Oleh : Andi Dahmayanti
Editor: Ustaz Muhammad Istiqamah, Lc.
Jalan dakwah adalah jalan yang tak berujung. Jalan yang penuh dengan onak dan duri dalam menitinya. Jalan yang menjadi parameter keteguhan dan kekukuhan iman seseorang yang berada di atasnya. Jalan yang menjadi sebab amal jariyah yang akan menghiasi kehidupan para pengusungnya. Jalan yang dipilih oleh para Nabi dan Rasul, dan orang-orang soleh terdahulu.
Jejak dakwah dan keteladanan dari Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Rasulullah menjadi panutan sekaligus cambukan pagi para pengusung dakwah karena besarnya cobaan dan ujian yang mereka rasakan sebagai manifestasi bukti keimanan. Sungguh perjalanan dakwah mereka tidak mudah, bahkan ada yang harus kehilangan segala yang dimilikinya demi tegaknya dakwah yang diyakini sebagai amanah yang tidak akan dilepaskan hanya dengan pengorbanan harta bahkan darah. Pengorbanan yang tak akan lekang oleh waktu dan zaman, terukir indah dalam sejarah anak manusia. Terpatri kokoh dalam jiwa-jiwa yang ingin menapaki jalan mereka. Berharap pahala dan kerbersamaan yang indah kelak dengan pahala tanpa batas.
Kenapa memilih jalan dakwah?
Jalan dakwah merupakan jalan yang ditempuh oleh orang-orang pilihan. Jalan yang menjadi pilihan para Nabi dan Rasul serta orang-orang shaleh dahulu. Alasan yang sangat fenomenal ini menjadi alasan terbesar bagi pengusung dakwah untuk mengikuti jejak orang-orang shaleh terdahulu. Jalan yang mengantarkan pengusungnya meraih ridha Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman, Katakanlah: “Inilah jalan yang aku tempuh, aku dan orang-orang yang mengikutiku (berdakwah) mengajak kepada Allah di atas Bashirah (ilmu), Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)
Berdasarkan ayat yang mulia ini, bahwa sesunggungnya jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah jalan dakwah. Jalannya para sahabat serta para pengikut Rasulullah yang mencintainya diatas segalanya. Jalannya para pengikut Rasulullah yang hakiki yakni jalannya orang-orang yang berdakwah sebagaimana Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam berdakwah.
Dakwah bukan pilihan tapi kebutuhan
Dakwah yang benar adalah dakwah yang didasarkan pada metode dakwah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam. Hal ini adalah prinsip. Allah Azza wa Jalla yang berfirman, "Sungguh bagi kalian pada diri Rasulullah itu terdapat teladan yang baik, yakni bagi siapa saja yang menginginkan Allah dan Hari Akhir, serta banyak mengingat Allah." (QS al-Ahzab: 21)
Belajar dari contoh keteladanan yang dilakukan oleh para pendahulu terbaik ummat ini, kita bisa mengorek dalam sejarah yang terukir sepanjang masa baik itu dalam Al Qur'an maupun sunnah bahwa mereka menjadikan dakwah bukan karena terpaksa, bukan karena dipilih atau terpilih oleh seseorang atau lembaga, namun karena dakwah merupakan bukti cinta kita pada Allah Azza wa Jalla. Kebutuhan akan dakwah bahkan melebihi kebutuhan makan dan minum bagi yang telah merasakan kenikmatan dalam perjuangan dakwahnya. Kita turut dalam dakwah menegakkan kalimat Allah di muka bumi bukanlah pilihan keterpaksaan. Sesungguhnya dakwah ini akan dimenangkan oleh Allah dengan atau tanpa kehadiran kita berkecimpung di dalamnya.
Dakwah merupakan titian tanpa batas. Keindahannya dapat terasa bila pengusungnya mampu bersabar menjalaninya. Di antara peran terbesar dalam dakwah adalah ilmu dan keyakinan. Keyakinan yang didasari iman yang kokoh mampu menyulut bangkitnya semangat ibarat kobaran api yang menyala-nyala. Keyakinan akan membuat pengemban dakwah berdiri tegak dan terus maju. Keyakinan tersebut adalah keyakinan tentang balasan bagi yang berjuang di jalan dakwah, jalan perjuangan ini didasarkan kepada jalan yang ditempuh oleh Rasulullah dan sahabatnya. Dakwah merupakan sebaik-baik perkataan dan seruan. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Siapakah yang lebih baik ucapannya daripada ucapan orang yang menyeru manusia kepada (agama) Allah dan beramal salih serta berkata, ‘Aku termasuk orang yang berserah diri (QS.Fushshilat: 33).
Dakwah yang benar adalah dakwah yang didasarkan pada manhaj dakwah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam. Hai ini merupakan persoalan prinsip. Sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman, "Sungguh bagi kalian pada diri Rasulullah itu terdapat teladan yang baik, yakni bagi siapa saja yang menginginkan Allah dan Hari Akhir, serta banyak mengingat Allah." (QS al-Ahzab: 21)
Melihat keteladanan tersebut, maka apakah yang membuat kita ragu untuk mengikuti jejaknya? Allah Azza wa Jalla berfirman, "Apakah kalian mengira akan masuk surga, padahal belum datang atas kalian cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan (dengan berbagai macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. Al-Baqarah: 214)
Jalan dakwah bukan pilihan namun kebutuhan bagi seseorang yang ingin menyelamatkan agamanya. Lalu siapkah kita berada di barisan itu?
Istiqamah di jalan Allah
Jalan dakwah adalah jalan yang penuh tantangan dan hambatan. Jalan yang penuh cobaan di sana sini. Jalan yang terkadang menjadi batu sandungan ketika keimanan mulai melemah akibat datangnya musibah dan ujian bagi pelakunya. Jalan yang tidak jarang membuat sebagian pengusungnya mundur teratur akibat ujian-ujian tersebut. Jalan dakwah ini adalah jalan yang membutuhkan kesabaran yang sangat besar. Jalan yang membutuhkan keteguhan untuk tetap tegar bagi pengusungnya. Jalan yang membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit, bahkan pengorbanan air mata dan darah sekalipun. Jalan yang membutuhkan keistiqamahan bagi pengusungnya. Ujian-ujian dakwah akan datang silih berganti seiring perjalanan kita untuk berusaha mengusungnya. Keyakinan yang begitu teguh yang ditunjukkan oleh para pengusung dakwah menjadi kekuatan terbesar dalam meniti langkahnya.
Keyakikan akan pertolongan Allah menjadi pengobat di setiap pilu yang dirasakan dalam napak tilasnya. Mereka senantiasa yakin atas pertolongan Allah Azza wa Jalla sehingga mereka selalu berkata, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan sebaik-baik Pelindung." (QS. Ali Imran: 173).
Di antara ayat-ayat yang berbicara tentang keutamaan istiqamah adalah ayat berikut ini, “Sungguh orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kalian takut dan janganlah merasa sedih serta bergembiralah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat: 30)
Istiqamah di jalan dakwah tidak semudah membalikkan tangan. Dari Abu Amr atau Abu Amrah ra; Sufyan bin Abdullah Atsaqafi r.a. berkata, Aku berkata, Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan menanyakannya kepada seorangpun selain padamu. Rasulullah menjawab, “Katakanlah, saya beriman kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim)
Istiqamah disandarkan dengan keimanan, apakah kita termasuk orang-orang yang Istiqamah? Biarlah karya dan kerja kita menjadi buktinya. Allahu Akbar.