh jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat beliau radhiyallahu 'anhum, yang mereka senantiasa perhatian terhadap masjid-masjid mereka, memakmurkan masjid-masjid Allah dengan ketaatan kepada-Nya. Mulialah dari masjid kita membangun umat ini, dari masjid kita akan bangkit. Allahu A'laam bish shawab. [fm/rep/muslim]